52. Kebenaran yang Pahit

140 5 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca :)






Flashback On

"Apa nih." ucap Auris sembari membuka map tersebut dan betapa terkejunya ia ketika mendapati dokumen-dokumen penting tentang keluarganya, buku diarynya, dan selebaran koran yang memberitakan tentang kasus kecelakaannya.

Auris membuka satu persatu dokumen-dokumen tersebut seperti akta cerai kedua orang tuanya, kartu keluarga terbarunya, dan sepucuk surat yang berisi tentang isi hati sang ibu belasan tahun yang lalu saat ibu dan ayahnya bercerai. Di sana tertulis bahwa Airis sangat terpukul ketika mendapati sang suami selingkuh dan menikah secara diam-diam di belakangnya yang menjadi alasan utama mereka berdua bercerai. Di sana terdapat pula foto-foto pernikahan ibu dan ayah Auris juga ada foto seorang wanita asing. Namun, Auris tidak terlalu bisa melihatnya karena di dalam foto tersebut bagian wajahnya telah di coret-coret dengan bolpoin.

Setelah itu, Auris beralih ke buku diarynya yang telah terselimuti oleh debu yang cukup tebal. Auris mengusap debu tersebut menggunakan kain pakaiannya dan membuka buku diary tersebut. Di halaman pertama, ia melihat fotonya bersama Ivan dengan mengenakan seragam putih abu-abu dan terdapat tulisan di bawahnya, yakni 'About Nara & Ivan'. Kemudian, Auris membuka halaman demi halaman buku diarynya itu. Di sana tertulis berbagai moment romansa dan pertengkaran antara dirinya dengan Ivan. Sampai pada halaman terakhir yakni tertulis tanggal enam september, sehari sebelum ia mengalami kecelakaan. Di sana tertulis sebuah kenyataan yang benar-benar tidak Auris pernah duga sebelumnya, yakni ...

6 September 2014

Dear diary,

Hari ini adalah hari yang nggak pernah gue sangka sebelumnya. Tadi pagi, gue berantem hebat sama mama gara-gara Ivan. Mama bilang kalo Ivan itu kakak tiri gue, mamanya Ivan lah yang udah ngerebut papa dari mama. Mama kasih gue foto papa sama perempuan itu dan ada satu anak laki-laki di tengah-tengah mereka. Gue yakin banget kalo anak laki-laki itu adalah Ivan. Ivan pernah ngasih gue foto masa kecilnya dan ya sama persis. Mama juga ngasih tau sms ancaman-ancaman dari mamanya Ivan kalo papa udah bahagia sama dia dan mama akan tau akibatnya kalo sampe ngeganggu papa. Di sana ada amplop yang isinya foto-foto pernikahan papa sama mamanya Ivan. Mama dapet foto itu dari adiknya papa yang juga sebenarnya menentang pernikahan itu. Di situ gue ngerasa hancur banget, gue nyesel nggak dengerin mama. Gue gak tau kalo selama ini mama begitu hancurnya dan menderita selama ini. Gue nangis sejadi-jadinya di pelukan mama, gue benci sama Ivan. Karena mamanya, gue harus menderita selama bertahun-tahun dan tumbuh besar tanpa seorang ayah. Sekarang gue bener-bener gatau harus gimana, dunia gue serasa terbalik seketika. Gue sayang banget sama Ivan, tapi tanpa gue sadar keluarganya lah yang jadi sumber penderitaan gue sama mama selama ini. Besok, gue akan mutusin Ivan dan ini akan jadi halaman terakhir perjalanan gue sama Ivan.

Air mata Auris mengalir deras di pipinya. Tubuhnya lemas dan terduduk di lantai sembari memegang buku diary di atas pahanya. Auris menangis sejadi-jadinya selama beberapa menit dan otaknya seakan berhenti berpikir, matanya pun terlihat kosong. Kemudian, Auris beralih ke dokumen selanjutnya. Di sana terdapat berkas-berkas putusan pengadilan terkait kasus kecelakaannya tujuh tahun lalu dan lagi lagi Auris di buat terkejut dengan pelaku yang merencanakan pembunuhan terhadapnya, yakni Rianti, Ibu dari Ivan.

Kemudian, Auris bergegas mengambil ponselnya dari tas dan buru-buru meghubungi seseorang.

"Halo, Ra. Hikss ...," ucapnya ketika dirinya sudah tersambung dengan Liora.

"Kenapa? Ada apa, Ris? Kok nangis?" jawab Liora yang terdengar panik.

"Gue udah tau semuanya. Dia kakak tiri gue, lo udah tau semuanya?"

Schédio Auris (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang