A Normal Day - 2

226 33 2
                                    


"Bangsat banget lo, Kon," Reiner tertawa sambil menunjuk-nunjuk Connie. "Tapi, iya, sih."

"Iya, kan?" Connie tertawa kecil. "Hisu mirip banget sama Om Erwin."

"Tapi ya enggak anaknya Om Erwin jugalah!" Jean menoyor kepala Connie.

"Eh, Hisu sama Ymir ke mana, ya? Kok, enggak dateng?" tanya Mikasa.

"Mereka udah janjian dari jauh-jauh hari mau belanja kosmetik. Ymir nemenin doang, tapi mereka udah janjian dari minggu lalu," jawab Reiner.

"Kosmetik?" Connie dan Sasha bicara bersamaan.

"Lo lahir tahun berapa sih, Rein? 854? Kuno banget bahasa lo," omongan Sasha membuat semua orang tertawa.

"Lha, mukanya aja jadul gitu," celetuk Bertholdt, dan tawa orang-orang meledak.

"Bertot sekalinya nyeletuk lucu banget!" kata Jean sambil tertawa terbahak-bahak.

"Eh, eh, by the way, gue lupa deh, Heichou kenal Om Erwin dari mana, ya, Mik?" tanya Annie.

"Om Erwin temennya Om gue, Om Kenny. Dulu satu kampus mereka. Terus, jelang lulus, mereka bisnis bareng, awalnya bisnis jual beli tanah di Wall Rose. Ternyata laku keras, karena dua-duanya pinter ngomong sama itung-itungan. Akhirnya, mereka punya kantor tuh, di Trost. Bikinlah bisnis macem-macem, restoran, hotel, apartemen, gitu-gitu. Terus, Om Kenny tuh ngajak Om Erwin buat bisnis transportasi gitu, kerjasama sama Pemerintah. Cuma, Om Erwin tuh lebih seneng bisnis hotel sama restoran gitu."

"Lebih ke pariwisatalah, Om Erwin. Akhirnya, bisnis mereka jadi kayak sekarang, Smith & Ackerman Estate Agents. Om Kenny di transportasi, Om Erwin di bangunan," jelas Mikasa.

"Tapi kok, kantornya beda?" tanya Reiner. "Om Kenny di Stohess, Om Erwin di Ehrmich."

"Karena beda bidang, Rein," jawab Armin. "Headquarter-nya masih di Trost. Terus ya, karena orang kaya aja jadi bebas aja punya kantor di mana-mana."

"Lo muka aja jadul, Rein, gimana mau kaya?" celetukan Bertholdt lagi-lagi membuat orang-orang tertawa.

"Terus, terus, lanjutin yang Heichou," kata Annie.

"Om Erwin tuh punya satu ruko di Shiganshina yang tadinya mau dia jual ke Om Mike," Mikasa menunjuk Mike yang sedang berada di belakang kasir. "Cuma, Om Mike udah terlanjur beli yang ini. Terus, dia nanya sama Om Kenny, ada kenalan enggak yang kira-kira mau beli rukonya, Om Kenny bilang, 'Gue beli aja, buat keponakan gue, Levi. Dia lagi nyari tempat buat bikin tea shop, tuh'. Nah, karena itu, Kak Lev dikasih cuma-cuma tuh, rukonya Om Erwin. Jadilah Mönke Tea & Beans," lanjut Mikasa.

"Bacanya gimana sih itu sebenernya? Mongke? Mengke? Mengkeu? Mengkeudeu?" ucap Connie.

Sasha menoyor kepala Connie. "Bacot deh lo, Kon."

"Om Erwin tuh banyak bantuin Kak Lev di Mönke, mulai dari operasional, manage duit, gitu-gitu. Enggak banyak juga sih, Om Erwin lebih ke konsultan aja. Tapi, karena itu mereka jadi deket. Bahkan, Kak Lev lebih deket sama Om Erwin daripada Om Kenny. Soalnya Om Kenny kan sekarang tinggal di Stohess, sedangkan Om Erwin di Shiganshina," kata Mikasa.

"Rumahnya Om Erwin gede banget, lho," kata Jean. "Main petak umpet di situ, ketemunya dua hari kemudian."

"Mike's Cabin ini aja sepuluh persennya punya Om Erwin, lho," kata Armin. "Om Mike pernah cerita sama gue kalo awalnya, dia dimodalin Om Erwin bikin coffee shop ini. Om Erwin enggak mau duitnya diganti. Tapi, karena Om Mike maksa, akhirnya mereka deal kalo Om Erwin berhak atas sepuluh persen keuntungan dari coffee shop ini."

"Selama Connie sama Reiner masih nongkrong di sini sih, rugi Om Mike," kata Sasha. "Mereka aja nongkrong dari siang sampe malem cuma beli kopi item satu. Kalo haus, ganti-gantian ke 2000 Mart buat beli air mineral biar murah."

Semua orang pun tertawa.

"Eh, 2000 Mart punya Om Erwin juga, kan?" tanya Armin.

Mikasa mengangguk. "Iya. Keren ya, Om Erwin."

"Muka lo biasa aja dong, Ren," celetuk Reiner. "Denger Mikasa bilang Om Erwin keren, muka lo udah kayak mau ngancurin dunia gitu."

"Apa sih, njing," Eren tertawa kecil, begitu juga yang lain.

"Enggak usah mikir gitu, Kon," tiba-tiba, Jean menoyor kepala Connie. "Lo lagi nyari celah buat ngejek gue, kan?"

Lagi-lagi, semua orang tertawa.

"Eh, Kak Lev kenapa dipanggil Heichou, ya?" Annie bertanya lagi.

"Dulu kan Kak Lev kapten futsal pas SMA sama kuliah. Temen-temennya suka bercandain, 'Heichou, Heichou', gitu," jawab Mikasa.

"Kan gara-gara lo tuh Ren, awalnya anak-anak manggil Levi jadi Heichou," kata Jean.

"Ya, abis, abang gue sering banget ngeledekin Levi dulu pake 'Heichou, Heichou'. Gue jadi ikutan manggil Heichou kan jadinya," jawab Eren. "Terus, tiap ketemu dia sama kalian, lo-lo semua ikutan manggil Heichou."

"Dari kesel sampe ikhlas tuh, Kak Lev, sampe akhirnya mau dipanggil Heichou," tambah Armin.

"Abang lo tuh kenal Heichou pas kuliah ya, Ren?" tanya Annie.

"Dari SMA udah satu sekolah. Bareng Petra, Hange, Eld, Gunther, sama Pieck. Kuliahnya juga bareng, kecuali Eld sama Gunther. Zeke sama Petra, Levi, Hange, Pieck di Stohess University, Eld sama Gunther di Utopia University," jelas Eren.

"Eh, Pieck tuh beneran pacaran sama Porco ternyata, guys!" kata Reiner tiba-tiba.

"Serius lo?!" Annie memelototi Reiner.

"Iya! Ya, kalian tau kan udah beberapa bulan ini Porco susah banget diajak ketemu. Hisu cerita kalo dia sama Ymir pernah ngeliat Porco sama Pieck keluar bioskop pegangan tangan. Baru minggu lalu!" kata Reiner dengan berapi-api.

"Lucu, sih," kata Annie.

"Bedanya tuju tahun ada kali, ya?" tanya Mikasa.

"Porco sama Bertholdt kan umurnya sama, 22 tahun. Kita sekarang 21 tahun. Reiner 23 tahun, sisa umurnya tapi," kata Connie, dan semua orang tertawa. "Abang lo 29 tahun kan ya, Ren?"

"Tahun ini 29 tahun," jawab Eren. "Iya bener, bedanya tujuh tahun."

"Wah, tahun ini kita 22 tahun, ya?" kata Sasha.

Eren tiba-tiba mengangkat tangannya dan mendaratkannya di atas dengkul Mikasa.

"22 tahun, Mi, kita tahun ini," ucap Eren sambil mengelus-elus dengkul Mikasa. "Mau nikah umur berapa kita, Mi?"

"Aduh, duh, duh!" Sasha, Annie, Reiner, dan Bertholdt mendongak dan menutup wajah mereka dengan kedua tangan. 

"Aaaah!" Jean berdiri sambil mematikan rokoknya ke asbak. "Pulang ajalah gua! Gula gue naik mulu di sini!"

Semua orang tertawa. Connie menarik tangan Jean untuk kembali duduk. Di saat yang sama, Jean mengisyaratkan bahwa dia sedang bercanda.

"Apa sih, Ren..." wajah Mikasa sedikit memerah. "Tai, deh."

"Bercanda," dan Eren mencolek dagu Mikasa.

"Eh, balik lagi dong ke Porco sama Pieck! Belom kelar gue!" kata Reiner. "Hisu bilang, Ymir pernah liat Pieck main ke apartemen Porco malem-malem! Kayaknya nginep, deh."

"Lha, kan Porco tinggal berdua abangnya, Marcel, di situ," ucap Annie.

"Marcel kan masuk Akademi Kepolisian, base-nya di Ehrmich. Udah setengah tahun dia di sana," kata Reiner. "Kalo masuk akademi gitu kan, jarang balik pasti."

 "Lo biang gosip banget deh, Rein," kata Armin sambil tertawa.

"Tau lo, Rein. Padahal biasanya jadi biang keringet," celetuk Bertholdt.

Lagi-lagi, semuanya tertawa keras. 

Attack on Titan: VoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang