Chapter 24

16.6K 800 21
                                    

Nara duduk dengan canggung. Disampingnya ada Alva yang senantiasa menemaninya dimanapun dan kapanpun.

Didepannya kini duduk Ranty dan Felicya. Suasana sangat canggung apalagi bagi Nara, yang notabenya bukan siapa siapa disini.

"Nara" panggil Ranty tiba tiba

Nara tersentak kecil. "I-iya Bu?"

Ranty mengerutkan dahinya heran. "Kok Ibu sih? Panggil aja mama" ucap Ranty membuat Nara tersenyum kikuk.

"Iya ma"

Disisi lain Felicya merasa aneh dengan semua sikap anggota keluarganya. Apalagi dengan kedatangan Nara yang tiba tiba bersama Alva membuatnya tak tenang.

"Kok Ma sih? Emangnya dia siapa?" celetuk Felicya bernada tak bersahabat.

Nara yang mendengar itu menunduk. Benar kenapa juga ia tak berfikir sampai situ? Alva yang melihat itu menatap Felicya dan berkata. "Lalu kenapa? Karena dia kekasihku dan dia juga sedang men–"

"Lalu apa karena dia kekasihmu, dia harus memanggil mama dengan sebutan mama? Orang pacaran kan juga bisa putus kapan saja. Cih, sangat membosankan gaya pacaran kalian" cerca Felicya

Alva menggeram mendengar perkataan sang adik yang kelewat batas. Ia tahu bahwa Felicya memiliki sifat kaku dan dingin yang diwariskan oleh sang papa tapi apakah ucapannya harus setajam dan sepedas itu? Bahkan dia berbicara didepan Nara.

"Felicya, jaga bicaramu" tegas Alva memandang adiknya tajam.

Felicya bersedih pelan. "Jadi hanya gara gara kekasih mu ini kau jadi memarahiku dan membentak ku begitu? Wow sungguh luar biasa!"

Felicya memandang kearah Nara yang terdiam dan tak sanggup berkata kata lagi. "Tapi ku akui aktingmu cukup bagus nona, berapa banyak uang yang harus kau relakan kepada dukun untuk memikat kakak ku?"

"Felicya!" bentak Alva kelewat emosi.

Nara berjingkat kaget dengan teriakan Alva yang sangat nyaring. Tak hanya Nara saja ternyata adiknya ikut terkejut dengan suara keras itu. Namun sayangnya ia sudah dilanda rasa marah kesal dan cemburu yang berlebihan membuatnya tak dapat berfikir jernih dan memiliki rasa bersalah.

"Kukatakan jaga bicaramu pada calon istriku!!"

Felicya terkekeh pelan. Calon istri katanya? Wow drama apalagi ini? Kenapa mendengar kata itu keluar dari pria yang ia sayang sungguh menyakitkan?

Ranty berusaha menengahi pertikaian antara kakak dan adik ini, namun disaat ia ingin menyentuh bahu sang putri tiba tiba tangannya disentak dan bersamaan dengan Felicya yang bangkit berdiri dan berlari menuju kamarnya. Menahan isak tangisnya.

Brak!

Felicya melemparkan tubuhnya pada ranjang empuknya dan menenggelamkan wajahnya diantara lipatan bantal disana.

Menangis sendirian.

Suara yang begitu menyakitkan bagi siapa saja yang mendengarnya.

"Hiks! Jahat! Kau begitu jahat!"

Felicya mengangkat wajahnya dan beranjak menuju sebuah lemari kecil dan membuka kunci disana. Ia mengambil satu kotak bewarna pink dan membawanya keatas ranjang dengan masih bercucuran air mata.

Falling Love With Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang