Budayakan vote sebelum membaca :)
Pagi ini, Auris beraktivitas seperti biasa. Kini, ia sedang membantu para stafnya untuk memotong kain bermotif sesuai dengan pola baju untuk pakaian daily terbarunya.
"Kain yang polos warna margenta yang kemarin saya beli mana? Masih di gudang?" tanya Auris kepada para stafnya.
"Oh, masih di gudang kak." ucap Lala, "Mau saya ambilkan?" tawarnya.
Auris menggeleng, "Gausah, saya sendiri aja yang ngambil." tolak Auris. Kemudian, Auris melangkahkan kakinya menuju gudang penyimpanan kainnya dan mengambil kain berwarna margenta yang kemarin ia beli. Setelah itu, Auris kembali ke ruang pengerjaan baju. Dengan hati-hati, Auris memotong kain tersebut sesuai dengan pola model baju yang telah ia design sebelumnya. Setelah semuanya selesai, Auris menyerahkan potongan-potogan kain tersebut ke bagian penjahit dan ia kembali ke ruangannya.
Tak lama berselang, ada klien datang untuk melakukan fitting terakhir. Dengan telaten, Auris mengecek kembali baju yang dikenakan oleh kliennya itu dan ia rasa semuanya sudah sempurna.
"Ini udah bagus semua kok. Gimana? Ada yang kurang?" tanya Auris kepada kliennya.
"Eum, sebelah sini bisa nggak ditambah payet? Kelihatan sepi ternyata." ucap sang klien sembari menunjuk bagian depan roknya.
Auris mengangguk, "Bisa kok, nanti saya tambahkan. Mau payet model gimana?" tanya Auris.
"Samain aja sama yang samping."
"Oke, bagus juga kok."
Setelah fitting selesai, Auris kembali mengerjakan sketch wedding dress klien barunya karena rencananya klien tersebut akan datang sore ini untuk fitting dan berkonsultasi lagi.
Saat Auris tengah asyik mendesign wedding dress klien barunya, tiba-tiba Ainun dengan wajah sumringah dan malu-malu masuk keruangan Auris. Auris langsung menoleh ke arah Ainun dengan wajah heran, tidak biasanya Ainun masuk keruangannya dengan wajah sesenang ini secara tiba-tiba.
"Kenapa lo?"tanya Auris dengan ekspresi heran.
"Umm, gue ini, ucap Ainun malu-malu, "Gue seneng banget." Lanjutnya sembari loncat-loncat seperti anak kecil karena terlalu senang.
Auris berdecih, tak biasanya Ainun tersikap sealay ini, "Lo kenapa? Kesambet lo?" tanya Auris.
Ainun berjalan mendekati Auris, "Gue diajak dinner sama bang Nevan." ucap Ainun sambil tersenyum senang, membuat Auris membulatkan kedua matanya, ia terkejut dengan kemajuan hubungan Ainun dengan Nevan.
"Serius lo? AAAAA, seneng banget gue." teriak Auris, ia langsung bangkit dari duduknya dan memeluk Ainun.
"Iya gue serius, tapi gue gugup banget. Gue gapernah dinner berdua sama cowok." ucap Ainun, setelah itu ia melepaskan pelukan Auris.
Auris nampak berpikir sejenak, "Lo tenang aja. Gue akan bantuin lo." ucap Auris meyakinkan Ainun.
"Beneran, ya? Lo harus bantuin gue." ucap Auris.
"Iya, beneran. Gue akan make over lo supaya bang Nevan klepek-klepek sama lo."
Ainun terkekeh ringan, "Ada-ada aja lo."
Tiba-tiba mereka berdua dikejutkan oleh kedatangan Ivan. Dengan santai, Ivan masuk ke ruangan Auris sembari membawa paper bag.
"Hei." sapa Ivan begitu ia memasuki ruangan Auris.
Auris memutar bola matanya malas, "Ngapain kesini?" tanya Auris.
Ivan nampak berpikir, "Eum, alasan pertama itu gue kangen. Alasan kedua mau ngebalikin kain wol punya lo." ucap Ivan sambil menunjukan paper bag yang dibawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Schédio Auris (End)
Romance[COMPLETE] "Memori yang hilang dan tak terungkap" Seorang designer pemilik butik Auris bernama Naraya Auristella harus kehilangan ingatan di masa lalu karena kecelakaan yang dialaminya. Semua cerita tentang dirinya sudah menetap dalam memorinya. Nam...