"Kami pulang!" teriak Sasha. "Kami bawa apel!"
"Wah, pas sekali! Aku ingin makan apel daritadi pagi!" kata Connie. Dia sedang menggoreng sawi, wortel, dan kol menggunakan kompor.
"Ke mana Mikasa?" tanya Sasha sambil menaruh tasnya yang berisi apel di meja makan.
"Levi Heichoudan Hange-san memintanya untuk ikut ke Trost bertemu Pyxis Shirei dan membawa bahan-bahan makanan untuk di sini. Mereka berangkat setengah jam yang lalu. Eren dan Armin belum kembali dari berpatroli," jawab Connie.
Jean dan Sasha duduk di meja makan. Jean mengambil rokok dari sakunya dan membakarnya.
"Sudah siap belum makanannya? Aku lapar sekali," kata Jean seraya mengembuskan asap rokoknya.
"Sebentar lagi matang," Connie mengecek panci berisi sup yang ia buat. "Kau bandel sekali, Jean. Heichou akan marah besar kalau kau ketahuan merokok di ruang makan."
"Mereka baru berangkat dan akan kembali ke sini pada sore hari. Masih lama," kata Jean. "Kau mau? Ini."
Jean melempar sebatang rokok pada Connie. Connie pun membakarnya menggunakan kompor.
Sasha mendengus keras dan berlari keluar ruangan. Dia kembali membawa asbak. "Buang abunya di sini, dasar pemalas!"
Sasha menaruh asbak di atas meja dan kembali duduk. Dia pun menatap Connie. "Oi, Connie. Aku cerita pada Jean kalau kau melihat Mikasa menangis di malam dia dan Eren berjaga bersama."
Connie tertawa terkekeh-kekeh. "Kau cemburu, Jean?"
Kedua telinga Jean memerah. "Kalian tidak punya pembahasan lain selain aku?"
Connie bersandar pada counter tempat memotong sayuran. "Kadang aku gemas melihat pertemanan Eren dan Mikasa."
"Mikasa sangat menjaga dan mengurus Eren. Dia seperti tidak ingin Eren tergores sedikit pun. Mikasa juga sangat peka akan kebutuhan Eren. Kita sering melihat Mikasa mempersiapkan sarapan dan makan malam Eren, mulai dari menyingkirkan beberapa makanan yang Eren tidak suka, sampai mengingatkan Eren untuk tidur."
"Sedangkan Eren, dia sangat terbiasa diurus oleh Mikasa. Dia tidak pernah membantah atau menolak jika Mikasa melakukan sesuatu untuknya. Tapi, itu semua tidak imbang. Menurutku, Mikasa benar-benar berani mati demi menyelamatkan Eren. Eren juga sama, tapi tingkat keinginannya tidak setinggi Mikasa."
"Bukankah itu wajar?" Jean menyela. "Mereka tinggal bersama sejak kecil. Eren menyelamatkan Mikasa dari bahaya, dan Mikasa tentu merasa berutang pada Eren akan hal itu."
"Lagipula, mereka hanya memiliki satu sama lain. Mereka tak punya keluarga. Jadi, mereka saling menjaga."
"Tapi Jean, kau lihat bagaimana mereka berkomunikasi, 'kan? Bahasa tubuh mereka pun aneh," kata Sasha. "Kalau mereka hidup bersama sejak kecil, hubungan mereka pasti seperti kakak dan adik atau saudara seperti umumnya. Mereka pasti lebih luwes saat berkomunikasi. Tapi, nyatanya, Mikasa sekaku itu."
"Eren memang lebih luwes," timpal Connie. "Mikasa yang aneh. Dia kaku sekali."
"Mikasa tak hanya kaku pada Eren, tapi pada kita juga," kata Jean. "Dia memang dingin, tapi dia memperhatikan semua orang."
Jean terdiam sejenak. "Meski kadang, aku merasa Mikasa jauh lebih santai saat bicara dengan kita daripada dengan Eren."
"Kau lihat itu, Jean? Sasha?" Connie mengembuskan asap rokoknya. "Kelihatannya, Mikasa tidak melihat Eren sebagai saudaranya."
Jean memandangi rokoknya. Dia tahu ke mana arah percakapan ini.
"Maaf, Jean. Aku rasa, Mikasa sangat menyukai Eren," kata Connie. "Bahkan, dia mungkin mencintainya. Sangat mencintainya."
Jean mendengus. "Itu bagus. Mereka memang seharusnya bersama."
"Kau mengalah, Jean?" tanya Sasha. Wajahnya terlihat khawatir. "Apakah percakapan ini menyakitimu?"
Jean kembali mendengus dan mengisap rokoknya dalam-dalam. "Bukan soal mengalah atau tidak. Tapi, Mikasa sudah jauh lebih lama hidup bersama Eren daripada kita. Dia yang paling mengerti Eren, dan dia tentu ingin melindungi Eren, mengingat Eren dicari oleh banyak orang saat ini. Dia tidak mau kehilangan Eren, dan itu wajar. Dia hanya punya Eren."
"Sebaliknya, Eren membutuhkan orang seperti Mikasa. Orang yang mengerti dia dan mengurusnya. Kalian tahu sendiri saat kita masih menjadi kadet, di barak tempat kita tidur, Eren bilang kalau dia ingin lebih unggul dari Mikasa karena menurutnya, Mikasa adalah kadet terbaik. Dia mengatakan itu agar dia bisa melindungi Mikasa, seperti Mikasa melindunginya."
Connie dan Sasha terdiam sejenak.
"Kau benar untuk ini, Jean," ucap Connie seraya mengisap rokoknya. "Tapi, aku tidak melihat Eren punya perasaan yang sama."
"Aku juga begitu," timpal Sasha. "Eren terlalu fokus pada dirinya sendiri. Menurutku, karena beban yang ia pikul sangatlah berat. Dia satu-satunya Titan yang berpihak pada kita, dan tugasnya tidak hanya melindungi kita, tapi orang-orang di dalam Wall. Survey Corps, Military Police, dan The Garrison juga mengandalkannya untuk banyak hal. Dia memiliki kekuatan The Founding Titan dan Attack Titan. Dia adalah harapan semua orang untuk kedamaian dunia."
"Mungkin dia tidak menyadari bahwa dia butuh hal lain yang tak kalah penting..."
"Cinta," jawab Jean sambil mematikan rokoknya ke asbak. "Yang mana hal itu menurutnya tidak penting di masa sekarang ini."
Jean berdiri dan membawa asbak keluar ruangan. Connie dan Sasha saling memandang dengan penuh arti.
Jean kembali dan berhenti di depan meja makan. "Aku harap Eren sadar bahwa dia membutuhkan itu, dan Mikasa adalah satu-satunya orang yang bisa memenuhinya."
Connie menghela napas dan mengisap rokoknya seraya berjalan ke luar ruangan.
"Kau sakit hati, Jean?" tanya Sasha. "Kita bisa membicarakan hal lain."
"Tidak masalah. Kita bicara soal fakta, Sasha," Jean bersandar ke meja makan. "Soal perasaanku, aku masih menyukai Mikasa atau tidak, aku rasa, aku bisa mengubahnya. Lagipula, tak ada waktu untuk memikirkan hal itu."
"Kau sendiri yang bilang Eren butuh cinta. Artinya, semua orang juga membutuhkannya saat ini, di luar apa yang sedang terjadi, 'kan? Termasuk kau," ucap Sasha.
Jean mendengus pelan. "Ya, itu benar. Tapi, untuk mengurangi rasa sakit, orang-orang bisa mengesampingkan cinta untuk hal yang lebih penting, termasuk Eren. Oi, Connie! Aku lapar! Supnya sudah matang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Attack on Titan: Voices
FanficSisi lain dari cerita yang kamu enggak akan dapatkan dari serial Attack on Titan / Shingeki no Kyojin. Yes, Their side stories and Eren's dream.