"Nara apa benar kalo kamu diculik?"
"Apa kamu baik baik saja?"
"Siapa yang menculikmu. Sini kuhajar biar tinggal nama sekalian"
"Kamu tidak terluka kan? Tidak ada lecet, atau luka? Atau apa apa?"
Alva menghela nafas jengah. Mamanya ini cerewet sekali.
"Ma Nara itu baik baik saja, jangan terlalu berlebihan"
Mama Alva, Ranti melotot pada anaknya. "Berlebihan? Kamu bilang mama berlebihan? Hey! Siapa yang nggak panik saat tahu calon menantu mama diculik? Dicelakai. Kamu ini ya--"
Rey menutup mulut istrinya dengan pelan. "Jangan ribut"
Ranti yang sudah kesal menatap putranya yang kini duduk disamping Nara, dipojok sofa.
"Aku nggak apa apa kok Ma, cuma aja waktu itu aku--" ucapan Nara terpotong.
"Katanya kamu keracunan roti?! Benar itu Nara?" sela Ranti kembali.
"Ma dengerin dulu penjelasan Nara" ujar Rey. Padahal keluarga Nara sendiri anteng anteng saja tapi kenapa Ranti sudah cerewet?
Nara tersenyum tipis. Keluarga Alva cukup unik. "Enggak kok, aku nggak keracunan Ma. Roti itu cuma dikasih obat tidur jadi waktu aku dibawa kemobil itu keadaan aku nggak sadar. Nara juga takut, waktu itu bangun bangun udah nggak ada siapa siapa, gelap dan Nara takut kalo ada apa apa sama janinnya"
Semua orang masih menatap Nara penasaran. Termasuk Calle, anak Aldy yang masih cadel itu ikut penasaran. Karena melihat semua wajah tegang. Kecuali Alva yang memang sudah tahu ke jadian itu, jadi memandangi wajah Nara dengan senyum tipis. Melihat Nara bercerita seperti itu, pipinya yang tembam dan raut mukanya yang lucu saat menceritakan bagaimana dirinya datang menolongnya. Semua Alva suka. Wajah yang natural namun tetap cantik.
Setelah selesai bercerita, semua orang bernafas lega. Setidaknya Nara dan janinnya tidak apa apa. Apalagi Kiran, perasaannya bercampur aduk.
"Kok ada ya orang sejahat itu, mama pengen tonjok mukanya"
Alva memutar bola matanya. Mamanya ini banyak bicara tapi sedikit bertindak, bahkan tak pernah.
"Siapa yang menculik kamu Nara?" tanya Felicya.
Nara meneguk ludahnya susah payah.
Alva mengalihkan pandangannya. "Orang asing" jawabnya cuek.
Nara sedikit menoleh pada wajah Alva yang tertekuk.
"Itu-orang masa lalu Nara" jawab Nara tak yakin.
"Daniel?" Nara sontak melihat kearah Ayahnya.
"Benar Daniel?" ulang Hendra.
"I-iya Yah"
Hendra menatap manik putri bungsunya. "Dari awal Ayah udah nggak suka sama Daniel, firasat Ayah ngomong kalo Daniel itu bukan pria baik" ucapnya datar.
Nara menunduk. "Maaf yah"
🍂
Malam pun tiba. Setelah banyak berbincang bincang dengan keluarga masing masing. Nara memilih kembali ke kosan. Meninggalkan Alva dengan rengekannya.
"Nginep sini aja ya" Alva berucap dengan nada yang sedikit manja?
Bahkan ia menarik narik lengan Nara. Nara sendiri sudah menjawab berkali kali tapi nampaknya pria ini tak memperdulikannya.
"Alva berhenti deh" rengut Nara.
"Enggak sebelum kamu jawab iya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Love With Boss
General FictionMemiliki anak diluar nikah bukanlah impian semua perempuan, namun hal itu terjadi pada Nara. Ketika ia ingin fokus mengejar karir dan bahagia bersama pasangannya tiba tiba takdir atas dirinya berubah total semenjak ia mengenal siapa itu Alvaro ===...