"Ren. Ren."
Kedua mata Eren setengah terbuka.
"Dicariin Armin, tuh. Gue bilang lo masih tidur. Katanya dia duluan."
"Hmmh," Eren memberikan jawaban hanya dengan berdeham.
Pintu kamarnya pun tertutup.
"Zeke! Pintunya buka aja! Nanti gue enggak bangun-bangun!"
Pintu kamar Eren kembali terbuka.
"Iya, Dek," kata Zeke. "Lo mau ke Cabin, ya?"
"Hm mh," Eren mengubah posisinya menjadi duduk dan meregangkan tubuhnya. "Kok, lo berangkat kerja siang banget?"
"Harusnya ini jadwal gue work from home, cuma Pemred gue minta gue ikut meeting di kantor. Gue duluan ya, makan siang lo di meja. Daaaah."
"Yoooo," jawab Eren. Dia pun mengambil handphone-nya.
Eren bergegas ke kamar mandi. Selesai mandi, berpakaian, dan mengikat rambutnya, Eren berjalan ke meja makan dan menemukan makan siangnya yang dibuatkan Zeke beberapa jam lalu.
"Kebiasaan deh, dia," ucap Eren pada dirinya sendiri.
Selesai makan, Eren mengambil handphone dan dompetnya lalu pergi keluar apartemennya menuju 2000 Mart, tempat Mikasa menunggu. Sekitar 15 menit berjalan kaki, Eren melihat Mikasa sedang duduk di depan 2000 Mart sambil bermain handphone.
Eren berjalan mendekat dan tahu kalau Mikasa tidak akan sadar bahwa dirinya sudah tiba. Eren menyentil dahi Mikasa, membuat Mikasa mendongak menatap Eren.
"Lho? Sejak kapan kamu..."
"Aku udah bilang, kalau main hp jangan serius-serius amat. Kalo dijambret gimana?"
"Iya, iya," ucap Mikasa seraya berdiri.
"Yuk," Eren memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung depan hoodie hitamnya.
"Kamu minum vitamin C enggak, tadi di rumah?" tanya Mikasa.
"Lupa. Kan aku buru-buru ke sini," jawab Eren.
"Iya, udah basi alesannya," Mikasa mengeluarkan satu strip vitamin C dari tas kecilnya. "Nih, tadi aku beli. Ini isinya empat, tiap hari diminum."
"Iya, iya," Eren menerima vitamin C dari Mikasa, merobek bungkusnya, dan memasukkan tablet vitamin C ke mulutnya.
"Mi, Mi, mulutku kok kayak kebakar, ya?" Eren membuka lebar mulutnya.
"Yang nyuruh itu diemut siapa? Itu kan dicampur air minumnya," dan Mikasa memberikan Eren botol air mineral berukuran kecil. "Lepeh aja ke sini."
Eren buru-buru melepeh vitamin C di mulutnya ke dalam botol air mineral kecil yang dipegang Mikasa.
"Dasar jorok," Mikasa memberikan botol air mineral tersebut pada Eren. "Yuk."
Mikasa dan Eren berjalan menuju Mike's Cabin yang jaraknya sekitar 20 menit dari 2000 Mart.
"Mi," dan Mikasa menoleh pada Eren. "Tadi aku mimpi aneh, deh. Cuma enggak inget mimpi apa. Rasanya kayak, mimpinya panjang banget gitu."
"Kamu enggak inget sama sekali?"
"Enggak. Tapi kayak... Kayak aku tidur tuh lama banget. Padahal aku tidur pagi jam limaan gitu, aku main PS. Terus, aku dibangunin Zeke, itu jam 12-an kali. Bangun-bangun badanku kayak pegel semua gitu, kayak kelamaan tidur."
"Kamu tidur tujuh jam padahal ya, kurang sejam dua jam lagi."
"Iya," Eren merangkul Mikasa. "Aku lagi usaha buat inget-inget, tapi enggak bisa. Ada satu momen aku kayak terbang gitu sama berantem sama orang, terus badanku tuh gede banget ampe bisa ngeliat pohon. Tapi udah, itu doang. Sisanya, aku bener-bener enggak bisa inget."
"Ya, namanya juga mimpi, Ren. Enggak semuanya bisa diinget," jawab Mikasa.
Mereka pun tiba di Mike's Cabin. Armin, Jean, Sasha, Annie, Reiner, dan Bertholdt sudah berada di dalam.
Armin sadar akan kehadiran Mikasa dan Eren dari jauh. Dia pun melambai. Mikasa dan Eren pun masuk ke dalam dan menghampiri mereka.
"Gue udah bilang kan, pasti datengnya barengan," kata Sasha.
"Min, enggak capek dibohongin Eren terus? Katanya belom bangun, eh, datengnya sama Mikasa," Reiner kompor.
"Gue emang baru bangun tadi, nyet," kata Eren. "Abang gue yang bangunin gue."
"Jean, lo enggak capek hati liat Mikasa bareng Eren terus?" tanya Annie tiba-tiba.
"Kok gue yang kena, nih?" jawaban Jean membuat semua orang tertawa.
"Ren, Mik, pesen dulu," ujar Armin.
"Ren, mau apa? Aku yang pesenin aja," kata Mikasa.
"Samain aja sama kamu," jawab Eren sambil duduk di samping Armin.
Mikasa pun pergi memesan minuman.
"Mikasa cantik ya, hari ini? Warna lipstiknya bagus, peach gitu. Iya, enggak, Jean?" kata Sasha.
"Lho, gue lagi, nih?" lagi-lagi Jean membuat semua orang tertawa. "Enggak ada candaan laen apa? Gue mulu daritadi."
"Ren, menurut lo gimana Mikasa hari ini? Cantik enggak?" tanya Reiner.
Eren membakar rokoknya. "Dia cantik tiap hari."
"Aduh!" Reiner, Sasha, dan Bertholdt sontak menutup wajah mereka dengan kedua tangan.
"Bisa, bisa, bisa," ucap Armin dan Annie sambil mengangguk-anggukan kepala mereka seraya bertatapan.
"Lo liat tuh," Jean menarik napas panjang. "Gue mana bisa ngelawan fak boi kayak gini coba?"
"Tai lo, Jean," Eren tertawa sambil menepuk bahu Jean. "Eh, Connie mana?"
"Kalah taruhan, disuruh beliin rokok semua orang di sini. Dia pergi, lo dateng," jawab Jean.
"Eh, gue mau nitip juga," Eren pun mengeluarkan handphone-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attack on Titan: Voices
FanfictionSisi lain dari cerita yang kamu enggak akan dapatkan dari serial Attack on Titan / Shingeki no Kyojin. Yes, Their side stories and Eren's dream.