43. Holiday

74 4 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca :)

"Ada urusan apa kalian datang kesini?" tanya seorang lelaki yang tiba-tiba datang dari arah belakang mereka bertiga. Seketika itu, Auris, Ainun, dan Liora terkejut dan otomatis berbalik menghadap lelaki tersebut. Mereka bertiga mendapati lelaki paruh baya tersebut menatap mereka curiga.

"Kalian siapa?" tanyanya lagi dengan tatapan curiga.

"Eum m-maaf pak, ka-kami kesini mau cari orang yang pu-punya rumah ini." ucap Auris dengan terbata-bata.

Lelaki itu mengangguk-angguk paham, "Oh, pemilik rumah ini sedang ke luar kota sejak dua hari yang lalu. Saya orang yang jaga di rumah ini, biasanya tuan ke luar kota sekitar dua sampai tiga minggu."

Raut wajah mereka bertiga pun nampak muram dan tidak lagi bersemangat seperti awalnya, "Pemilik rumah ini, tinggal disini sudah berapa lama?" tanya Liora.

"Sudah lama sekali, mungkin sekitar dua puluh tahunan mereka menempati rumah ini sampai nyonya tiada." ucap lelaki penjaga.

"Oh, begitu." Gumam Auris.

"Kalau saya boleh tau, ada urusan apa ya, datang kemari?" tanya lelaki itu.

"Eum, kami mau ketemu sama pemilik rumah ini, tetapi berhubung tidak ada. Yasudah kami akan kembali lain kali." ucap Auris berusaha tenang.

Lelaki penjaga tersebut mengangguk, "Oh, baik neng. Apa ada pesan buat tuan? Nanti saya sampaikan."

Auris menggeleng, "Enggak pak, kapan-kapan aja saya nanti kesini lagi."

Kemudian, Auris, Ainun, dan Liora kembali ke hotel. Selama perjalanan, pikiran Auris benar-benar terpecah. Di satu sisi, ia lega karena mendapati ayah tiri Ivan yang masih hidup. Namun di sisi lain, ia masih di ganjal oleh rasa penasaran yang teramat sangat tentang ayah tiri Ivan.

"Lo kenapa?" tanya Ainun yang melihat Auris nampak melamun dan tidak fokus.

Auris menoleh dan menggeleng, "Gapapa kok."

"Yang bener?" tanya Ainun lagi memastikan.

Auris mengangguk, "Iya."

Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, tibalah kembali mereka di hotel. Mereka bertiga turun dari mobil dan memasuki hotel. Sesaat setibanya di lobby hotel, mereka bertiga secara kebetulan berpapasan dengan Adam yang hendak ke restaurant hotel untuk sarapan. Liora langsung menarik Ainun, begitu ia melihat Adam. Tujuan Liora sudah jelas, yakni mencomblangkan Adam dengan Auris.

"Em, aduh kayanya gue sama Ainun duluan ke kamar ya. Penting, banget soalnya." ucap Liora dan dengan tergesa-gesa, ia menggandeng tangan Ainun menuju ke kamarnya.

"Eh, tunggu." ucap Auris. Namun, tak ada respon dari keduanya seolah mereka berdua memang tidak mendengar perkataan Auris.

Setelah kepergian Ainun dan Liora, suasana menjadi canggung seketika antara Auris dan Ivan. Auris dan Adam saling bertatapan. Namun, keduanya terlihat saling menghindar dari kenyataan yang ada.

"Eum, gue ke kamar dulu," pamit Auris, ia benar-benar merasa tak enak dengan Adam. Meskipun keduanya baru saja saling kenal, tetapi semua ini terlalu cepat bagi Auris sehingga ia pun tidak tau harus bersikap bagaimana dengan Adam.

"Tunggu."

Auris langsung menghentikan langkahnya, "Ada apa?"

"Jangan merasa canggung kaya gini."

Dahi Auris berkerut kebingungan, "Gue bi-biasa aja kok." ucapnya sedikit terbata-bata.

Adam tersenyum tipis sembari mengangguk-angguk, "Lupain kata-kata gue kemaren, anggap aja semua baik-baik aja."

Schédio Auris (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang