Haii gurlss!!
Maaf banget baru bisa update lagi🥺🥺. Aku tau kalian pasti kecewa ya nunggu cerita ini lama banget untuk update, tapi disatu sisi aku emang sibuk bekerja dan revisi semua karya aku satu satu🙏
Jadi khusus hari ini aku sengaja kasih part terpanjang untuk mengobati rasa kecewa kalian yang komen minta cepet update yaa🥺💜
Happy reading gurlss! 💜
.
.Nara mendesah kecewa. Faktanya ia kehilangan ponselnya saat kejadian di mall tempo hari itu. Dimana ia diculik dan entah bagaimana nasib handphone itu.
"Aku takut reaksi Ayah dan Bunda" lirih Nara.
Alva yang sedari tadi setia menemani dan mendengar setiap kisah Nara mengelus pelan kepala wanita itu.
"Apa yang kamu takutkan?"
Nara menoleh dan bertemu pandangan dengan Alva. "Aku takut mereka marah terutama Ayah"
Alva berfikir sejenak. "Karena kamu diculik?"
Nara mengangguk ragu. Bagaimanapun juga ia selalu mengabari kedua orangtuanya dalam keadaan apapun. Tapi untuk kejadian apakah Nara harus memberi tahunya juga?
Ia takut.
Alva membawa pelan tubuh Nara dalam pelukannya. "Ada aku" bisiknya.
"Kalau kamu takut ada aku yang berani menghadapi segala situasi kita"
Alva mendesah pelan. "Jangan seperti ini, aku ingin melihatmu yang ceria dan tersenyum lebar. Biarkan semua masalahmu aku yang mengatasinya, aku tidak ingin kamu banyak pikiran atau jatuh sakit. Ingat pada bayi kita, mereka juga butuh perhatian lebih dari kita terutama dari kamu"
Nara termenung diam. Benar beberapa hari ini dirinya mulai jarang memperhatikan bayinya, jarang berkomunikasi dengan mereka. Apa Nara calon ibu yang buruk?
Nara menelungsupkan kepalanya didada Alva dan semakin mempererat pelukan. Alva tahu bahwa Nara kini sedang bingung harus bertindak bagaimana. Namun bukankah Nara bisa meminta saran atau bantuan padanya.
Alva tersentak kaget saat melihat bahu Nara bergetar, juga merasakan bahwa lehernya basah. Nara menangis?
Alva mencoba melepas pelukan mereka, namun Nara tak mau. Ia tak mau Alva tahu jika dirinya menangis. Walaupun kenyataannya Alva sudah mengetahuinya.
"Nara, hei.. Im sorry"
Alva masih berniat melepas pelukan mereka agar bisa melihat wajah Nara. Namun lagi lagi Nara menolaknya.
Baiklah. Mungkin juga karena hormon hamil Nara menjadi agak cengeng dan sedikit manja.
Alva mengelus pelan rambut panjang Nara. Ada perasaan aneh yang menjarah di hatinya saat melihat seperti ini.
"Nara aku juga mau bercerita" katanya sedikit ragu.
Nara masih memilih diam dalam cekukan leher pria ini. Ia mendengarnya tapi tak ingin merubah posisi. Bahkan ia sudah tak peduli lagi jika posisinya saat ini sudah menduduki paha Alva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Love With Boss
General FictionMemiliki anak diluar nikah bukanlah impian semua perempuan, namun hal itu terjadi pada Nara. Ketika ia ingin fokus mengejar karir dan bahagia bersama pasangannya tiba tiba takdir atas dirinya berubah total semenjak ia mengenal siapa itu Alvaro ===...