Budayakan vote sebelum membaca :)
Satu bulan telah berlalu dan besok adalah acara mini show Auris. Selama sebulan ini, Auris telah mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuannya untuk menyiapkan acara show brand pertamanya. Setiap hari, Auris dan para staffnya rela pulang tengah malam untuk menyelesaikan baju-baju yang akan dipamerkan pada saat mini show Auris. Ivan pun sebagai kekasih sangat mendukung Auris, setiap hari Ivan datang ke butik di sela kesibukannya di lokasi syuting hanya untuk sekedar menyapa atau membawakannya makanan atau cemilan untuk Auris.
Hari ini, Auris, Ainun dan Ivan berencana untuk menjenguk mama dari Auris di rumah sakit jiwa untuk meminta restu agar acara mini show butik Auris berjalan dengan lancar. Di sana pula lah, Auris juga akan memperkenalkan Ivan pada mamanya.
Kini, Auris tengah menunggu kedatangan Ivan. Tak lama berselang, munculah Ainun yang baru saja selesai bersiap dengan kemeja biru muda dan celana jeansnya. Kemudian, Ainun duduk di samping Auris.
"Udah siap lo?" tanya Auris kepada Ainun.
"Udah dong." jawab Ainun. "O iya, gimana kalo respon mama lo ga bagus waktu lihat Ivan nanti?"
"Gatau, ya moga-moga bagus lah responnya. Kita kan niatnya baik."
"Hmm semoga aja."
Bersamaan dengan itu, terdengar mobil berhenti di depan rumah Auris. Kemudian, Auris dan Ainun berdiri dan keluar dari rumah menghampiri mobil Ivan. mereka berdua masuk ke dalam mobil dengan Auris di depan samping Ivan, sedangkan Ainun berada di bagian tengah.
"Hei, pagi sayang." sapa Ivan ketika Auris masuk ke dalam mobilnya sembari tersenyum. "Pagi sayang."
"Duh males banget deh gini, jadi obat nyamuk." cibir Ainun ketika melihat kemesaraan kedua orang yang ada di depannya ini. "Dih, iri aja lo." balas Ivan.
Hari ini, Ivan pergi tanpa Nevan. Nevan tidak bisa ikut karena ada pekerjaan penting yang tidak bisa ditinggalkan atau ditunda. Maka dari itu, Ainun hanya bisa pasrah ketika melihat kemesraan kedua temannya ini tanpa seorang pendamping di sisinya, yakni Nevan.
Perjalanan ke rumah sakit jiwa tempat mama Auris dirawat memakan waktu sekitar satu jam setengah sampai dua jam apabila perjalanan berjalan lancar. Selama perjalanan, sebenarnya Auris sedikit khawatir dengan respon mamanya ketika meihat Ivan, mengingat sepotong memori yang memperlihatkan bahwa mamanya begitu membenci Ivan sampai berteriak histeris. Apakah respon yang sama akan ditunjukkan mamanya ketika melihat Ivan? Entahlah, Auris benar-benar bingung saat ini. Melihat kekasihnya terlihat khawatir dan gelisah, Ivan pun menoleh ke arah Auris.
"Ada apa?" tanyanya.
Auris menoleh ke arah Ivan, "Gapapa."
"Beneran?"
Dengan ragu, Auris mengangguk perlahan menandakan bahwa dia baik-baik saja. Sementara itu, di bangku tengah, terlihat Ainun tengah tertidur pulas, mengingat perjalanan akan memakan waktu yang cukup lama.
Sialnya, kini mereka terjebak kemacetan. Entah ada apa di depan, tetapi hal ini cukup menguras emosi dan tenaga Ivan dan Auris karena sudah hampir tiga puluh menit mobil mereka sama sekali tidak bergerak. Begitupun dengan mobil yang ada di depan atau di belakang mereka. Beberapa kali, Ivan menekan bel karena sudah terlalu lama mereka berhenti.
Tak lama berselang, akhirnya mobil depan mereka bergerak untuk sesaat dan setelah itu berhenti kembali. Ivan pun kembali mengumpat ketika mobilnya harus terhenti lagi. Kemudian, Auris membuka kaca mobil dan dia melihat pedagang keliling berjalan melewati mobil mereka.
Auris pun memanggil pedagang tersebut. Kemudian, pedangang tersebut menoleh dan menghampiri Auris. "Ada apa neng?"
"Di depan ada apa, ya bang? Kok dari tadi gak bergerak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Schédio Auris (End)
Romance[COMPLETE] "Memori yang hilang dan tak terungkap" Seorang designer pemilik butik Auris bernama Naraya Auristella harus kehilangan ingatan di masa lalu karena kecelakaan yang dialaminya. Semua cerita tentang dirinya sudah menetap dalam memorinya. Nam...