18.03
Disebuah caffe ternama Jakarta terduduklah dua gadis. Ah tidak, mungkin yang satu memang masih gadis dan satunya sudah menyandang wanita.
Nara selalu saja menunduk, tak berniat menaikan pandangan matanya untuk menatap sang lawan bicara atau sekedar meminum minumannya.
Vanya masih saja menatap Nara dengan diam. Sudah lima belas menit yang lalu mereka disini namun tak ada juga yang membuka percakapan. Setelah Nara menjelaskan semuanya kepada Vanya.
Ya semuanya. Tanpa terkecuali. Mulai dari kejadian kenapa dirinya bisa hamil, dan dengan siapa dirinya bisa hamil, lalu keadaannya setelah dirinya hamil. Juga respon orangtuanya serta orangtua Alva.
Vanya hanya setia mendengarkan setiap perkataan sahabatnya sejak SMP ini, meskipun bukan dirinya yang mengalami tapi dirinya ikut terharu serta sedih diwaktu yang bersamaan.
Niatnya tadi dirinya hanya mengunjungi rumah tantenya, karena rumah tantenya langsung berhubungan dengan klinik membuat dirinya tahu kalau ada Nara disitu juga.
Mata Vanya turun pada perut Nara yang tertutupi pakaian Nara sendiri. Jujur, ia masih tak menyangka takdir Nara akan seperti ini.
Hamil diusia muda, dan membiarkan beban itu ditanggung dirinya sendiri. Dan lebih parahnya anak yang dikandungnya itu adalah anak dari bosnya saat ini. Hebat!
Dirinya juga tak marah, ia sadar bahwa ini adalah sebuah privasi besar dan mungkin alasan Nara tak mau membicarakan hal ini padanya karena memang belum siap.
"Vanya" panggil Nara dengan suara pelan.
Vanya menoleh dan mengangkat kedua alisnya. "Hm? Kenapa?"
Nara menelan ludahnya kasar. "Ka-kamu jangan bilang orang kantor ya masalah ini, aku gak mau mereka tahu kalau aku hamil anaknya- Pak--"
Vanya mengangguk dan menyela ucapan Nara. "Iya aku tahu kok. Inikan privasi kamu dan aku tahu mana yang perlu dibicarakan dengan orang lain atau tidak" jelasnya mantab
Nara mengusap perutnya. Ia terharu mendengar jawaban Vanya.
"Anak aku kembar"
Uhuk uhuk!
Vanya yang sedang menyeruput minuman sodanya tersedak begitu saja mendengar penuturan Nara.
Tidak bisakah Nara memberi tahunya setelah dirinya selesai atau setidaknya setelah ia meneguknya?! Aish!
"A-apa?!"
"Stt! Nanti ada yang denger, jangan kencang kencang dong!" tegur Nara memberikan satu jari telunjuknya didepan mulutnya sendiri.
"Ya habisnya kamu ngomong spontan gitu, gimana aku nggak kaget coba?! Duh"
Nara mengerjap. "Kenapa emangnya?" tanyanya tak paham.
Vanya ingin sekali menceburkan Nara ke sungai Amazon, setelah hamil bukannya tambah dewasa malah tambah polos. Ck!
"Ya aku kaget aja Nara, anak kamu kembar. By the way kembar berapa? Sepuluh kah?" tanya Vanya bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Love With Boss
General FictionMemiliki anak diluar nikah bukanlah impian semua perempuan, namun hal itu terjadi pada Nara. Ketika ia ingin fokus mengejar karir dan bahagia bersama pasangannya tiba tiba takdir atas dirinya berubah total semenjak ia mengenal siapa itu Alvaro ===...