Chapter 05

32K 1.2K 5
                                    

Selamat membaca!

Sebelum baca coba vote dulu dong!

🍂

Apartemen Alva

Nara terduduk diatas sofa yang lebar, tangis gadis itu belum berhenti sejak dua jam yang lalu.

Ia mengambil selembar tissue yang tersedia diatas meja dan mengusap hidungnya yang tampak merah dan berair. Lalu membuangnya kedalam tempat sampah yang sekarang sudah penuh akan tissue. Matanya juga nampak bengkak serta pipinya memerah akibat air matanya.

"Hiks-hiks" isak Nara tersendat.

Alva yang sedari tadi duduk didepannya hanya bisa menghela nafas jengah. Kapan gadis ini berhenti nangis?

"Hiks-sa..saya ta-kut. Dia- dia mau jahatin saya!" ucap Nara kembali menangis dengan keras.

"Saya mau di-bawa kabur"

"Saya mau.. Diperkosa huwaaaa!!" teriak Nara semakin mengeraskan tangisnya.

Alva memejamkan matanya sejanak, rasanya kepalanya mendadak pening dan ingin pecah saja. Sudah dua jam ia duduk disini menemani gadis yang dia kenal sebagai bawahannya dikantor ini menangis. Dan mendengarkan setiap perkataan yang keluar dari mulut gadis itu. Ia hanya mendengarkannya tanpa berniat menjawab. Menjawab pun ia bingung harus menjawab apa.

Bahkan sofa yang ia duduk rasanya sudah anget akan pantatnya. Kakinya juga sudah kram hanya berdiam diri seperti ini.

"Uh tissue nya habis" celetuk Nara membuka kotak tissue dan ternyata memang benar habis.

"Huwaaa. Saya takut.. Nanti dia kembali, huwaa" seru Nara kembali merengek rengek.

Setelah beberapa detik ia mengelap air matanya yang dimana mana hanya dengan telapak tangannya, ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan berusaha menyalakannya. Namun gagal ponselnya mati karena kehabisan baterai.

"Hiks, pake mati segala" gumamnya pelan mengetuk ngetukannya pada tangannya.

"Kok mati?" tanyanya dalam hati terheran heran.

Alva yang melihat itu mengerutkan dahinya. "Kenapa?"

Nara menoleh dan menggeleng pelan. "Hp saya mati" lirihnya. Suaranya saat ini sudah habis terkuras karena menangis dua jam.

Pak Alva ngapain bawa aku keapartemennya segala sih?

Mana aku nangisnya keras kayak suara pasar ayam.

Kan malu ditonton atasan sendiri!

Nara Nara! Kamu kok bodoh banget sih?!

Kan ngak elit nangis kayak gini dilihat orang lain mana gitu orang itu bos lagi!

Kalo pak Alva kesel bisa aja saya dipecat nanti. Aduh gimana sih.!

Dengan ragu Nara mendongak dan menatap kearah Alva yang juga menatapnya dengan tatapan super datar.

Tuh kan, pasti Alva merasa ilfeel sama aku.

Falling Love With Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang