42. Mencari Tau Kebenaran

80 3 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca :)

Pagi-pagi sekali, ada seseorang yang mengetuk pintu kamar hotel Auris. Pada awalnya, Auris dan Ainun tidak merespon karena masih terlelap. Namun, lama kelamaan Auris mulai terganggu dengan suara ketukan pintu tersebut. Auris mulai menggeliat dan membuka kedua matanya secara perlahan. Di lihatnya kasur di sampingnya dan Ainun masih tertidur pulas. Auris menghela napas dan mulai beranjak dari tempat tidurnya untuk membuka pintu dan melihat siapa di luar sana.

"Iya, bentar."

Dengan langkah gontai, Auris menghampiri pintu kamar hotel dan membukanya. Begitu Auris membuka pintu kamar hotelnya, ia mendapati Ivan tengah berdiri di hadapannya.

Auris menutupi mulutnya yang tengah menguap dan sedikit terkejut dengan keberadaan Ivan, "da apa?"

"Maaf, aku harus balik ke Jakarta. Ada kerjaan pagi ini, jadi aku harus pulang pagi ini, mungkin jam tujuh nanti berangkat." ucap Ivan dengan rasa penyesalan.

Auris langsung terkejut dan membulatkan matanya dengan sempurna, "O-oh yaudah gapapa kok, balik aja." ucap Auris dengan antusias karena memang ini yang benar-benar ia inginkan agar rencananya berjalan sesuai rencana.

Ivan mengerutkan dahinya, ia sedikit heran dengan reaksi Auris yang nampak bersemangat mendengar dirinya akan kembali ke Jakarta, "Kamu kok semangat gitu kayanya dengar aku mau balik. Kamu emang gamau aku ada di sini atau gimana?"

"E-enggak, enggak kok. Tapi kan, kamu harus kerja dan itu lebih penting daripada nemenin aku liburan di sini." ucap Auris sambil menggeleng dan meyakinkan Ivan agar ia tidak curiga.

"Oh, yaudah kalo gitu. Oiya, mumpung masih ada waktu nih. Sarapan bareng, yuk?" ajak Ivan.

Auris menggaruk lehernya yang sama sekali tidak gatal, "Eum, Yaudah tunggu bentar. Aku mau ganti pakian dulu."

Ivan mengangguk dan menyetujui perkataan Auris. Kemudian, Auris langsung masuk ke kamarnya lagi dan Ivan menunggu di luar. Dengan tergesa-gesa, Auris menghampiri Ainun yang masih terlelap dalam mimpi di tempat tidurnya. Auris mengguncangkan tubuh Ainun, dan mencoba untuk membangunkannya.

"Nun, bangun. Pagi ini, kita ke alamat mamanya Ivan. Cepetan siap-siap, awas aja kalo gue balik lo belum siap." ucap Auris dengan suara lirih, tetapi penuh penekanan.

Sementara itu, Ainun menggeliat dan dengan perlahan membuka kedua matanya.

"Apaan sih? Masih pagi ini, ntar aja." ucap Auris dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Ivan mau balik ke Jakarta pagi ini."

Ainun langsung membulatkan matanya, "Beneran lo? Hari ini kita ke rumah mamanya Ivan, dong." ucap Ainun dengan nada tinggi.

Auris langsung membekap mulut Ainun dengan tangannya karena Ainun berbicara terlalu keras, "Pelan-pelan kalo ngomong, Ivan ada di luar."

"Emmhh... Lepasin. Sorry, gue kan gatau." ucap Ainun sembari melepaskan bekapan tangan Auris di mulutnya.

"Yaudah, gue ganti baju dulu. Setelah gue keluar, lo cepetan siap-siap." titah Auris.

Ainun mengangguk mengiyakan perkataan Auris. Setelah itu, Auris pun berganti pakaian dan keluar kamar hotelnya dan di luar kamar hotelnya, terlihat Ivan tengah menunggunya.

"Udah?" tanyanya. Sementara itu, Auris hanya tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban.

Mereka berdua pun turun ke lantai bawah dimana restaurant hotel tersebut berada. Setibanya di restaurant, mereka berdua memilih menu untuk sarapan. Auris nampak tergiur dengan menu sarapan ala western yakni sosis, scrambled egg, roti dan masih banyak lagi. Ia mengambil beberapa sosis, beberapa jenis roti dan telur mata sapi. Auris juga mengambil segelas orange jus untuk menemani sarapannya pagi ini. Sementara itu, Ivan terlihat mengambil sereal dengan susu untuk sarapannya.

Schédio Auris (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang