"Ada pria kecelakaan!"
Nara membelalak melihat pria dewasa yang tergeletak lemas dilantai. Sedikit tak percaya saat pertama kali melihat
Seketika kedua bahunya merosot. Bukan Alva, hanya saja wajahnya sedikit mirip dengan Alva. Kasihan sekali nasib pria ini.
Orang orang mulai menggotong pria itu dan memanggil ambulan.
Nara membalikkan badannya dan terkejut saat didapati Alva sudah dibelakangnya menatapnya tajam. Super tajam!
"Kenapa pergi?" dingin Alva menusuk ditelinga Nara
Nara menunduk takut. "Maaf pak" lirihnya gugup
"Bukankah aku sudah memintamu untuk tetap duduk disana?" lanjut Alva tak mengindahkan permintaan maaf Nara.
"Sa-saya hanya" belum sempat selesai ia berbicara Alva sudah berbuat sesuatu yang membuatnya terbungkam dan tak sanggup berkata kata.
Alva memakaian Nara sebuah jaket tebal dan hangat. Jaket itu besar dan panjang sehingga bisa membungkus tubuh kecil Nara. Alva sengaja membeli yang besar agar kedua kaki gadis itu tertutup sekalian. "Aku tak suka mereka memperhatikan mu sampai segitunya" tuturnya dengan nada rendah membuat bulu kudu Nara meremang didalam jaket.
Untuk kedua kalinya Nara dibuat terpaku saat Alva melakukan kejadian yang beberapa waktu lalu. Pria itu kembali menggenggamnya dan menuntunnya kembali ke kursi mereka.
"Terima kasih..pak" pelan Nara berucap setelah mereka duduk kembali.
Alva mendongak dan menarik alisnya. "Untuk?"
"Jaketnya dan -perhatiannya" ucap Nara dan menunduk. Ia benar benar malu saat ini.
"Hm, bukan apa apa" jawab Alva dan meminum minumannya.
Nara menghembuskan nafas pendeknya.
"Ayo" ujar Alva tiba tiba berdiri. Mau tak mau Nara mengikutinya dan kembali berjalan disamping pria yang notabenya bosnya.
Setelah membayar, mereka kembali melihat pemandangan pantai malam dengan sinar bintang dan bulan. Sangat indah. Terdengar juga alunan sebuah lagu romantis dari resort sebelah.
Nara membentangkan kedua tangannya merasakan angin malam yang menerpa badannya. Rambut panjangnya terhempas oleh angin, dan kedua matanya memejam tanda ia menikmati momen ini. Dan semua itu tak luput dari jangkuan Alva yang disampingnya.
Kedua tangan pria itu tetap bersarang didalam saku celana, tanpa sengaja matanya menangkap sebuah cincin yang asing dibawah kakinya, ia mengambil cincin itu dalam tumpukan pasir.
Cincin itu sangat indah dan berkilau jika terkena sinar bulan.
"Itu apa pak?" tanya Nara setelah membuka matanya dan menemukan Alva yang fokus pada sesuatu.
Alva menunjukan cincin itu tanpa berniat berbicara. "Punya siapa?" tanya Nara sekali lagi. Ia benar benar merasa kepo saat ini.
Pria berbadan jakung itu hanya mengendikan bahunya acuh lalu membuang benda kecil bundar itu. Nara melotot melihatnya.
Yang benar saja!
"Kenapa bapak Buang?!" sering mengambil cincin yang sudah Alva buang tadi.
Alva diam dan memperhatikan setiap pergerakan gadis itu. "Bukan milik saya" cuek Alva berbahasa formal.
Nara mendelik tak suka. Ya memang bukan milik Alva, bahkan cincin ini punya wanita. Terlihat jelas sekali dari segi penampilannya. Namun apa ia akan membuangnya seperti sampah begitu. Sampah tak ada harganya kalo cincin ini? Siapa tahu ini adalah cincin seorang artis yang terkenal dan tertinggal saat dia bermain ke pantai ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Love With Boss
General FictionMemiliki anak diluar nikah bukanlah impian semua perempuan, namun hal itu terjadi pada Nara. Ketika ia ingin fokus mengejar karir dan bahagia bersama pasangannya tiba tiba takdir atas dirinya berubah total semenjak ia mengenal siapa itu Alvaro ===...