Chapter 21

20.7K 887 16
                                    

"jika aku aku sudah memilih sesuatu, maka aku pastikan aku akan mendapatkannya"

- ALVARO

**

Nara berkedip beberapa kali. Astaga halusinasi apa lagi ini?! Batinnya berteriak.

Alva yang tak sabar menunggu jawaban dari Nara menyadarkan gadis itu dengan menjentikan jari jari tangannya.

Tik

"I-iya?" gagap Nara masih blank.

"Hm?" dehem Alva seakan menangih jawaban Nara.

Oh ayolah siapa yang tak sabar jika lawan bicaranya hanya diam seperti ini. Dan gadis mana yang tak syok saat dirinya diperlakukan secara tiba tiba seperti ini.

"Sa-saya" Nara memberhentikan ucapannya. Degup jantungnnya semakin meggila.

Alva menaikan sebelah alisnya. Jika dilihat lihat ternyata ekspresi Nara saat gugup lebih lucu dibandingkan jika gadis itu tertawa atau tersenyum.

"Hm?" dan untuk kesekian kalinya Alva masih setia menunggu jawaban Nara. Ia paham bahwa Nara sangat gugup, tapi ternyata diam diam ia suka pemandangan ini.

Nara meneguk ludahnya susah payah. Dirinya hanya perlu mengatakan beberapa kata saja tapi kenapa rasanya sangat sulit!.

Nara mengangguk secara perlahan. Alva yang melihat itu tersenyum lebar. Akhirnya.

"Saya tidak bisa! Maafkan saya" lanjut Nara berbicara lantang dengan menundukan kepalanya berkali kali

Alva tercengang tak percaya. Bagaimana bisa? Apakah mengangguk itu bahasa isyarat dari kata "tidak?"

"Ma-maafkan saya. Tapi saya tidak bisa Pak" ucap Nara lirih.

Alva menampilkan raut datarnya kembali. Ia memalingkan wajahnya kedepan tidak lagi menghadap kearah Nara.

"Saya-bisa merawat bayi ini sendirian. Saya ibunya saya pasti akan tanggung jawab, jika Bapak takut saya akan membuangnya dugaan Bapak salah. Saya akan tetap-hiks merawat dia sepenuh hati saya dan menyayanginya"

Alva mengepalkan tangan kirinya, yang tak bisa dilihat oleh Nara. "Kenapa? Apa alasannya?" tanyanya dingin.

Nara yang mendengar suara tak bersahabat dari Alva kembali menangis.

"Apa alasan yang membuat kamu menolak saya? Saya ayahnya, ayah dari janin itu. Saya bersedia tanggung jawab. Lalu apa masalahnya? Bayi itu juga membutuhkan sosok ayah-"

"KARENA BAPAK SUDAH BERTUNANGAN! DAN SAYA TIDAK MUNGKIN MENERIMA LAMARAN BAPAK!!" Nara menunduk setelah berteriak, membiarkan rambut panjangnya menutupi wajahnya yang sudah penuh dengan air mata.

Alva tersentak, tak menyangka bahwa itu alasan yang membuat Nara menolaknya.

"Sa-saya tidak bisa hiks!" Nara masih menangis dengan hebat, tak percaya bahwa peristiwa yang ia takuti datang hari ini. Dimana ia akan bertemu kembali dengan ayah dari sang janin yang dirinya kandung dan berbicara seperti ini.

Falling Love With Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang