47. Kembali

61 2 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca :) Happy reading !


Kring... Kring... Alarm milik Auris berbunyi, membuat Auris sedikit tidak nyaman dengan suara tersebut. Tubuhnya yang masih terbalut oleh selimut tebalnya sedikit menggeliat mendengar bunyi alarm yang cukup kencang. Kemudian, dengan mata yang masih terpejam, tangan Auris meraih alarm yang berada di atas nakas dan mematikannya.

Auris bangkit dari tidurnya dan duduk sejenak untuk mengumpulkan nyawa. Kemudian, ia mengambil ponselnya yang berada dia atas nakas dan melihat beberapa notifikasi yang muncul. Di sana ada pesan dari beberapa klien dan vendor, bahkan dari sang kekasih, yakni Ivan. Seolah enggan untuk membalas beberapa pesan tersebut, Auris meletakkan kembali ponselnya ke atas nakas.

Kemudian, Auris beranjak dari kasurnya dan melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi untuk bersiap. Hari ini, Auris berencana untuk pergi ke kantor Liora. Ia merasa bahwa ada hal penting untuk dibicarakan langsung. Auris ingin meminta maaf kepada Liora atas perkataan dan perbuatannya pada saat mereka liburan bersama di Bandung. Kini, dengan mantab, Auris memilih untuk kembali kedalam pelukan Ivan tanpa syarat dan melihat masa lalunya.

Tok.. Tok.. Ainun mengetuk pintu kamar Auris.

"Ris, gue berangkat dulu, ya." pamit Ainun dari luar kamar Auris.

"Iya hati-hati." teriak Auris dari dalam kamar mandinya.

Kemudian, Ainun bergegas melangkahkan kakinya ke luar karena ia telah ditunggu oleh Nevan.

"Hai, pagi cantik." sapa Nevan dengan senyuman andalannya. "Pagi juga."

"Auris gapapa berangkat sendirian?" tanya Nevan. "Gapapa, udah biasa juga dia. Hari ini dia ada banyak urusan di luar." jawab Ainun. Kemudian, keduanya pun masuk ke dalam mobil dan Nevan segera melajukan mobilnya menuju ke butik Auris.

Sementara itu, Auris telah menyelesaikan ritual mandinya dan tengah berdandan seadanya. Kemudian, ia pun bergegas berangkat menuju ke kantor Liora. Setelah kurang lebih tiga puluh menit menempuh perjalanan, akhirnya Auris sampai di kantor tempat Liora bekerja. Auris memarkirkan mobilnya di parkiran mobil kantor Liora di bagian depan. Auris turun dari mobil dan ternyata mobil yang berdampingan dengannya adalah mobil milik Adam.

"Ris." panggil Adam yang baru saja turun dari mobilnya.

Mendengar namanya dipanggil. Auris pun menoleh ke arah sumber suara. "Eh, Adam."

"Ngapain ke sini?" tanyanya.

"Emm, mau ketemu sama Liora. Dia udah dateng, kan jam segini?" ucap Auris sembari melihat jam tangannya. "Harusnya sih udah."

"Oh yaudah, duluan, ya?" ucap Auris dan hendak melangkahkan kakinya masuk ke kantor. Namun, tiba-tiba kaki Auris tersandung oleh jalan berlubang dan terjatuh ke aspal. Melihat itu, Adam terkejut dan langsung mendekat ke arah Auris.

"Awhh, duh. Sakit banget." Keluhnya.

Adam membungkukkan tubuhnya. "Eh, gapapa? Tuh kan lutut lo berdarah."

"Iyya, shh sakit." ucap Auris dan mencoba untuk berdiri. Namun, ia terjatuh lagi karena ternyata kakinya terkilir karena Auris mengenakan highheels. "Awhh"

"Yaudah gausah maksa, sini gue bantu." ucap Adam dan bersamaan dengan itu, tiba-tiba Adam menggendong tubuh Auris ala bridal style, membuat beberapa karyawan memekik iri melihat bos mereka menggendong seorang wanita.

Adam menggendong tubuh Auris dan berjalan dengan perlahan menuju ke ruangannya yang berada di lantai lima dengan menggunakan lift. Tentu saja, kini mereka menjadi pusat perhatian seisi kantor yang nantinya mungkin akan menjadi gosip. Auris melihat sekelilingnya tengah memerhatikan dirinya yang tengah digendong oleh seorang bos di kantor ini, membuatnya merasa tidak nyaman.

Schédio Auris (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang