25. Teringat Nostalgia

76 4 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca :)

Malam ini, hujan turun cukup lebat. Kini, Ivan tengah menikmati secangkir kopi di balkon apartementnya sembari melihat turunnya hujan yang mengingatkan dia tentang masa lalunya dulu dengan Nara. Momen-momen bersama Nara dahulu sungguh tak terlupa oleh Ivan. Melihat hujan turun seperti ini, Ivan teringat akan satu momen kebersamaannya dengan Nara dulu.

Flashback On

Sore itu, dengan memakai baju seragamnya, Ivan dan Nara tengah dalam perjalan pulang setelah selesai mengunjungu salah satu pantai kesukaan mereka berdua. Selama mereka berpacaran, Ivan dan Nara sering mengunjungi pantai tersebut untuk melepas lelah setelah pulang sekolah.

Di tengah-tengah perjalanan mereka, tiba-tiba hujan turun cukup deras dan mau tidak mau Ivan dan Nara harus menepi untuk sementara. Kebetulan di depan sana, terdapat sebuah pos kampling yang bisa dijadikan tempat berteduh. Kemudian, Ivan menepikan sepeda motornya dan ia membantu Nara turun dari sepeda motornya. Ivan merangkul bahu Nara sambil menutupi kepala Nara agar tidak terlalu terkena hantaman air hujan yang sebenarnya tidak seberapa itu, tetapi Ivan tidak akan membiarkan wanitanya merasa kesakitan sedikitpun, meskipun itu hanyalah air hujan.

Ivan merangkul bahu Nara dan menarik kepala Nara agar bersender di pundaknya. Nara tersenyum melihat sikap manis Ivan kepadanya. Kepala Nara bersender di pundak Ivan dan kedua tangannya memeluk pinggang Ivan, Nara benar-benar kedinginan saat ini, tubuhnya gemetaran.

"Dingin banget," gumamnya, membuat Ivan langsung menoleh ke arah Nara.

Dengan raut wajah khawatir, Ivan merengkuh tubuh Nara ke pelukannya. Ivan mengusap bahu Nara untuk sedikit menghangatkan tubuh Nara.

"Kasihan banget sih pacar aku. Gemetar gini."

"Iya ih dingin banget." Nara makin mengeratkan pelukannya.

"Aku suka deh hujan-hujan gini." ucap Ivan tiba-tiba membuat dahi Nara berkerut kebingungan.

"Suka juga kalo aku sakit gara-gara hujan-hujanan gini?"

"Ya enggak lah sayang, aku suka hujan karena jadi ingat papa. Papa aku selalu bilang saat hujan turun ke aku dan mama, jangan pernah nilai orang dari dari keburukannya karena air hujan yang jernihpun berawal dari awan hitam. Itu kata-kata papa aku yang paling aku ingat, papaku orang yang selalu menilai orang dari sisi positifnya walau hanya ada setitik kebaikan didalam orang itu, tapi papaku akan menganggap orang itu baik."

Nara melepaskan pelukannya dan tersenyum ke arah Ivan, "Aku pengen ketemu papa kamu. Kenapa kamu gapernah cerita tentang keluarga kamu? Aku kan juga pengen kenal dan tau."

"Jangan, kita saling mengenal satu sama lain aja dulu. Lagian keluarga aku itu rumit." ucap Ivan sambil tersenyum miris melihat kenyataan yang ada, mata Ivan berkaca-kaca.

Nara yang melihat sang kekasih bersedih merengkuh tubuh Ivan ke pelukannya.

"Kamu bisa cerita sama aku, sayang. Apapun itu."

Ivan mengangguk, "Iya sayang. Jadi, papa mama aku udah cerai," Nara terkejut mendengar perkataan Ivan barusan, dan wajahnya berubah menjadi sendu, "Mama aku nikah lagi dan tinggal di Bandung dan papa aku meninggal gak lama setelah mama nikah lagi." kelopak mata Ivan tak mampu lagi membendung air mata, akhirnya air mata Ivan turun membasahi pipinya.

Nara mengusap pipi Ivan yang basah, "Maaf, ya. Aku udah buka luka lama kamu. Jadinya kamu sedih deh." ucap Nara merasa bersalah.

Ivan mengangguk dan memaksakan senyumnya, "Iya, gapapa. Kamu juga berhak tau." ucap Ivan sembari mengusap puncak kepala Nara.

"Hujannya udah reda nih, pulang yuk," ajak Nara dan Ivan mengangguk menyetujui perkataan Nara.

Flashback Off

Tanpa sadar, cairan bening keluar dari pelupuk mata Ivan ketika ia mengingat cerita itu. Momen ketika untuk pertama kalinya Ivan bercerita kepada Nara tentang keluarganya yang selama ini ia pendam untuk dirinya sendiri.

Tiba-tiba ada seseorang dari belakang yang menepuk pundak Ivan. Ivan terkejut dan langsung menoleh ke belakang, dan ternyata dia adalah Nevan.

"Sialan, kaget gue." umpat Ivan sembari memukul pelan lengan Nevan.

Nevan terkekeh ringan, "Maaf, gue cuma mau ngabarin. Besok pagi ada pemotretan bareng Seana."

Ivan mengangguk, "Iya, atur aja semuanya."

Sementara itu di rumah Auris, kini, Auris dan Ainun tengah menikmati makan malam bersama. Hari ini adalah hari yang cukup melelahkan bagi mereka berdua, setelah makan siang tadi, silih berganti para klien berdatangan, belum lagi Auris masih harus mendesign beberapa wedding dress klien barunya dan Ainun harus menyelesaikan beberapa detail baju yang sudah mendekati deadline.

"Capek banget hari ini." ucap Auris.

"Iya, padat banget jadwal hari ini." Kemudian Ainun menyuapkan sesendok nasi dan lauk ayam goreng ke mulutnya.

"Nun," panggil Auris, sang pemilik nama pun menoleh.

"Apa?"

"Lo beneran lagi pdkt sama Nevan?" tanya Auris penasaran, "Gatau, kalo gue sih jalanin aja apa yang ada di depan mata."

Auris mengangguk-angguk, "Lo suka sama dia?"

"Suka sebagai apa, nih?"

"Pasangan mungkin."

"Ya belum sih sebenarnya, tapi gue juga nggak menyangkal kalo gue buka hati buat dia."

"Cieee, wah habis ini ada yang ganti status." Ucap Auris sambil menaik turunkan kedua alisnya.

Ainun memutar bola matanya malas, "Ganti status pala lo."

"Udahlah, gue tunggu amplop undangannya." Auris membereskan peralatan makannya dan pergi ke kamarnya meninggalkan Ainun sendirian di sana.

Setibanya di kamar, Auris langsung merebahkan diri di kasur queen sizenya. Auris mecoba mengingat-ingat lagi masa lalunya dengan Ivan, tetapi tetap saja ia masih belum bisa mengingat semuanya. Dari hari ke hari rasa penasaran Auris tentang Ivan semakin kuat dan dari apa yang ia baca di berkas pemberian Liora pun terlihat ada sesuatu di keluarga Ivan mulai dari sang ibu ternyata adalah narapidana, ia juga mempunyai ayah tiri, ayah kandungnya pun belum ada informasi yang jelas. Semua misteri ini benar-benar membuat Auris pusing tujuh keliling. Tiba-tiba Auris memiliki ide untuk mencari tau tentang Ivan di halaman internet, mengingat ia adalah seorang aktor terkenal. Pasti ada banyak informasi tentang Ivan disana.

Auris bangkit dari tempat tidur dan mengambil laptopnya di nakas samping tempat tidur. Ia membuka laptopnya dan langsung mencari informasi tentang Ivan di laman Internet. Namun, hasil pencarian tersebut tak ada satupun artikel yang menjurus kepada informasi keluarga pribadi Ivan. Di sana hanyalah artikel mengenai perjalanan asmara yang hanya lah sebuah isu dan beberapa berita tentang film yang di bintanginya. Setelah mencari-cari informasi tentang Ivan di laman internet dan Auris tidak menemukan informasi yang ia mau, Auris pun putus asa. Kemudian, Auris menutup laptopnya dan membaringkan diri di kasurnya hingga ia masuk kedalam alam mimpinya.

More Info :

Ig : alfinaaind19

Twitter : Alfinaindira

Wattpad : alfinaaind19

Enjoy!!!

Schédio Auris (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang