I'm Afraid To Lose You - 2

208 25 16
                                    


"Hm... Terus, Mi?"

"Ya, udah, gitu aja, Min."

Armin terdiam sejenak, begitu juga Mikasa. Mereka sedang berbincang lewat telepon.

"Eren tuh mimpi apa sebenernya?" Armin berdecak. "Menurut aku sih, dia bohong, Mi. Dia tau sebenernya dia mimpi apa, cuma enggak mau cerita aja."

"Berat kali ya, buat dia cerita?" Mikasa mendengus. "Tapi kan, itu cuma mimpi, Min."

"Intinya tuh, abis dia ketiduran terus bangun-bangun nangis itu, dia cuma melukin aku dan enggak ngomong apa-apa. Meluknya sekenceng itu Min, ampe aku mau ke toilet aja enggak boleh. Aku niat mau balik dari rumah dia jam 5 sore, malah jadi jam 8 malem."

"Dan ya, dia cuma cerita kalo dia mimpi aku sama dia bakal kepisah jauh. Udah, gitu doang. Sisanya, dia bilang dia enggak inget tapi ya, intinya itu."

Mikasa dan Armin sama-sama tak bersuara.

"Eren kenapa ya, Min? Feeling-ku kok, jelek ya?" ucap Mikasa.

Armin tidak langsung menjawab omongan Mikasa. "Maksud kamu, Mi?"

"Ya... Enggak tau ya, feeling aku enggak enak aja gitu. Kayak... Eren tuh mau pergi jauh..."

"Mi, jangan gitu ah, ngomongnya. Kita mau liburan, loh."

"Iya, tau..."

"Enggak, enggak akan ada aneh-aneh. Kita mau seneng-seneng. Ya, kan?"

"Iya sih, Min..."

Armin mendengus. "Eren tuh enggak ada cerita apa-apa sama aku sih, sampe sekarang. Semoga aja enggak ada apa-apa, ya."

"Iya, Min..."

"Mi... Jangan sedih gitu... Aku bingung juga nanggepinnya gimana. Soalnya, ini kan tentang Eren, tentang mimpinya dia yang kita enggak tau."

"Iya, aku paham, Min... Aku cuma khawatir aja sama Eren."

"Sama kok, Mi," Armin terdiam sebentar. "Tapi, dia beneran tuh, ngomong kalo dia sayang banget sama kamu, Mi?"

"Iya, Min. Sampe kayak gitu. Aku aja kaget Eren bisa ngomong kayak gitu. Enggak pernah-pernahnya dia begitu."

"Aku juga kaget banget, sih. Secara dia ga pernah cerita apa-apa tentang kamu. Sekalinya aku tanya, jawabannya pasti, 'Yaelah, kayak enggak ngerti aja lo, Min' atau 'Yah, kayak enggak paham aja deh lo, Min'. Itu doang."

"Aku ngerti kok, Eren orangnya tuh susah banget ngungkapin apa yang ada di hati sama kepala dia. Ya, kalo dia udah bisa ngomong begitu, berarti dia udah mentok banget, kan?"

"Itu dia, Mi. Terus tadi, pas kamu pulang, dia gimana?"

"Dia nahan aku banget sih, biar enggak pulang. Aku tadi mikir, apa tunggu Zeke pulang aja, ya? Tapi, Zeke sama Kak Lev balik tuh biasanya malem, di atas jam 10 malem. Aku diemin sih, terakhir. Aku turutin aja. Jam 8 malem itu, dia bilang sendiri kalo aku boleh pulang. Dia bilang dia udah enggak apa-apa gitu."

"Duh, Ren. Dia kenapa, ya?"

"Enggak ngerti aku juga, Min. Kita lanjutin besok aja, ya? Aku mau beresin baju dulu buat besok. Udah mau selesai kok, nih."

"Oke, Mi. Kalo ada apa-apa, kabarin ya. Telepon aku aja, jam berapa pun pasti aku angkat."

"Oke, Min. Makasi, ya."

"Iya, Mi. Sama-sama, ya."

Mikasa menutup telepon dan membereskan baju-bajunya. Setelah selesai, dia membuat teh, duduk di meja makan, dan men-chat Levi.

Attack on Titan: VoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang