Chapter 19

19.9K 873 32
                                    

Berapa lama kalian nunggu notif dari SWB??

Sebelum baca jangan lupa tekan bintang nya ya! HAPPY READING!❤

_

"Bagaimana keadaannya sekarang?"

"Kata dokter penyakitnya kambuh lagi"

"Apa dia akan baik baik, aku khawatir padanya"

"Tenanglah, serahkan semuanya pada Tuhan. Alva pasti kuat dan kita hanya bisa berdoa meminta kesembuhan pada anak kita"

Wanita itu mengangguk dalam dekapan suaminya. Hanya saja jika ia diperbolehkan masuk untuk melihat keadaan anaknya, sudah sedari tadi ia tak menangis seperti ini.

Diwaktu yang sama, diruangan yang berbeda Alva samar samar mendengar suara orangtunya yang berbincang bincang tentangnya. Ia sudah bangun sejak beberapa detik yang lalu, hanya saja ia masih lemas dan hanya bisa terbaring lemah diatas brankar rumah sakit.

Kenapa ia ada disini?

Siapa yang membawanya? Padahal terakhir kali yang ia ingat adalah dirinya mengelilingi kota Jakarta dan menuju-

Rumah kostan Nara.

"Jadi kamu yang telah menghamili anak saya?!"
"Kamu pria brengsek yang telah menghamili anak saya! Apakah kamu tahu bagaimana rasanya menjadi anak saya?! Yang setiap hari dihantui rasa takut dan trauma! Semuanya ulah dirimu!!"

"Tapi Nara sedang mengandung anak saya!"

"Kalau begitu ijinkan saya menikahi Nara, saya ingin bertanggung jawab atas janin itu!"

Alva menghembuskan nafasnya kasar. Perasaannya campur aduk saat ini. Sebenarnya saat pertama kali ayah Nara memberitahunya bahwa Nara hamil dan itu anaknya ia sangat kaget, berarti dugaannya selama ini benar? Ia sudah merasa dengan pergantian sifat sifatnya yang suka berubah ubah tak menentu. Dan ternyata benar. Nara hamil, darah dagingnya sendiri.

Entah perasaan bahagia atau lainnya, ia tak dapat berfikir jernih sekarang. Kenapa gadis yang ia mimpikan tadi tidak hadir disini? Padahal terakhir kali yang ia lihat adalah wajah sembab gadis itu yang terus menerus memanggil namanya untuk bangun.

Tanpa berfikir lama Alva terduduk dan melepas segala infus atau alat alat lainnya yang menempel dibadannya. Ia segera berjalan keluar tanpa memikirkan kepalanya yang masih sangat pusing.

Ceklek

"Loh Alva? Kamu udah bangun, gimana keada-" ucapan Ranti terhenti begitu saja saat Alva menghiraukannya. Atau lebih tepatnya tatapan Alva sedang tertuju pada satu titik.

"Alva" panggil Rey menyusul langkah sang anak kemudian menghentikan segala pergerakan Alva dengan menarik tangannya.

"Ada apa? Kamu mau kemana, ingat-"

"Alva harus pergi Pa" sela Alva kembali melangkah.

Namun lagi lagi dihentikan oleh sang papa.

"Kata dokter penyakit kamu kambuh, harus-"

Aku bahkan nggak perduli lagi sama penyakit aku pa

Falling Love With Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang