19. Kebaikan Sesaat

127 11 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca :)

Hari ini, Auris masih harus beristirahat di rumah karena kondisinya masih belum pulih seperti sedia kala. Sementara itu, Ainun tetap berangkat bekerja. Kini, mereka berdua berada di ruang makan untuk sarapan bersama.

Setelah selesai sarapan, Ainun bergegas berangkat ke butik karena pagi ini ada jadwal fitting dengan klien.

"Gue berangkat dulu, ya?" pamit Ainun, dan Auris hanya mengangguk sebagai jawaban.

Setelah Ainun berangkat ke butik, Auris langsung pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap ke suatu tempat. Hari ini, Auris memang sengaja merencanakan sesuatu untuk para pelaku penculikannya, ia berencana pergi ke kantor kepolisian untuk menemui para pelaku.

Tak lama kemudian, Auris pun telah bersiap dan langsung tancap gas menuju kantor kepolisian. Selama perjalanan, Auris terus memikirkan apa balasan yang pantas untuk wanita-wanita gila itu. Auris akan membuat mereka lebih menderita dari apa yang mereka bayangkan. Auris bahkan tak segan-segan untuk melenyapkan wanita-wanita itu. Auris berbuat seperti ini pasti ada alasannya, ia akan membalas siapapun yang mengusik hidupnya tak peduli siapapun itu.

Tiga puluh menit berlalu dan akhirnya Auris sampai di tujuan. Dengan dendam yang tengah membara, Auris memasuki kantor kepolisian untuk menemui para pelaku. Sayangnya, Auris harus menunggu beberapa menit untuk bertemu dengan para pelaku karena mereka masih ada kegiatan di dalam. Dengan sabar, Auris menunggu kurang lebih tiga puluh menit untuk menemui wanita-wanita itu.

Akhirnya, para pelaku keluar untuk menemui Auris. Adel dan para pengikutnya tertunduk lesu ketika melihat Auris di sana. Mereka gemetar ketakutan melihat seringaian Auris.

Auris menyeringai misterius, "Hai, apa kabar kalian semua?" tanya Auris dengan senyum palsunya ketika mereka semua duduk dihadapanya. Adel dan pengikutnya gemetar ketakutan.

"Ngapain lo kesini?" tanya Adel memberanikan diri membuka suara.

Auris tersenyum meremehkan, "Saya kesini pengen ketemu kalian, sekalian liat wajah-wajah para pengecut." ucap Auris penuh penekanan di setiap kata.

"Dasar gatau diri." Gumam salah satu wanita itu, dan kata-kata itu masih bisa terdengar oleh Auris. Auris hanya bisa tertawa mendengar kata-kata ejekan yang terlontar untuknya.

Auris menghela napas, Masih bisa bersuara juga kalian pada saat keadaan seperti ini.

"Cepat pergi dari sini, gue muak liat muka lo." gertak Adel.

"Justru, saya malah pengen ngobrol sama kamu." ucap Auris dengan tenang. Adel pun bingung, "Gue udah di penjara, lo mau apa lagi dari gue?" ucap Adel sewot.

"Saya pikir kalian sangat menderita disini." ucap Auris, Maksud lo? tanya Adel yang masih tidak paham dengan kata-kata Auris.

"Waktu kalian sudah habis." ucap salah satu anggota kepolisian yang menjaga. Seketika itu, Adel beserta para pelaku yang lain dapat bernapas lega.

"Tunggu dulu pak. Boleh saya minta tambahan waktu berbicara dengan Adel." ucap Auris kepada salah satu anggota kepolisian tersebut.

"Bisa, tetapi ada biaya tambahan."

Auris tertawa kecut, bagaimana bisa harus mengeluarkan biaya hanya untuk tambahan waktu berbicara pada tahanan, sungguh lucu aturan di negri ini. Kemudian, Auris pun mau membayar untuk tambahan waktu berbicara dengan Adel. Sementara Adel, ia sangat deg-deg an dan takut karena ia akan berbicara empat mata dengan Auris. Setelah masalah administrasi selesai, Auris kembali duduk berhadapan dengan Adel.

Auris memandang remeh seseorang di depannya kini. Rasanya, Auris ingin melenyapkannya sekarang juga, tetapi ia harus menahan semua ego untuk rencana yang lebih besar lagi. Adel sangat terpojok saat ini, rasanya tatapan Auris sangat mengintimidasi dirinya.

Schédio Auris (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang