I Do Care About You - 2

256 38 3
                                    


Mikasa mengayun menggunakan ODM Gear-nya dengan hati-hati. Kondisinya sangat buruk, karena dia nyaris tak bisa melihat apapun. Jarak pandangnya juga sangat pendek, dan Mikasa pun memutuskan untuk berhenti menggunakan ODM Gear-nya agar terhindar dari menabrak pohon.

Mikasa mendarat di dekat pohon besar. Dia bersandar di pohon tersebut sambil menajamkan pendengarannya.

"Kuso, gelap sekali," Mikasa berbisik pada dirinya sendiri.

Mikasa mengintip dari balik pohon. Dia yakin tempat lonceng yang dipasang Levi sudah sangat dekat.

Mikasa menarik napas dan menyipitkan kedua matanya. Dia menajamkan indera pendengarannya. Namun, dia tidak mendengar bunyi lonceng.

Mikasa memutuskan untuk menunggu selama 15 menit. Jika tidak ada bunyi lonceng, dia akan kembali ke markas. 10 menit sudah terlewati, namun tidak ada bunyi lonceng.

Mikasa masih waspada. Dalam kegelapan, dia berusaha mencari tempat Levi memasang lonceng. Tiba-tiba, suara lonceng terdengar keras.

Mikasa menahan napas. Jantungnya berdebar hebat karena kondisi yang buruk. Dia tidak mungkin bisa berhadapan dengan Titan seorang diri dalam keadaan seperti ini. Satu-satunya cara adalah menembakkan flare gun agar Connie tahu lokasinya di mana. Dia harus memutuskan, melakukannya sekarang atau nanti.

Lonceng kembali berbunyi, kini dengan suara tali yang putus. Mikasa buru-buru menarik flare gun dari kantung celananya. Dia mendongak, namun dedaunan lebat menghalanginya untuk menggunakan flare gun.

Mikasa berjalan maju ke depan dan mencari celah di antara pepohonan agar bisa menembakkan flare gun-nya. Dia melihat ada celah lumayan besar dan langit terlihat jelas. Mikasa mengangkat tangan kanannya, namun sesuatu menabrak tubuhnya hingga dia terdorong ke arah pohon.

Mikasa terhempas ke pohon dengan sebuah tangan sudah berada di belakang kepalanya, melindungi kepalanya agar tidak terbentur. Ada tangan lain yang menutup mulutnya. Dia bisa melihat ada wajah di depannya secara samar-samar meski jaraknya sangat dekat.

"Sshh..." suara tersebut berbisik di kanannya. "Jangan bergerak."

Eren menekan tubuhnya pada Mikasa. Dahi mereka bersentuhan. Mikasa bisa merasakan kepala Eren bergerak sedikit ke kiri.

"Beruang," bisik Eren. "Dan besar sekali."

"Di... Mana?" Mikasa ikut berbisik.

"Di belakang pohon ini," jawab Eren.

Mikasa bisa mendengar suara napas berat binatang. Posisi beruang tersebut sangat dekat, namun tidak terlihat.

"Jangan... Bergerak," Eren kembali mengingatkan Mikasa.

Eren menurunkan tangannya dari mulut Mikasa. Dia mengambil flare gun dari tangan Mikasa dengan pelan dan mengantunginya. Tangannya bergerak dan menggenggam blade yang tergantung di pinggang Mikasa.

Keduanya bergeming. Suara napas berat beruang tersebut semakin terdengar. Mikasa bisa merasakan genggaman Eren pada blade-nya semakin kencang.

Kaki Mikasa bergerak dan menyentuh batu. Dia menginjaknya dengan hati-hati.

"Eren, ada batu di kaki kiriku," bisik Mikasa.

Eren bergerak pelan dan mengambil batu di dekat kaki Mikasa. Dengan cepat, dia melempar batu tersebut ke arah kanan. Beruang tersebut mengeluarkan bunyi seperti berdeham dan bergerak menjauh.

Eren pun menarik tangan Mikasa. "Ayo."

Eren dan Mikasa berjalan cepat namun hati-hati, menjauh dari tempat itu.

"Kelihatannya sudah aman," bisik Mikasa setelah mereka lima menit berjalan.

Eren melepaskan tangan Mikasa dan berbalik menghadap Mikasa. "Kenapa kau pergi sendiri dan tidak mengajak Connie?"

"Tidak ada yang menjaga markas kalau Connie ikut," jawab Mikasa. "Lagipula, aku harus bergerak cepat."

"Kalian bisa membangunkan kami dan biar kami yang menjaga markas! Kalau saja tadi aku tidak bangun untuk ke kamar kecil dan mendengar Connie mengentak atap, kau mungkin sudah diserang beruang!"

"Maaf, Eren. Aku beruntung tadi hanya beruang..."

"Beruntung kau bilang? Dalam keadaan seperti ini, kau saja tidak bisa melihat apapun, Mikasa! Walaupun itu beruang dan ukurannya tidak sebesar Titan, kau bisa mati kalau diserang!"

"Jangan sombong, Mikasa. Kau memang petarung yang hebat, tapi keadaan malam ini tidak mendukungmu untuk bergerak bebas. Risikonya terlalu besar kalau kau menggunakan ODM Gear di kegelapan seperti ini. Aku tahu itu beruang karena aku bisa melihatnya, namun samar. Di saat aku melihat ada pergerakan, aku juga melihatmu bergerak untuk bersiap-siap menembakkan flare gun. Kalau aku tidak datang, kau bisa terluka!"

Mikasa menunduk. "Maaf, Eren."

Eren mendengus dan menggenggam tangan Mikasa. "Ayo, kita pulang. Jalan kaki saja."

Mereka pun kembali ke markas. Levi dan Connie terlihat sudah menunggu mereka di halaman depan.

"Titan?" tanya Levi sambil bersedekap.

"Beruang," jawab Eren.

"Tali lonceng putus, Levi Heichou," Mikasa menimpali.

"Ya, lonceng di kamarku berbunyi dan mendadak longgar. Aku sudah menduga yang memutusnya kemungkinan hewan, karena tali yang putus itu aku pasang rendah, seukuran lutut kaki kuda. Dua tali lainnya aku pasang setinggi lima dan sepuluh meter. Jadi, bukan Titan," jelas Levi.

"Besok Jean dan Armin yang mendapat giliran patroli ke area Timur. Aku akan memberi tahu mereka untuk memasang tali dan lonceng di tempat itu," sahut Connie.

"Oke. Kelihatannya, kita memang butuh membangun pos jaga setinggi sepuluh meter di sini. Aku akan bicara dengan Hange pagi ini. Connie, Mikasa, silakan kembali berjaga. Eren, tidur. Pagi ini giliranmu membuat sarapan," kata Levi sambil berlalu.

Attack on Titan: VoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang