Chapter 18

20.6K 1K 56
                                    

06.12

Nara berlari ke arah kamar mandi didalam kamarnya. Ia memuntahkan cairan bening yang sudah beberapa hari ini sudah menjadi rutinitasnya setiap pagi semenjak ia berbadan dua.

Ia membasuh mulutnya dengan air kran yang masih terasa dingin. Ia menatap ke cermin oval didepannya. Wajahnya begitu kusut dan lesu, sudah beberapa hari ini ia seperti ini.

Tok tok tok

Nara membuka pintu kamar mandi dan berganti membuka pintu kamarnya. Ia melihat Kiran yang sudah berdiri didepannya.

Tak lama kemudian datanglah Hendra yang ikut masuk kedalam kamarnya. Kedua orang dewasa itu menatapnya dengan tajam.

"Siapa? SIAPA AYAHNYA?!" teriak Hendra tiba tiba mengepalkan kedua tangannya sampai memperlihatkan urat uratnya.

Kini ia menatap kearah Nara dengan tatapan tak percaya. Nara baru saja datang kepada mereka namun malah memberi kabar buruk seperti ini! Ia benar benar kecewa pada putri kesayangan!

Nara terkejut dengan teriakan Ayahnya. Seumur hidup baru kali ini Ayahnya membentaknya. Dan semua memang karena salahnya.

Tanpa sadar kedua matanya sudah memanas dan memburam semakin lamanya. Ia tak sanggup berkedip, karena ia takut air itu jatuh.

Nara hanya menunduk takut dan meremas jari tangannya dibelakang badannya.

"BILANG SIAPA AYAHNYA NARA?!" bentak Hendra lagi lalu menggebrak meja belajar Nara.

Nara terlonjak kaget, tangannya semakin gemetar dan kedua kakinya tak sanggup berdiri. Sampai sampai ia sudah jatuh kelantai dengan segala isak tangis.

"Ma-maafin Nara, Yah Bun hiks!" lirihnya tak sanggup menatap kedua orangtuanya yang juga sedang menatap dirinya dengan tatapan terluka.

Kiran memalingkan wajahnya, ia enggan menatap anaknya. Ia kecewa. Ia marah. Dan ia merasa tak berguna sebagai ibu, ia tak sanggup mendidik anak dengan benar. Kini kedua matanya sudah berair dan memerah. Tak sanggup menahan.

"Ma-af Yah Bun" ucap Nara sekali lagi meminta maaf.

Hendra masih menatap tajam kepada Nara, ia butuh jawaban dari anaknya bukan permintamaafan.

"Siapa ayahnya" ucap Hendra dengan nada dingin. Untuk kesekian kalian ia mengulang perkataannya.

Nara terisak dilantai, pipinya sudah basah akan air mata. Dadanya sesak seperti kehabisan udara, dan rasanya ia ingin mati saja! Ia benar benar tak sanggup menghadapi masalah ini.

Ia putus asa. Ia tertekan. Ia malu pada dunia disaat dirinya dalam keadaan yang memalukan seperti ini. Ia tak yakin jika ada keajaiban yang datang kepadanya.

Sebelum Hendra berucap, mulutnya kembali terkatup saat mendengar jawaban sang anak.

🍂

Fiance
Im here boy!❤

Berulang kali Alva menatap tiga kata itu dalam layar ponselnya. Hanya tiga kata saja namun rasanya seperti menghafal rumus negara. Sulit dipahami.

Falling Love With Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang