6. Kekejaman Paparazi

332 24 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca :)

Auris mengerjapkan kedua matanya perlahan, ia baru saja siuman dan sudah berada di dalam kamarnya. Kemudian, ia mencoba untuk merubah posisinya dari terbaring menjadi duduk. Namun, kepalanya masih pusing. Jadi, ia merebahkan tubuhnya lagi di kasur.

Tak lama berselang, pintu kamar Auris terbuka dan Ainun pun masuk dengan membawa makan malam Auris. Ainun langsung meletakkan makanan yang ia bawa di meja dan menghampiri Auris yang telah siuman.

"Udah siuman lo?" tanya Ainun panik.

Auris melemparkan tatapan mengerikannya kepada Ainun, nyali Ainun menciut seketika dan sedikit menjaga jarak.

"Kenapa sih lo? Gue nggak ngerti, dengan alasan apapun lo keterlaluan Nun, dia itu klien kita. Lo udah umur 25 tahun dan kaya gini cara lo menyelesaikan masalah? Gue nggak habis pikir, sumpah. Lo berantakin butik gue, dan masih berani muncul dihadapan gue?!" omel Auris sambil memegang kepalanya yang masih terasa pusing.

Ainun menunduk tak berani menatap Auris langsung, "Sorry, gue lagi sensi tadi. Lo tenang aja, butik lo udah gue beresin." ucapnya menyesal.

Auris menghela napas dalam-dalam dan menutup matanya untuk beberapa detik, ia mulai bangkit dan menghampiri Ainun. Auris merengkuh tubuh Ainun kedalam pelukannya dan berbisik,

"Ada satu kisah yang terlewat." Dahi Ainun berkerut, ia tidak mengerti maksud perkataan Auris. Seketika itu, Ainun melepas pelukan Auris.

"Mak-maksud lo?" tanya Ainun yang terkejut sekaligus seolah-olah tidak mengerti, padahal dalam hatinya, jangan-jangan kisahnya dengan Ivan batinnya berkata demikian.

"Hidup gue bisa diibaratin seperti puzzle setelah gue amnesia. Pada saat itu, hanya lo yang ada di samping gue, dan bantuin gue untuk menata puzzle itu ke tempat yang seharusnya. Lo berhasil menata puzzle-puzzle itu dengan sangat rapi, sampai gue nggak tau, bahwa ada satu puzzle yang masih hilang," Auris menatap Ainun dengan mata yang berkaca-kaca. Sementara Ainun, ia benar-benar terpaku karena kata hatinya benar. Ini tentang masa lalunya dengan Ivan, "Menurut lo, apakah puzzle itu udah selesai? Puzzle gue belum selesai Nun." Ainun tertawa miris, air matanya mulai menetes.

Ainun benar-benar membeku di tempat, "Gu-gue rasa puzzle itu, hanya lo yang bisa nemuin dan ngembaliin ke tempat semula. Lo yang tau segalanya tentang kisah itu, dan gue rasa, gue gak pantes cerita tentang Ivan karena kisah ini bakalan jadi cerita versi gue. Lo yang ngejalanin semua, lo yang tau segalanya. Makanya, gue gak berani cerita apapun tentang Ivan." papar Ainun panjang lebar.

Ainun meremas baju tidurnya, menahan sakit luka lama yang harus ia robek sendiri demi kebenaran yang akan ia ungkap.

"Oke, gue akan cari tau apa yang sebenarnya terjadi. Gue akan temuin puzzle itu dan ini akan jadi kisah dengan versi yang paling sempurna." ucap Auris dengan penekanan di setiap katanya.

***

Ainun berlari secepat mungkin menuju kamar Auris. Tanpa mengetuk pintu, Ainun langsung membuka pintu kamar Auris. Terlihat di ranjangnya, Auris masih terlelap terbungkus selimut. Ainun mengguncangkan tubuh Auris hendak membangunkannya.

"Nar, bangun Nar. Gawat, sumpah ini gawat banget." ucap Ainun panik.

Tubuh Auris menggeliat dan merentangkan kedua tangannya. Namun, matanya masih tertutup. Akhirnya, dengan terpaksa, Ainun mengambil segelas air yang ada di nakas dan menyiramkannya ke wajah Auris. Seketika itu, Auris terbangun dan mengusap wajahnya yang basah.

"Sialan! Nun, gila lo ya?! Lo kira gue tanaman apa? Pake siram-sirang segala." omel Auris, sedangkan Ainun langsung menunjukan ponselnya. Mata Auris membulat sempurna ketika melihat berita gosip yang terpampang nyata di media sosial lengkap dengan fotonya di pantai kemarin dirinya tengah di gendong Ivan.

"HAH?!!!"

"Di luar banyak wartawan dateng." ucap Ainun lemas.

Auris menghela napas, ia terdiam sesaat. Sebenarnya, Auris sendiri tidak tau harus berbuat apa karena ini adalah kali pertama ia menjadi sorotan seantero jagad sosial media. Kini, hanya ada nama Ivan yang ada di kepala Auris karena semua ini terjadi akibat perbuatan Ivan.

Auris pun geram, "Gue minta nomor teleponnya NV management"

Sementara itu, di apartement Ivan pun Nevan sama hebohnya dengan Ainun. Nevan langsung mengahmpiri Ivan di kamarnya, dan dengan pulasnya Ivan tertidur di ranjang king size nya. Nevan langsung mengguncang tubuh Ivan, dengan perlahan Ivan pun terbangun dari mimpi indahnya. Ivan pun terkejut begitu melihat Nevan berada di kamarnya. Sementara itu, Nevan langsung menunjukan berita yang tersebar luas di media sosial tentang dirinya dan Auris.

"Nih, lihat! Muka lo ada di mana-mana. Lagian ngapain sih lo sama Auris, pake gendong-gendongan segala." omel Nevan kepada talent nya itu. Ivan tak berkutik dan menunduk, "Kemarin dia sakit, makanya gue gendong."

Kemudian ponsel Nevan berdering dan menampilkan nomor asing yang kini menelponnya. Nevan menekan tombol hijau, dan meletakkan ponselnya di telinganya.

"Halo, ini NV management."

Mata Nevan membulat sempurna ketika mendengar suara Auris di sambungan telepon.

"Gimana apanya. Kita disini juga lagi bingung ada berita gosip seperti ini." ucap Nevan dengan nada tinggi.

"..."

"Lohh, ibu Auris yang terhormat. Dengarkan ya, sebenarnya ini cuma gosip biasa. Nanti juga bakal hilang sendiri, asalkan kamu bisa jaga jarak dengan Ivan."

Ivan langsung berdiri ketika mendengar nama Auris. Kemudian, ia merebut ponsel Nevan.

"Halo calon pacar, tenang ya. Ini cuma gosip biasa, ntar juga bakal jadi kenyataan." ucap Ivan dengan mengeluarkan jurus gombalannya, sedangkan di sana Auris mendelik seketika. Auris makin geram karena Ivan dan managementnya seakan meremehkan gosip ini.

"Sialan, mereka ngeremehin situasi kaya gini." ucap Auris geram dan langsung memutuskan sambungan telepon.

"Nun, batalin semua janji sama klien hari ini." titah Auris dan ia kembali membaringkan tubuhnya di ranjangnya.

Kemudian, Auris kembali membuka ponselnya dan banyak sekali notifikasi masuk ke akun media sosialnya. Kini, ia membuka aplikasi instagramnya dan banyak sekali kometar-komentar positif yang memuji kecantikannya dan dukungan kepada Auris. Banyak pula, komentar-komentar pedas dari fans Ivan yang tidak setuju apabila Ivan menjalin hubungan dengannya. Ada pula akun-akun olshop yang numpang iklan dan berjualan di unggahannya, seperti peninggi badan, pemutih kulit, dan lain sebagainya.

Sungguh berat bila berurusan dengan aktor terkenal seperti Ivan. Banyak hal tak terduga bisa terjadi di kehidupannya. Seperti saat ini, Auris sedang melihat kondisi luar rumahnya dibalik tirai kamarnya. Di luar pagar, sekitar belasan wartawan sedang menunggunya. Gosip-gosip tidak jelas seperti ini benar-benar membuatnya stres.

Tak lama kemudian, ponselnya kembali berdering. Terpampang nama Liora di layar kaca ponsel Auris, Auris menghela napas dalam-dalam dan mengangkat telepon dari Liora.

"Halo,"

"..."

"Enggak, itu cuma gosip. Dia klien gue."

"..."

"Gue nggak bisa ketemuan sekarang, banyak wartawan di depan rumah gue."

"..."

"Oke, soon kita bakal ketemu."

Seperti saat ini, Liora menghubunginya hanya untuk mengetahui gosip yang beredar luas itu benar atau tidak. Itu semua membuat Auris semakin jengkel dan sangat tersiksa. Auris sangat tidak suka menjadi pusat perhatian. Kini malah fotonya dengan Ivan tersebar luas. Auris benar-benar akan mengutuk siapa saja yang mengambil gambar itu kemarin.

More Info :

Ig : alfinaaind19

Twitter : Alfinaindira

Wattpad : alfinaaind19

Enjoy!!!

Schédio Auris (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang