13. Penculikan

139 15 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca :)

Pagi ini, seperti biasa Auris berangkat kerja ke butik bersama Ainun. Hari ini, ada beberapa jadwal fitting, dan ia harus menyelesaikan design pakaian daily untuk bulan depan. Auris berharap, hari ini ia bisa bekerja dengan tenang tanpa adanya gangguan dari siapapun, apalagi Ivan yang hampir setiap hari datang ke butiknya hanya untuk menemuinya.

Dua puluh menit berlalu, dan sampailah mereka berdua di butik. Auris pun langsung menuju ke ruangannya untuk melanjutkan sketchnya. Dengan cepat ia mendesign model baju ke tiga, yakni baju atasan kemeja dengan motif bunga di bagian bahu. Setelah itu, ia mengambil spidol warna hijau muda di poach pink pastelnya. Dengan telaten, ia mewarnai sketchnya. Tak lama berselang, Ainun datang ke ruangannya.

"Klien udah nungguin tuh." ucap Ainun, "Yaudah tunggu bentar, siapin gaunnya." Jawab Auris sembari menyelesaikan pewarnaan sketchnya.

Setelah menyelesaikan gambarannya, Auris pun keluar dari ruangannya untuk menemui klien pertamanya hari ini. Klien ini berasal dari Ciamis yang akan melangsungkan pernikahan bulan depan, dan hari ini adalah fitting kelimanya.

"Hei, apa kabar?" sapa klien Auris yang bernama Andin, ia sudah mengenakan gaunnya , "Iya, saya baik. Gimana? Ada yang kurang?" tanya Auris sembari melihat detail gaun yang dikenakan kliennya itu.

"Bagian perut bisa nggak dikasih payet warna rose gold gitu. Biar ada kesan elegan begitu" ucap Andin, Auris pun mengangguk, "Iya, bisa kok. Nanti saya ambilkan contoh payetnya, ya?" ucap Auris.

"Udah pas semua kok, tinggal finishing aja ini sama tambahan payetnya. Bentar ya, saya ambilkan contoh payetnya." ucap Auris, dan kemudian ia melangkahkan kakinya menuju ruang penyimpanan, disana terdapat ratusan model payet dengan warna-warna yang berbeda dan beberapa model kain brokat. Kemudian, Auris mengambil satu kotak berukuran sedang yang bertuliskan warna rose gold.

Setelah itu, Auris menaruh kotak tersebut di meja dan membukanya. Betapa terkejutnya Andin melihat belasan model payet berwarna rose gold yang sangat cantik di sana.

"Aduh cantik- cantik banget, bingung milihnya." ucap Andin terkesima dengan model payet yang ditunjukan kepada dirinya.

Auris tersenyum, "Iya, sepertinya payet yang ini cocok. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Modelnya juga manis dan memberikan kesan elegan." ucap Auris sembari menunjukan salah satu payet berbentuk daun berwarna rose gold.

Andin mengangguk-angguk sembari mengamati payet berbentuk daun yang dipilihkan oleh Auris, "Iya, ini bagus. Yaudah ini aja tambahannya." ucap Andin memutuskan.

"Oke, nanti saya tambahan payet ini di gaunnya kak Andin. Semuanya saya rasa sudah pas. Dua minggu lagi kita fitting terakhir." ucap Auris sopan.

Andin mengangguk, "Iya, yasudah saya pamit dulu ya. See you dua minggu lagi." pamit Andin.

Andin pun pulang di temani dengan calon suaminya, dan setelah itu silih berganti klien-klien Auris datang dan pergi, entah untuk mengambil pakaian yang sudah jadi atau fitting baju. Pagi ini cukup melelahkan bagi Auris karena jadwalnya yang cukup padat. Namun, tiba-tiba Ainun dengan tergesa-gesa berlari menuju ruangan Auris yang tengah beristirahat.

"Ris, lo masuk berita lagi." Ucap Ainun sambil menunjukan berita dengan tagline 'Cinta Segitiga Sang Aktor' dengan foto paparazi Auris dengan Ivan dan Seana di restaurant kemarin.

Auris menghela napas dalam-dalam sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing. Ia benar-benar pusing dengan pemberitaan yang begitu menyusahkannya. Auris benar-benar lelah saat ini. Ia harus melanjutkan design untuk beberapa klien dan untuk kebutuhan butiknya bulan depan. Namun, dengan adanya gosip-gosip tidak jelas seperti ini, membuat suasana hatinya memburuk dan Auris tidak bisa fokus ke pekerjaannya.

"Gue capek banget, kenapa sih ada berita-berita gak jelas begini." ucap Auris lirih, dan Ainun pun ikut sedih dengan apa yang diucapkan Auris. Memang benar, pagi ini begitu penuh jadwal mereka, apalagi Auris harus menyelesaikan sketch design dari beberapa klien baru dan fitting baju.

Ainun menepuk bahu Auris, ia berusaha menenangkan Auris yang ada dalam keadaan lelah dan tak tau harus bagaimana lagi dengan adanya berita seperti itu. Tak lama berselang salah satu staf pun datang ke ruangan Auris dan memberitahukan bahwa di luar sudah datang beberapa wartawan yang mencari Auris.

Mendengar itu, Auris menghela napas kasar dan memutuskan untuk keluar untuk mengusir para wartawan itu. Sementara itu, para wartawan langsung mengerubungi Auris dan mengajukan beberapa pertanyaan yang menurut Auris tidaklah penting untuk dibahas.

"Kak Auris, bagaimana tanggapannya mengenai berita cinta segitiga itu?"

"Apakah benar berita cinta segitiga itu, lalu menurut kak Auris,l siapa yang akan menjadi pasangan Ivan dalam kehidupan nyata."

"Apakah kak Auris merasa cemburu saat Ivan dipasangkan dengan Seana?"

Pertanyaan-pertanyaan itu membuat Auris semakin geram, "Kali ini saya tidak akan klarifikasi atau berkomentar apapun tentang berita itu. Jadi, saya harap kalian pergi dari sini dan biarkan saya melanjutkan pekerjaan saya." ucap Auris dengan tegas dan setelah itu, ia langsung masuk ke dalam butik, sementara para wartawan terlihat kecewa dengan statement yang dikeluarkan oleh Auris.

Tak lama kemudian, satu persatu para wartawan itu pergi meninggalkan butik Auris. Melihat itu pun, Auris dapat sedikit bernapas lega. Ia bisa melanjutkan pekerjaannya dengan tenang tanpa adanya gangguan dari siapapun.

"Ini udah jam satu lho Nar, dan lo belum makan." ucap Ainun mengingatkan Auris.

Auris menepuk dahinya, ia bahkan sampai lupa bahwa dari pagi ia belum memakan apapun, "Oiya gue lupa. Yaudah, gue keluar cari makan dulu, ya?! Lo mau nitip apa?" tanya Auris.

"Gue pengen ketoprak nih." ucap Ainun dengan cengengsan, sementara Ainun mengangguk mengiyakan ucapan Ainun.

Kemudian, Auris melangkahkan kakinya ke ruangannya untuk mengambil tasnya dan keluar butik setelah itu. Namun, pada saat Auris akan masuk kedalam mobil, terdapat empat orang memakai masker wajah berwarna hitam membekap mulut Auris dan menyeretnya masuk ke dalam mobil. Kebetulan, Ainun menoleh ke luar dan melihat Auris di bekap oleh empat orang mengenakan topeng. Ainun pun berlari dan mengejar mobil yang membawa Auris, tetapi sayangnya Ainun terlambat, mobil itu bergerak terlalu cepat. Ainun langsung masuk ke dalam butik dan mengambil ponselnya. Staf yang lain pun ikut panik melihat bosnya diculik. Ainun sempat bingung, siapa yang harus ia hubungi. Pertama, ia menelpon Ivan dan tidak ada jawaban dari Ivan. Kemudian, Ainun mencoba menelepon Liora dan akhirnya Ainun dapat tersambung dengan Liora.

"Ra, sorry banget ganggu, tapi ini gawat banget. Auris diculik." ucap Ainun panik.

"..."

"Gatau, tadi ada empat orang yang ngebawa Auris."

"..."

"Dia sih bawa tas tadi, harusnya handphonenya dibawa."

"..."

"Oke, tolong bantuin ya, gue takut banget Auris kenapa-napa."

"..."

Sementara itu, Liora langsung membuka laptopnya dan melacak keberadaan Auris melalui ponsel yang dibawanya. Sepuluh menit sudah Liora berkutat dengan laptopnya mencari keberadaan Auris, dan akhirnya ia menemukan lokasi dimana Auris berada. Bersamaan dengan itu, Adam menghampirinya sambil membawa beberapa berkas ke meja Liora.

"Ra, ini—" ucapan Adam terpotong, "Auris diculik, tolong bantuin gue. Gue tau lokasi dia sekarang." ucap Liora panik, mendengar itu mata Adam membulat sempurna.

"Serius lo?" ucap Adam ikut panik. Liora mengangguk, "Beneran. Cepat telepon polisi. Kita ke lokasi sekarang." ucap Liora sambil menarik tangan Adam.

Adam langsung melaporkan penculikan Auris kepada polisi melalui sambungan telepon dan bersama Liora, ia pun tancap gas menuju lokasi keberadaan Auris.

Tiga puluh menit berlalu, dan sampailah mereka di depan bangunan tua tak berpenghuni. Mereka berdua turun dari mobil dan,

Brak...

More Info :

Ig : alfinaaind19

Twitter : Alfinaindira

Wattpad : alfinaaind19

Enjoy!!!

Schédio Auris (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang