"Mi, ini 10 pack terakhir," Eren menaruh 10 pack teh di dekat kasir. "Banyak juga, ya."
"Ya, kan 100 pack, Ren," kata Mikasa sambil memegang kertas yang merupakan daftar catatan teh yang dikirim ke Mönke hari ini. "Yang di meja itu punya Zeke, udah aku pisahin."
"Makasih," Eren melirik dua kotak teh jenis Earl Grey di atas meja yang ditunjuk Mikasa. "Yang udah kamu catet aku masuk-masukin lemari, ya."
"Boleh, Ren," kata Mikasa sambil menunjuk lemari di sampingnya. "20 pack pertama masukin ke sini ya, sesuai nama."
"Oke," Eren mengambil 20 pack dan membawanya ke lemari. Dia menaruhnya satu per satu dengan hati-hati. "By the way, Mönke emang tiap hari ini libur, ya? Bukannya tiap Senin?"
"Ganti hari, Ren. Peminat di hari Senin banyak soalnya," jawab Mikasa.
Mereka pun sibuk bekerja sendiri-sendiri. Sampai akhirnya, Eren tiba-tiba memandangi Mikasa terus-terusan.
"Mi," Eren memanggil Mikasa tanpa menoleh padanya. "Kamu bagus deh, pake baju itu."
"Makanya kan aku beli, Ren," kata Mikasa. "Aku sama Annie bilang baju ini lucu. Ada satu warna lagi, warna peach gitu. Aku minta Annie beli juga, dia enggak mau."
"Kenapa?"
"Enggak cocok sama dia katanya. Padahal kan, lucu, ya."
"Annie cantik sih pasti, pake dress kayak gitu juga."
"Ya, kan..."
"Udah dateng semua, Mikasa?"
Levi sudah datang. Dia menaruh tas dan jaketnya di atas meja. "Ini yang buat Zeke?"
"Iya, kak," jawab Mikasa.
"Ren, ini, ya," Levi berjalan ke belakang kasir dan mengambil kantung kertas daur ulang dari laci di bawah kasir. "Gue masukin ke sini."
"Oh, iya, Heichou. Thanks, ya," jawab Eren.
"Semua ada 100, Mikasa?" tanya Levi sambil berjalan ke tempat dia biasa membuat teh untuk pelanggan.
"Tadi aku sama Eren udah itung, ada 100, kok," kata Mikasa. "Cuma tadi yang nganter bilang, Chamomile cuma ada 10 pack. 10 pack sisanya dia ganti pake Jasmine."
Levi yang sedang membuat teh berbalik ke arah Mikasa. "Siapa yang nyuruh diganti Jasmine?"
"Ya, enggak tau," Mikasa menatap Levi. "Aku kan, terima doang. Coba tanya Nifa."
Levi kembali membuat teh sambil menelepon Nifa menggunakan hp-nya.
"Nifa," suara Levi terdengar tegas. "Siapa yan nyuruh Chamomile diganti Jasmine?"
"Levi ngeri, dah," Eren berbisik pada Mikasa. "Dia enggak pernah ada hari tanpa marah-marah, ya?"
"Entar aja ngobrolnya, dia denger nanti," kata Mikasa sambil sibuk mencatat daftar teh di depannya.
"Bilang sama Varis, kalo ada perubahan kayak gitu ke gue dulu, jangan sembarangan," ucap Levi pada Nifa lewat telepon. "Lo besok tukeran sama dia. Besok pagi, jam 6, dia udah harus ada di sini, enggak ada tuh telat 10 menit. Lo besok tukeran sama dia, jadinya Varis sama Luke pagi, lo sama Rico siang."
Levi mematikan telepon dan kembali membuat teh. Eren dan Mikasa tidak bicara sepatah kata pun.
"Eren," Levi memanggil Eren, membuat Eren terkejut menatap Levi. "Itu yang Darjeeling sisain satu pack buat di bar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Attack on Titan: Voices
FanfictionSisi lain dari cerita yang kamu enggak akan dapatkan dari serial Attack on Titan / Shingeki no Kyojin. Yes, Their side stories and Eren's dream.