Malam haripun tiba. Nara beranjak dari atas ranjangnya. Seharian ini dirinya hanya berada dikamar dan dikamar tanpa berani kemana mana.
Perutnya masih mual kepalanya juga sering pusing. Ia sudah berusaha makan dan minum air putih banyak namun rasanya tidak berpengaruh apapun pada perutnya.
Kiran masuk kedalam kamar anaknya dan melihat Nara yang berdiri didepan cermin sambil menyisir rambut. "Ini, kamu makan dulu ya"
Nara menoleh dan mengangguk. Nasi goreng telur ceplok dan segelas susu.
"Perut kamu masih mual?" tanya Kiran mengelus rambut halus sang anak.
"Iya Bun. Dari tadi ngak sembuh sembuh" rengeknya manja.
Kiran tampak berfikir sejenak. "Kamu makan apasih kok bisa mual mual sama muntah gitu?" herannya.
Nara mengendikan bahunya. "Nara juga ngak tahu" polosnya.
"Yaudah itu kamu makan dulu, Bunda mau kebawah dulu" ucap Kiran
Nara mengangguk dan melirik sekilas kearah nampan berisi makanan itu. Dimatanya makanan itu sangat enak tapi entah kenapa diperutnya ia tak menerima makanan itu.
Setelah Kiran keluar Nara duduk dikursi meja rias dan tatapan kedepan cermin. Menatap dirinya sendiri. Ia menyorot penuh kearah wajahnya sendiri.
"Aku kenapa sih?"
Nara terdiam sebentar.
"Tadi pagi muntah"
"Terus jam sebelas minta roti bakar"
"Siangnya mual lagi"
"Dikasih makan ngak mau"
"Maunya cuma roti bakar"
"Sorenya, muntah lagi. Tapi dikit"
"Jam enam tadi ngak mau makan"
"Sekarang juga ngak mau makan! Ish aku tuh kenapa sih?!"Gerutunya mencebikan bibirnya.
Nara berganti terdiam mengumpulkan kembali nafasnya yang habis. Matanya menatap kearah rambutnya yang halus panjang. Padahal dua bulan yang lalu ia baru memotongnya, kenapa sudah panjang lagi?
Kini ia menengok kebelakang. Menatap nampan berisi nasi goreng dan susunya. Ia ingin makan, perutnya juga sudah berteriak minta ijin dari tadi namun ia juga enggan memakan makanan itu dan memasukannya dalam perutnya. Terlebih lagi susu putih itu.
Sedangkan dibawah, tepatnya diruang tamu kedua manusia dewasa tengah duduk manis sambil menonton televisi ditemani beberapa camilan.
"Bun" panggil Hendra pada istrinya.
"Apa Yah?" jawab Kiran tetap fokus pada sinetronnya.
Hendra menghela nafas. Kiran yang melihat itu melihat sejanak kearah suaminya. "Ada apa?" tanyanya lembut.
"Bunda ada yang aneh gak sih?"
Kiran mengerutkan dahinya tak paham. "Ha? Apa yang aneh yah"
Hendra menatap ragu kearah istrinya. Ia tak yakin dengan ucapannya sendiri. Namun ia ingin memberitahu Kiran.
"Ini tentang Nara Bun"
Kedua alis Kiran menyatu. "Nara kenapa Yah?"
"Menurut Bunda Nara aneh ngak?"
Kiran menyangga dagunya sendiri. "Hm, ya cukup aneh aja beberapa hari disini"
"Emang ada apa sama anak kita?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Love With Boss
General FictionMemiliki anak diluar nikah bukanlah impian semua perempuan, namun hal itu terjadi pada Nara. Ketika ia ingin fokus mengejar karir dan bahagia bersama pasangannya tiba tiba takdir atas dirinya berubah total semenjak ia mengenal siapa itu Alvaro ===...