39. Go To Bandung

60 4 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca :)

Pagi ini sekitar pukul tujuh, Auris dan Ainun akan berangkat ke Bandung melalui jalur darat, yakni Auris menyetir mobil sendiri. Sebelum berangkat, mereka mengecek lagi barang yang akan mereka bawa. Auris dan Ainun akan pergi ke Bandung selama tiga hari dua malam. Mereka tidak hanya liburan, tapi juga mencari informasi lengkap tentang Ivan melalui alamat ibunya di sana. Di sana, Auris juga akan di temani Liora dan suaminya dan mereka pun sudah menetukan hotel untuk mereka menginap. Auris dan Ainun akan bertemu Liora dan suaminya di sana.

Setelah semuanya siap, Auris dan Ainun bergegas berangkat ke Bandung. Perjalanan dari Jakarta ke Bandung akan memakan waktu sekitar dua jam. Selama perjalanan, Auris dan Ainun menyanyikan lagu-lagu kesukaan mereka. Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam, Auris merasa ia ingin buang air kecil. Maka dari itu, kini Auris tengah mencari pom bensin terdekat untuk ke kamar mandi.

Tak lama berselang, akhirnya Auris menemukan pom bensin. Dengan bergegas, Auris langsung memarkirkan mobilnya dan langsung turun menuju toilet pom bensin tersebut. Sementara itu, Ainun menunggu di mobil sembari fokus menatap ponselnya. Beberapa saat kemudian, Auris kembali ke mobil dan mereka melanjutkan perjalanan.

"Eh, lo nggak pengen kuliah lagi?" tanya Auris tiba-tiba, membuat Ainun sedikit terkejut dengan pertanyaan Auris barusan.

"Ya, pengen sih, tapi kan gue udah kerja. Mana bisa gue bagi waktu." jawab Ainun yang nampak menutupi kesedihannya. Sebenarnya, ia sangat ingin melanjutkan pendidikannya yang sempat terputus karena masalah biaya.

Dulu, Ainun sempat kuliah dengan universitas dan jurusan yang sama dengan Auris. Karena ia tidak berhasil medapat beasiswa dan Auris yang malah mendapatkannya, jadi pada saat semester empat, Ainun memutuskan untuk berhenti kuliah karena ia tidak mampu membayar semesterannya. Setelah berhenti kuliah, Ainun sempat bekerja di mini market dekat rumahnya. Setelah beberapa tahun dan Auris telah menjadi sarjana, bahkan memiliki butik sendiri, Auris mengajaknya untuk bergabung di butiknya. Tentu saja, Ainun menerima tawaran tersebut dengan senang hati karena sedikit banyak, Ainun mengetahui seluk beluk dari pekerjaan di bidang fashion.

"Ya kan bisa online gitu, atau ngambil kelas karyawan." ucap Auris.

"Emang bisa kaya gitu?"

Auris mengangguk, "Ya bisalah dodol, kemana aja lo?" sindir Auris, "Jaman udah canggih, Nun." lanjutnya.

"Ya kan gue gak ngikutin begituan."

"Daftar aja, Nun." ucap Auris menyarankan, "Gue bayarin deh." Lanjutnya, membuat mata Ainun berbinar-binar seketika.

"Beneran?" tanya Ainun antusias.

Auris mengangguk, "Iya, masalah duit mah gampang. Lo tuh potensial, harus di kembangin. Jangan sia-siain potensi lo selagi muda." ucap Auris menyemangati Ainun.

"Gue gak bisa berkata-kata lagi. Ternyata lo bijak juga ya orangnya hehe." ucap Ainun sembari terkekeh ringan.

Auris memutar bola matanya malas, "Sialan lo, ngeremehin gue." ucap Auris.

"Iya-iya maap."

"Gue punya rencana buat buka cabang sekaligus sekolah fashion designer gitu." ucap Auris berangan-angan.

"Wihh, ide bagus tuh." ucap Ainun menaggapi ucapan Auris.

"Nah, lo yang pegang cabang kita yang sekarang nantinya." ucap Auris, membuat Ainun terdiam sejenak.

"Yang bener lo, ngaco deh."

"Ngaco dari mana, lo pantes kok dapet posisi itu."

"Yaudah deh pikir nanti."

Tak terasa, dua jam lebih mereka menempuh perjalanan dan sampailah mereka di kota kembang. Auris langsung melajukan mobilnya ke salah satu hotel berbintang yang ada di kota tersebut.

Setibanya di hotel, Auris menghubungi Liora karena Liora dan suaminya sudah sampai sedari tadi.

"Halo, dimana?" tanya Auris begitu ia tersambung dengan Liora.

"..."

"Oh di restaurantnya?"

"..."

"Oke, gue kesana sekarang." ucap Auris, kemudian ia mematikan sambungan teleponnya.

Setelah Auris menutup teleponnya, ia dan Ainun langsung bergegas menuju ke restaurant yang ada di hotel tersebut. Setibanya di restaurant, Auris melihat Liora sedang duduk santai di salah satu tempat duduk yang ada di sana bersama suaminya. Seketika itu, Auris dan Ainun melangkahkan kakinya mengahampiri Liora dan suaminya.

"Hei, udah lama lo di sini?" tanya Auris sembari memposisikan dirinya untuk duduk di meja yang sama dengan Liora dan tersenyum menyapa suami Liora, dan begitupun dengan Ainun. Suami Liora pun membalas senyuman Auris dan Ainun.

"Gak juga. Mungkin setengah jam yang lalu." ucap Liora, "Oiya, dia masih di toilet, yang?" tanya Liora kepada sang suami, membuat Auris dan Ainun kebingungan dengan kata dia yang diucapkan oleh Liora.

Suami Liora menangguk, "Iya. Sekalian ambil barang kali." ucap Anton, suami Liora.

Kemudian, ada seorang lelaki yang menghampiri mereka dan ternyata di adalah Adam. Auris sangat terkejut begitu melihat Adam berjalan ke arahnya, begitu pula dengan Ainun. Mereka berdua tidak menyangka akan bertemu Adam di sini.

"Hei, gue tadi ambil barang sekalian." Ucap Adam, "Kok ada Auris sama Ainun di sini?" tanya Adam dengan ekspresi terkejutnya begitu melihat keberadaan Auris dan Ainun di sana.

"Iya, kan gue emang rencananya liburan bareng sama mereka berdua." Jawab Liora dengan entengnya.

Sementara itu, Auris tidak bisa berkata-kata lagi, sudah jelas Liora merencanakan semua ini untuknya dan Adam. Auris langsung menghadiahi tatapan tajam ke arah Liora. Sedangkan Liora malah membalas tatapan tajam Auris dengan senyuman hangat.

"Oiya, ini card room kalian. Silahkan menikmati." ucap Liora sembari menyerahkan card room ke Auris dan Adam.

Kemudian, Liora dan Anton beranjak dari kursi mereka dan pergi menuju ke kamar. Sementara itu, Ainun diminta pergi ke kamar terlebih dahulu sembari membawa barang-barangnya. Setelah Ainun meninggalkan Auris dan Adam, keadaan menjadi canggung seketika.

"Eum, kok lo ada di sini?" tanya Auris membuka percakapan.

"Gue diajak sama Liora." jawab Adam singkat, membuat Auris semakin penasaran dengan sikap Adam yang aneh kepadanya.

"Lo kenapa? Ada yang salah sama gue?" tanya Auris penasaran.

Adam menggeleng, "Enggak kok. Yaudah, gue ke kamar dulu, ya." pamit Adam, kemudian ia melangkahkan kakinya meninggalkan Auris sendirian di sana.

Auris menatap punggung Adam yang semakin menjauh. Kemudian, ia menghela napas dalam-dalam. Pasti ada sesuatu yang salah dengannya hingga Adam bersikap dingin seperti itu. Auris pun pergi ke kamarnya dan setibanya di depan pintu kamar, ia mengetuk pintu dan tak lama berselang Ainun membukakan pintu.

Setelah memasuki kamar, Auris langsung membaringkan diri di kasur. Sementara itu, Ainun kembali melanjutkan permainan petualangan yang ada di ponselnya.

"Nun." Panggil Auris tiba-tiba. Sontak, sang pemilik nama pun langsung menoleh.

"Kenapa, Ris?"

"Lo ada ngerasa aneh nggak sama sikap Adam?" tanya Auris, membuat Ainun kebingungan.

"Ha? Aneh? Gimana maksud lo?"

"Ya aneh aja gitu. Jadi dingin banget sikapnya."

"Perasaan lo kali. Capek kali dia." ucap Ainun, membuat Auris menepis pikiran-pikiran anehnya terhadap Adam.

More Info :

Ig : alfinaaind19

Twitter : Alfinaindira

Wattpad : alfinaaind19

Enjoy!!! Staf safe, stay healthy yaaa!!!

Semoga terhibur !

Schédio Auris (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang