30. Kondangan

83 5 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca :)

Kini, Ivan sedang mengacak-acak lemarinya, ia mencari setelan baju yang pas untuk mengahdiri acara pernikahan teman sesama artis dimana ia akan berangkat bersama Auris. Seperti biasa, kondisi walking closet Ivan sangat berantakan. Kemeja dan jas bertebaran di mana-mana. Sudah sekitar satu jam, Ivan mencari kesana kemari setelan jas yang cocok untuknya, padahal banyak sekali pilihan jas bagus. Namun, Ivan beranggapan bahwa ia harus berpenampilan sempurna malam ini.

Pada saat tengah mencari-cari setelan jas yang cocok untuknya, tak sengaja ia melihat sebuah setelan jas baru yang belum pernah di pakai olehnya. Kemudian, Ivan membuka wadah jas tersebut dan ia merasa bahwa jas ini cocok untuk acara malam ini. Tak mau berlama-lama di walking closetnya, Ivan pun langsung berganti pakaian dengan setelan jas berwarna cream tersebut.

Tak sampai sepuluh menit, akhirnya Ivan sudah bersiap. Kini, Ivan bergegas menuju mobil sedan mewahnya dan tancap gas menuju rumah Auris. Selama perjalanan, tak henti-hentinya Ivan memikirkan Auris. Ia tak sabar bertemu dengan wanita pujaannya itu.

Setelah menempuh perjalanan hampir dua puluh menit, akhirnya Ivan sampai juga di rumah Auris. Ivan turun dari mobilnya dan berjalan menuju pintu depan rumah Auris.

Ivan memencet bel yang berada di samping pintu depan Auris. Tak lama berselang, seseorang membukakan pintu dan dia adalah Ainun. Kemudian, Ainun mempersilahkan Ivan masuk ke dalam.

"Van, tunggu bentar ya. Auris lagi siap-siap." ucap Ainun. Lalu, Ainun melangkahkan kakinya menuju kamar Auris untuk memberitahukannya bahwa Ivan sudah datang.

Setibanya Ainun di kamar Auris, Ainun mendapati Auris sedang menata rambutnya.

"Ivan udah dateng tuh, cepetan." ucap Ainun. Mendengar perkataan Ainun barusan, seketika mata Auris membulat sempurna dan dengan bergegas, ia menyesaikan tatanan rambutnya.

"Ini udah mau selesai."

Ainun duduk di pinggiran kasur Auris sembari memandangi temannya dandan begitu hebohnya.

"Tumben banget lo dandan sebegininya. Biasanya, dateng ke kondangan gapernah tuh nata rambut sampe ribet gini." ucap Ainun memandang Auris heran, membuat Auris salah tingkah.

"Ya lagi pengen aja style rambut kaya gini."

Ainun terkekeh ringan, Auris pasti ingin berdandan secantik mungkin karena akan pergi bersama Ivan, pikir Ainun.

Sepuluh menit berlalu, kini Auris telah selesai bersiap. Dengan membawa clutch berwarna cream, ia melangkahkan kakinya menuju ruang tamu.

Setibanya di ruang tamu, Auris mendapati Ivan tengah menunggunya sembari bermain ponsel.

"Yuk, gue udah siap." ucap Auris, membuat Ivan langsung menoleh ke arahnya.

Di sana, Ivan melihat Auris dari kaki sampai kepala dengan mulut terbuka lebar. Ia sangat kagum dengan penampilan Auris yang sangat elegan, cantik, dan menawan ini. Kini, Ivan hanya terdiam tanpa bisa berkata sepatah kata pun. Dengan memakai halter dress panjang berwarna cream yang merupakan jenis dress wanita dengan model tanpa lengan tetapi memiliki kerah yang melingkari leher, Auris nampak sangat cantik, bahkan meskipun hanya dengan dandanan natural.

"Hei, jadi berangkat nggak nih?" ucapan Auris membuyarkan lamunan Ivan yang tengah terpesona oleh penampilan Auris.

"Hah, apa?"

Auris memutar bola matanya malas, "Jadi berangkat nggak? Diem mulu." ucap Auris sebal.

"Eh, iya jadi kok yuk." ucap Ivan salah tingkah.

Schédio Auris (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang