33. Ainun's First Date

73 4 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca :)

Sore harinya, Auris dan Ainun pulang lebih awal karena Ainun pasti akan membutuhkan waktu lebih untuk berdandan. Setibanya di rumah, Ainun langsung masuk ke kamarnya untuk mandi terlebih dahulu. Sementara itu, Auris mengambil sebagian make up nya untuk mendandani Ainun dan dress yang kemarin ia beli tanpa sepengetahuan Ainun.

Setelah memasukan beberapa make up dan dress Ainun, Auris bergegas memasuki kamar Ainun. Ternyata, Ainun belum selesai mandi dan Auris harus menunggu. Sembari menunggu Ainun menyelesaikan mandinya, Auris mengambil ponselnya dan melihat beberapa notifikasi di aplikasi chat whatsapp. Kebanyakan, ia mendapat pesan dari kliennya. Namun, ada satu pesan yang menyita perhatian Auris. Pesan itu dari Ivan yang menanyakan "lagi apa?" Auris nampak menahan tawanya. Bagi Auris, pertanyaan seperti itu adalah pertanyaan klise seorang remaja yang sedang sedang melakukan pendekatan. Auris membiarkan pesan itu begitu saja tanpa mau membalasnya.

Tak lama berselang, akhirnya Ainun keluar dari kamar mandi. Auris langsung bengkit dari duduknya dan menuntun Ainun untuk duduk di kursi meja riasnya. Ainun nampak terkejut dengan perlakuan Auris kepadanya.

"Ini mau diapain?" tanya Ainun penasaran.

"Udahlah lo duduk aja, gue bakal make over lo."

Ainun menghela napas, ia pasrah karena dirinya memang tidak bisa dandan. Untunglah ada Auris yang sudah terbiasa dengan berbagai macam bubuk berwarna itu. Dengan telaten, Auris memakaikan berbagai macam cairan di wajah Ainun yang Ainun sendiri tidak tahu menau kegunaan cairan-cairan tersebut. Kemudian, Auris memakaikan eyeshadow berwarna cokelat muda di campur dengan warna peach, kedua warna tersebut menghasilkan warna yang natural di kelopak mata Ainun.

Setelah semuanya selesai, tinggal satu sentuhan terakhir dari make up Ainun, yakni lipsti. Auris mengambil satu pouchnya yang berisi kurang lebih ada belasan lipstik dan lipcream dengan berbagai warna.

Nih, mau warna yang mana? tanya Auris sembari menunjukan isi pouch berisi lipstik-lipstiknya.

Ainun melihat satu persatu lipstik dan lipcream, dan akhirnya Ainun pun memilih lipcream berwarna pink nude. Ainun memakai sendiri lipcream tersebut. Setelah itu, Ainun berdiri dan menghampiri lemarinya, ia hendak mencari baju yang cocok untuk dinner pertamanya dengan Nevan.

Ainun membuka lemarinya, "Gue pake baju apa, ya?" tanya Ainun kebingungan, karena tidak ada baju yang pas untuknya.

Auris tersenyum dan mengeluarkan sesuatu dari paper bag yang ia bawa.

"Hei, gue punya sesuatu buat lo."

Ainun langsung balik badan, dan betapa terkejutnya Ainun ketika Auris membeli dress yang ia tolak kemarin karena dirinya merasa dress tersebut tidak akan berguna, tetapi sekarang Ainun benar-benar membutuhkan dress itu agar ia tampil cantik pada saat dinner bersama Nevan.

Ainun menutup mulut dengan tangannya, ia benar-benar tak menyangka Auris melakukan ini, "S-serius lo? lo beli dress itu?" tanya Ainun masih tak percaya.

Auris mengangguk dengan bangga, "Iya dong. Feeling aja, pasti nih baju bakal berguna. Jadi, gue beli deh." ucap Auris.

Ainun terharu dengan mencebikkan bibirnya, ia berlari menghampiri Auris, kemudian ia memeluknya erat.

"Makasih."

"Iya sama-sama. Eh, jangan nangis dong. Nanti make up lo luntur." ucap Auris sembari melepaskan pelukan Ainun.

"Iya, yaudah gue ganti dulu."

Kemudian, Ainun kembali ke kamar mandinya untuk ganti baju. Tiba-tiba ponsel Auris berbunyi, dilihatnya terpampang nama Ivan dalam papan notifikasi di ponsel Auris. Aursi pun membukanya, di sana tertulis kekesalan Ivan karena Auris tidak menjawab pesan Ivan.

Schédio Auris (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang