Alva berjalan mendekat kearah ruangan Nara yang masih tertutup, tanda tak boleh orang lain masuk. Pandangan Alva turun jatuh pada Maura yang duduk dikursi tunggu yang tengah berbincang pada mamanya, dan Kiran, mama Nara.
"Alva? Kamu dari mana?" tanya Ranty terlebih dahulu melihat kemunculan putranya.
Alva meninggalkan rumah sakit sejak siang, lalu kembali dimalam hari. Kemana perginya anaknya itu? Bahkan pakaian yang dipakainya sudah ganti, apa Alva pulang dan istirahat keapartemen? Batin Ranty.
"Itu Ma, aku habis pulang tadi" pelan Alva berbohong, pakaian yang ia pakai saja diambilkan oleh bawahannya dan ia berganti dikamar mandi rumah sakit.
Ia berdiri disamping kursi panjang yang tengah diduduki tiga perempuan itu. Papanya dan ayah Nara juga tak terlihat, mungkin mereka sedang mencari kopi.
Karena posisi—Ranty-Kiran-Maura-Alva—membuat Alva tak nyaman karena disamping Maura. Pandangan Maura jelas menatap dirinya. Dan ia risih itu.
Tiba tiba Maura berdiri disampingnya dan menepuk pelan bahu Alva. "Semangat ya" bisiknya tepat ditelinga Alva.
Alva sempat kaget, dan tak paham kata dari semangat itu.
Maura tersenyum sekilas. "Aku dengar kamu punya calon anak, dan sekarang kamu harus kuat mendampingi calon istrimu dan calon anakmu didalam sana" tutur Maura membuat Alva menatapnya kaget.
"Maura.."
Maura menatap pintu kamar inap Nara yang tertutup. "Aku ingin tahu wajah dari calon istrimu. Tapi tak boleh"
Alva mengangguk pelan menyetujuinya. Bahkan ia saja belum menemuinya dari kemarin kemarinnya.
"Dia pasti cantik" celetuk Maura.
"Dia pasti juga kuat, dia pasti bisa bertahan didalam sana dengan baby kalian. Jangan tinggalin dia ya.." ucap Maura diakhiri bisikan kecil.
Tatapan Alva yang tadinya menatap pintu menjadi menatap Maura yang matanya sudah berkaca kaca.
"Dia berjuang seorang diri dan tak membiarkan orang lain membantunya. Kalau sampai kita ninggalin dia, kita jahat nggak sih??" tanya Maura menghadap Alva yang menatap dalam matanya.
Alva paham.
Kini siapa yang dimaksud Maura.
Maura hanya menyinggung nama Nara diawal saja.
Selebihnya semuanya tentang Arvin.
Maura melanjutkan perkataannya, tak peduli air matanya yang sudah hendak keluar dan siap meluncur. "Kasihan dia, andai aku ada disisi nya waktu itu Al. Dia pasti seneng, dia pasti bisa berjuang lebih lagi. Tapi aku tinggalin dia Al"
Alva menatap kebelakang tubuh Maura yang sudah tak ada siapa siapa lagi. Bahkan lorong ini terlihat sepi, dan hanya ada mereka berdua. Mungkin kedua ibu tadi memberikan ruang untuk mengobrol berdua bersama Maura
"Andai aku boleh egois,,aku ingin dia kembali hidup. Aku bakal memulainya dari awal dengan dirinya. Kenapa aku bodoh Al? Kenapa aku jadi perempuan jahat dan egois??"
Maura menatap dalam mata Alva. "Aku menyesal Al tinggalin dia" lirihnya bersamaan dengan luruhnya air matanya.
Bahu perempuan itu bergetar, Maura menunduk dan diselingi isak tangis yang membuat Alva ragu ragu menepuk bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Love With Boss
General FictionMemiliki anak diluar nikah bukanlah impian semua perempuan, namun hal itu terjadi pada Nara. Ketika ia ingin fokus mengejar karir dan bahagia bersama pasangannya tiba tiba takdir atas dirinya berubah total semenjak ia mengenal siapa itu Alvaro ===...