Beberapa minggu kemudian
Seorang pria terbangun dengan rasa pusing yang melanda kepalanya. Ia menoleh kesamping dan menatap jam dinding apartemennya yang menunjukan pukul sepuluh petang.
Pandangannya matanya masih mengabur dan kepalanya sangat berat. Ia berdiam sejenak di tengah tengah kebaringannya. Menatap atap apartemennya dengan tatapan kosong.
Tangan kekarnya menyibak selimut putih yang menutupi badannya dan kaki panjangnya melangkah menuju kamar mandi.
Alva sempat oleng saat didepan pintu tapi ia masih bisa menyeimbanginya. Kini kedua tangannya memegang ke dinding, bertumpu disana.
Drtt drtt
Alva menoleh lemah kearah nakas. Hpnya berdering dan nama Arkan tertera disana.
Mengapa sekretarisnya menelfonnya dimalam begini?
"Halo"
"Halo Pak Alva saya minta maaf sebelumnya karena sudah menelfon bapak dimalam malam begini" ucap Arkan lirih tanda tak enak.
"Bukan masalah. Ada apa?" datar Alva seperti biasa jika berbicara dengan orang kantor.
"...."
"Iya, kamu siapkan berkasnya. Terimakasih" tutur Alva menanggapi ucapan Arkan tentang rapat besok.
Tut. Panggilan sudah terputus, tiba tiba saja ia tergerak membuka galerinya dan mencari cari foto wanita yang sudah membuatnya kacau beberapa hari ini.
Sudut bibirnya terangkat saat ia mendapati satu foto seorang gadis yang tengah tersenyum manis kearah kamera.
Ibu jarinya mengelus layar ponselnya seakan akan dirinya sedang mengusap pipi perempuan itu. Senyumnya belum pudar sedari tadi, rasanya ia bahagia jika mengetahui gadis itu ikut tersenyum.
Ia menatap foto itu lama dengan tatapan rindu. Terakhir kali mereka bertemu adalah saat momen yang tak mengenakan dan membuat hubungan keduanya renggang.
"Aku kangen kamu"
"Maafkan aku" ucapnya sendu sebelum mematikan ponselnya.
🍂
Nara memasukan beberapa pasang pakaian kedalam kopernya. Hari ini adalah hari keberangkatannya menuju Malang, kota kelahirannya. Ia menjadi tak sabar untuk bertemu kedua orangtuanya.
Pergerakan tangannya berhenti serta kedua maniknya yang membesar. Ia menatap sebuah baju bewarna kuning cerah yang dalam genggamannya.
Tanpa sadar tangannya sudah meremas bajunya itu. Baju yang memberikan banyak kenangan yang amat ia benci.
"Akh! Sa-sakit pak!"
"Sa-ya ah mohon-berhenti!"
"Hiks, sa-kit"
Nara memejamkan matanya erat berusaha menyingkirkan potongan kejadian beberapa hari itu, ini sangat menyakitkan dan sangat memberikan pengaruh besar baginya.
Ia tak boleh jatuh kembali! Ia sudah mengurung diri selama berhari hari dan menghindari tatapan semua orang. Ia begitu merasa tak pantas dan sangat kotor.
Ia harus bisa dan ia harus kuat! Tak peduli pandangan semua orang yang mengarah padanya bagaimana. Ini hidupnya dan ini pilihannya. Biarkan dia berjalan tanpa beban dan biarkan dia seperti orang amnesia.Yang tak akan mengingat masa lalu kelamnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Love With Boss
General FictionMemiliki anak diluar nikah bukanlah impian semua perempuan, namun hal itu terjadi pada Nara. Ketika ia ingin fokus mengejar karir dan bahagia bersama pasangannya tiba tiba takdir atas dirinya berubah total semenjak ia mengenal siapa itu Alvaro ===...