21. Undangan Makan Malam

121 8 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca :)


Pagi ini, seperti biasa Auris harus melayani fitting para kliennya. Selain itu, Auris masih harus menyelesaikan design baju daily untuk kebutuhan butiknya karena semakin cepat Auris menyelesaikan design bajunya semakin cepat proses produksi cepat dimulai. Sudah hampir tiga puluh menit, Auris berkutat dengan goresan pensilnya dan pada jam ini ada jadwal fitting dengan klien dari luar kota. Lalu, Auris bergegas membereskan peralatan designnya dan keluar ruangannya.

Di luar, Auris melihat Ainun dan beberapa stafnya mengerjakan sebuah kebaya berwarna peach untuk akad nikah salah satu klien mereka. Lalu, Auris menghampiri mereka dan membantu memasang beberapa payet.

"Gue bantu sini." Auris kemudian membantu para stafnya memasangkan payet-payet yang ada disana. Auris memang terkenal dengan pribadi yang perfeksionis, tetapi ia selalu menganggap para stafnya sejajar dengan dirinya, ia menganggap stafnya seperti temannya sendiri. Itu yang membuat para stafnya betah bekerja dengannya. Auris hanya akan marah jika potongan kain atau detail baju yang ia gambar tidak sesuai dengan hasilnya.

Di tengah-tengah asyik mengerjakan sebuah kebaya, Ainun mengambil sebuah amplop di meja. Kemudian, Ainun menyerahkan amplop tersebut ke Auris yang tengah memasang payet berwarna emas itu.

"Apaan nih?" tanya Auris sambil menerima amplop pemberian Ainun.

"Undangan." jawab Ainun singkat.

"Oh, bridal showernya kak Asmi." Auris terlihat malas ketika melihat undangan bridal shower kliennya tersebut.

"Lo dateng nggak?" tanya Ainun berharap-harap cemas. Dahi Auris berkerut, ia heran mengapa Ainun bertanya seperti itu padahal Ainun paham jelas bahwa Auris jarang mau untuk datang ke acara-acara seperti ini.

"Males gue. Nggak ah." jawab Auris enteng. Sedangkan, Ainun nampak sedih begitu mendengar jawaban Auris. Auris menoleh ke arah Ainun, "Kenapa? Lo pengen dateng?" tanya Auris bingung mengapa wajah Ainun berubah menjadi muram.

"Ayolahh dateng aja. Dia itu klien yang paling baik sama gue." ucap Ainun memohon Auris untuk datang ke acara tersebut.

"Oh, yaudah lo aja dateng sendiri."

"Gamau ah. Masa gue dateng sendiri, ayolah Nar." Ainun masih berusaha keras agar Auris datang ke acara tersebut. Sementara itu, Auris memutar bola matanya malas, "Gue harus bilang berapa kali sih? Jangan panggil gue Nara!" ucap Auris dengan nada tinggi.

Ainun menarik napas, "Gue akan panggil lo Auris kalo lo dateng ke acara malem ini." ucap Ainun.

Auris nampak malas, tetapi ia tidak ingin dipanggil dengan nama Nara lagi, "Yaudah deh iya. Gue dateng." putus Auris pada akhirnya.

Ainun langsung tersenyum senang setelah mendengar jawaban Auris. Bersamaan dengan itu, salah satu klien mereka datang untuk fitting terakhir. Kemudian, Auris langsung mengantar keduanya untuk keruangannya ditemani dengan Ainun juga.

Sekitar satu jam mereka melakukan fitting terakhir dan konsultasi untuk pakaian mereka. Dengan telaten, Auris menjelaskan beberapa sarannya dan untungnya untuk kebaya dan pakaian untuk mempelai laki-laki semuanya sudah selesai sebelum hari H nanti.

"Oke, berarti semuanya udah siap ya? Tadi juga aku pakai nyaman banget kok, detailnya juga perfect." ucap calon mempelai wanita.

"Iya sudah bagus tadi saya lihat. Mungkin minggu depan sudah bisa di ambil." ucap Auris.

"Oiya, ini undangan pernikahan kami. Saya harap, anda bisa datang, ya." ucap calon mempelai wanita sambil menyerahkan undangan pernikahannya.

Auris hanya tersenyum dan mmenerima undangan tersebut.

Schédio Auris (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang