Hari sudah semakin larut. Setelah acara debat berdebat diapartemen Alva tadi akhirnya keduanya terpaksa untuk meluncur ke Singapura malam ini.
Nara harus balik kekos kosannya untuk mengambil segala pakaian dan keperluannya. Diantar oleh Alva, itupun dipaksa oleh Rey.
Bahkan disaat Nara bersiap siap dengan kopernya, Alva selalu mengomel dan menyindirnya yang lemot, lama, atau segala macamnya itu. Nara hanya diam dan memasang telinganya siap siap. Ia harus ingat dengan siapa ia berbicara.
"Maaf sudah merepotkan bapak, tapi itu juga salah bapak yang mau saja mengantar saya. Padahal saya sudah menolak karena saya tahu bapak tidak tulus pada saya"
Langsung saja Alva menatap tajam kepada Nara. Berani beraninya gadis itu menyalahkan dirinya.
"Apa? Benar bukan begitu?" ucap Nara tadi. Diam diam dirinya tersenyum kemenangan, melihat wajah kesal bosnya membuat dirinya semakin gencar untuk mengerjai bosnya itu.
Skip
Kini keduanya sudah duduk diam didalam pesawat yang menuju Singapura. Tak ada pembicaraan ataupun sepatah katapun.
Para penumpang terlihat sudah terlelap masing masing ditempat duduknya, karena memang hari sudah malam sekali. Entah kebetulan atau apa jadwal penerbangan pesawatpun sama dengan rencana Rey yang menyuruh Alva dan Nara terbang malam ini.
Setelah berbincang bincang dengan Vanya di chat tadi, ia memutuskan untuk memulai vidio call agar Vanya tak selalu menagih nagih wajahnya saat ini yang sedang berdekatan dengan Alva. Si bos tampan nan muda yang sudah menjadi incaran Vanya sejak pertama magang.
Nara memejamkan matanya mengantuk. Sudah tak terhitung berapa kali ia menguap tadi. Badannya sudah sangat sangat lelah dan ia harus istirahat agar besok pagi saat ia beraktivitas tidak mengantuk.
Kedua matanya sudah mengerjap ngerjap bersamaan tubuhnya yang lemas dan kepalanya yang nereng kesamping.
"Ck!" sentak Alva lirih menaikan bahunya sehingga kepala Nara kembali tegak.
Nara mendengus kesal, kacau sudah hitungan anak domba tadi yang ia mimpikan dalam bawah sadarnya.
Matanya kembali menutup namun ia tetap pada posisinya, ia tak ingin Alva kembali mengomelinya besok pagi.
Semakin lama dan semakin mengantuk, tanpa ia bisa tahan lagi akhirnya kepalanya kembali bertumpu pada bahu pria disampingnya.
Sedangkan Alva yang belum tidur sama sekali, hanya menoleh sebentar dan menghembuskan nafas lirih. Toh biarkan saja seperti ini percuma ia mencak mencak sendiri jika gadis disampingnya ini sudah tak sadar.
Pada akhirnya ia kembali menatap ponselnya dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
🍂
Nara membuka matanya sedikit dan mengusap usapnya secara bergantian.
Hari sudah mulai pagi, cahaya mentari sudah mengintip dibalik putihnya awan dan menembus kaca transparan pesawat.
Nara tak tahu jam berapa sekarang. Perjalanan malam tadi cukup panjang sehingga membuat punggungnya terasa seperti retak retak.
Namun ada hal aneh dan baru yang baru ia sadari. Yaitu dimana ia tidur diatas bahu seorang pria dan diatas kepalanya terasa ada beban.
Kedua maniknya melebar bersamaan pandangan matanya yang jatuh pada pahanya sendiri. Tangannya yang sedang digenggam oleh tangan Alva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Love With Boss
General FictionMemiliki anak diluar nikah bukanlah impian semua perempuan, namun hal itu terjadi pada Nara. Ketika ia ingin fokus mengejar karir dan bahagia bersama pasangannya tiba tiba takdir atas dirinya berubah total semenjak ia mengenal siapa itu Alvaro ===...