12. Karena Terlalu Sayang

167 15 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca :)

Di mall yang sama, Ivan langsung menghampiri Auris begitu melihat unggahan snapgram Auris yang terlihat berada di salah satu restaurant yang ada disini. Setibanya di restaurant tersebut, Ivan malah melihat Auris sedang mengobrol dengan lelaki lain.

Ivan langsung menghampiri Auris, dan Auris pun sangat terkejut melihat Ivan yang berjalan ke arahnya.

"Hei, boleh gabung nggak? Gak baik lho berduaan doang." ucap Ivan dan langsung duduk di samping Auris. Melihat kejadian barusan, Adam nampak bingung. Mengapa Ivan, seorang aktor terkenal berada di sini dan sepertinya ia mengenal dekat Auris.

"Ngapain lo disini?" tanya Auris dengan membulatkan matanya sempurna, ia begitu terkejut dengan ulah Ivan.

"Gapapa, gue pengen aja gitu mencegah hal-hal yang tidak diinginkan." ucap Ivan santai, "Maksud lo?" tanya Auris yang tidak mengerti perkataan Ivan barusan.

"Gini, lo kan Cuma berduaan nih. Nah, kan ga baik kalo cewek cowok tuh berduaan kaya gini. Konon katanya kalo cewek cowok berduaan itu yang ketiganya setan." ucap Ivan mengutarakan alasan tidak masuk akalnya untuk berada di antara Adam dan Auris. Sementara itu, Auris makin jengkel denga lelaki disampingnya itu.

"Ya lo setannya." ketus Auris, Adam pun nampak menahan tanwanya ketika Auris berkata seperti itu ke Ivan.

"Jahat banget sih lo, masa ngatain calon pacar setan sih?!" ucap Ivan dengan menekan kata calon pacar sambil melirik Adam.

Adam nampak terkejut dengan kata-kata Ivan barusan, "Kamu aktor itu, kan?" tanya Adam, dan Ivan pun mengangguk mengiyakan.

Auris langsung menarik tangan Ivan dan keluar dari restaurant tersebut meninggalkan Adam sendirian di sana. Dengan pasrah, Ivan pun mengikuti langkah Auris.

Setibanya di luar restaurant, Auris melepaskan genggaman tangannya dari pergelangan tangan Ivan.

"Mau lo tuh apaan sih? Ngapain lo disini?" tanya Auris beruntun, "Gue disini ada acara promo film." ucap Ivan santai.

Auris memutar bola matanya malas, "Haduh jangan bohong deh, udah sana ke tempat acara lo aja, jangan ganggu gue." usir Auris. Ivan langsung menggeleng, "Enggak, jawab dulu pertanyaan gue. Cowok itu klien lo?" tanya Ivan serius.

Dengan ragu, Auris menggeleng, "Iya, dia klien gue." ucap Auris berbohong.

Ivan menghela napas, "Mulai sekarang lo nggak boleh nerima klien cowok selain gue." titah Ivan. Sontak, Auris pun tidak setuju dengan perkataan Ivan.

"Dih, ya gabisa gitu dong. Emang kenapa? Lo cemburu? Lo gak percaya diri?" tolak Auris mentah-mentah. Ivan menggenggam kedua tangan Ivan, "Iya, gue cemburu, tapi lo salah. Bukannya gue gak percaya diri, itu semua karena gue terlalu sayang sama lo Nar." ucap Ivan lembut.

Auris langsung melepaskan genggaman tangan Ivan, "Gue udah bilang berapa kali sih, jangan panggil gue Nara." ucap Auris tegas, "Lo juga harus ingat, gue ini bukan milik lo, bahkan separuh pun enggak. Lo gak berhak apapun atas gue." ucapan Auris begitu menohok Ivan. Kata-kata Auris merupakan tamparan keras untuk Ivan agar dia tidak semena-mena terhadapnya.

"Gu-gue terlalu sayang sama lo." ucap Ivan lirih, "Terserah lo, itu perasaan lo. Gue gak bisa larang itu, tapi itu bukan berarti lo bisa nguasain gue seenaknya." ucap Auris tegas.

"Lo bisa balik ke tempat acara lo sekarang. Jangan ganggu gue." ucap Auris dan ia melangkahkan kakinya masuk kedalam restaurant, "Tapi—" ucap Ivan, Auris pun menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Ivan.

"Tapi apa?" tanya Auris, "Gue laper." jawab Ivan dengan ekspresi memelasnya.

"Cari aja restaurant lain." Ucap Auris, "Gabisa, gue maunya makan sama lo. dari pagi gue belum makan. Nanti gue bisa sakit kalo nggak makan." Ucap Ivan dengan beribu alasannya agar ia bisa makan bersama dengan Auris.

Schédio Auris (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang