The Difference

224 34 9
                                    


"Ah!" Armin menepuk dahinya.

Dia memperlihatkan kartunya pada Eren, Sasha, dan Connie. "Joker."

"Jawab jujur!" Sasha terlihat antusias. "Annie atau Historia?"

Wajah Armin memerah. Sasha, Connie, dan Eren tersenyum lebar.

"Aku tahu jawabannya," Connie cekikikan. "Ayo, jawab!"

"Hm... Annie," ucap Armin pelan.

"Nah, 'kan!" Connie tertawa. "Apa alasanmu?"

"Tidak bisa! Itu dua pertanyaan!" kata Armin, suaranya meninggi.

"Ah, sial," Connie menggaruk-garuk kepalanya.

Armin, Connie, Sasha, dan Eren sedang bermain tukar kartu di halaman depan markas. Yang mendapat kartu Joker harus menjawab jujur sebuah pertanyaan.

Armin mengocok kartunya. Dia menaruhnya di meja dan membiarkan Connie, Sasha, dan Eren memilih. Ketiganya pun mengambil satu kartu.

"Ah!" Sasha berteriak. "Joker!"

"Aku yang tanya!" kata Eren. "Sasha, jawab jujur. Dot Pixys atau Keith Shadies?"Sasha, Connie, dan Armin tertawa terbahak-bahak.

"Kacau kau, Eren!" Connie masih tertawa sambil menunjuk Eren.

"Dot Pixys," Sasha menjawab. "Aku tidak pernah dimarahi olehnya."

"Oke! Kocok lagi!" kata Armin. Sasha pun mengambil kartu dan mengocoknya.

"Jean dan Mikasa belum kembali? Lama sekali mereka," tanya Connie.

"Pergi pada malam hari seperti ini sangat berbahaya," kata Armin. "Tapi, mereka memang harus mengecek tali dan lonceng yang dipasang Heichou."

"Paling tidak Heichou bersama mereka," kata Eren sambil membakar rokok. "Aku tadi melihat Hange-san mencoba menarik tali yang tersambung ke jendela kamarnya. Memang longgar."

"Kelihatannya tertarik binatang, rusa atau babi hutan," ucap Armin. "Ayo, mulai lagi."

Sasha menaruh kartu-kartu di meja. Eren, Armin, dan Connie mengambil satu. Connie memejamkan kedua matanya dengan cepat dan mendongak.

"Tanya aku," kata Connie sambil memperlihatkan kartu Jokernya.

"Jean atau Sasha?" tanya Armin.

"Wow," Connie mengecurutkan bibirnya. "Ini sulit."

Sasha mendekatkan wajahnya pada Connie. "Aku sangat menunggu jawabanmu."

"Jangan dekat-dekat!" Connie mendorong Sasha. "Aku pilih... Ah, aku tidak bisa memilih. Dua orang ini sangat berarti untukku."

Connie mendengus. "Aku pilih Sasha. Dia adalah teman pertamaku saat kita masih menjadi kadet."

Sasha terlihat berseri-seri. "Kau manis sekali, Connie!"

"Dia memilihmu karena kau ada di sini, Sasha," ucap Eren sambil mengembuskan asap rokok.

"Bukan begitu!" Connie tertawa. "Aku benar-benar bersungguh-sungguh! Omong-omong, kau belum dapat Joker daritadi, Eren."

"Apakah aku harus bersyukur?" Eren tertawa. "Ayo, Connie."

Connie menaruh kartu yang sudah dia kocok di meja. Eren, Armin, dan Sasha mengambil satu kartu.

"Sial," Eren menunjukkan kartu Jokernya.

"Aku! Aku!" Sasha dan Connie berebut untuk memberikan pertanyaan.

"Connie! Connie duluan!" Armin menunjuk Connie.

"Oke!" Connie menatap Eren tajam. "Historia atau Mikasa?"

Eren terkejut dan terbatuk-batuk. Semua pun tertawa.

"Eren tak menyangka pertanyaan Connie!" Sasha tertawa sambil menunjuk Eren.

"Ayo, Eren! Historia atau Mikasa?" Connie menatap Eren dengan wajah sangat ingin tahu.

Eren melirik Armin. Armin terlihat menggigit bibir bawahnya sambil tersenyum lebar. Eren menarik napas dan menatap Connie.

"Mikasa."

"Wah!" Sasha, Connie, dan Armin bersorak.

"Oi, oi, jangan keras-keras!" kata Eren. Wajahnya masih merah.

Eren mengocok kartu dan menaruhnya di meja. "Ayo."Semua orang mengambil satu kartu. Eren melihat kartunya dan melotot.

"Ah!" dia berseru dan memperlihatkan kartu Jokernya.

Armin, Sasha, dan Connie semringah.

"Kenapa kau lebih memilih Mikasa daripada Historia?!" Sasha mengambil kesempatan duluan.

Semua mata tertuju pada Eren. Eren hanya menatap ke bawah sambil mengisap rokoknya.

"I-itu... Karena..."

Eren menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya. "Mikasa sangat berharga untukku."

"Ya, karena apa?" tanya Sasha lagi.

"Ya... Karena..." Eren berdeham. "Mikasa adalah rumahku. Oh, Sasha! Itu dua pertanyaan!"Semua orang tertawa. Connie tertawa paling keras.

"Aku suka permainan ini!" teriaknya. Armin pun menepuk dahinya agar tidak terlalu berisik.

Attack on Titan: VoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang