Chapter 32

14.2K 793 38
                                    

Jangan lupa vote sebelum memebaca

Alva melangkahkan kakinya dengan cepat menuju parkiran mobil yang berada dilantai dasar perusahaan.

Dirinya tak memusingkan tatapan heran dari semua karyawannya, yang lebih ia pentingkan sekarang adalah berita dari suruhannya yang ia pinta untuk memata-matai Nara.

Setelah mendengar bahwa saat ini Nara berada di taman kota dan berniat menemui sang mantan kekasih, dirinya langsung turun tangan dan akan bekerja sendiri tanpa meminta bantuan suruhannya lagi.

Dengan gerakan cepat seperti orang kesetanan Alva memasang sabuk pengamannya dan mengendarai mobil dengan kecepatan diatas rata rata.

Ia tak boleh terlambat datang kesana. Dan ia tak akan membiarkan si Daniel Daniel itu mendapat jalan untuk mendekati Nara yang notabenya sudah menjadi miliknya.

"Ck!" Decak Alva karena terjebak macet. Tidak bisakah dilihat bahwa ia sedang terburu buru dan malah harus terjebak macet disini.

Lima belas menit berlalu akhirnya Alva sampai ditaman kota, tempat dimana Nara berada yang sedang menunggu Daniel.

Begitu turun dari mobil Alva mendapat telfon dari suruhannya.

"Halo?"

"....."

Alva menatap datar kedepan.

"Kearah mana aku harus berjalan?"

"....."

Tut. Tanpa banyak bicara Alva mematikan panggilan itu dan berjalan sesuai yang dikatakan suruhannya tadi.

Sampai akhirnya langkah Alva berhenti, ia memilih berdiam diri dibawah pohon. Memandang dua manusia lawan jenis yang tengah duduk santai dibangku taman.

Sesuai dengan info yang diberikan suruhannya tadi, bahwa Daniel telah datang.

Tak banyak yang Alva dengar, tapi ia tahu bahwa Daniel meminta maaf atas perlakuannya pada Nara dulu.

"Kamu masih baik padaku"

"Tentu saja"

Alva masih memperhatikan keduanya dengan tatapan diam.

"Nara"

"Hm?"

"Aku mau kita balikan"

Alva mengepalkan kedua tangannya didalam saku celana.

Sebenarnya dirinya sudah tahu apa maksud dari pertemuan yang dibuat Daniel ini.

Alva melangkahkan kakinya dengan tenang menuju bangku tersebut, sangat tipikal dirinya. Tapi tak ada yang tahu bahwa didalam otaknya hanya ada rasa marah.

Tepat didepan bangku itu, ia berdiri disamping Nara, tanpa aba aba ia mengambil salah satu tangan wanita itu. Lalu memberdirikannya disebelahnya dengan lengan yang sudah berada manis dipinggang Nara.

"Maaf tapi dia calon istri saya" ucap Alva begitu tenang, namun matanya menatap tajam ke arah Daniel.

Nara tersentak akan kedatangan Alva yang tiba tiba. Kenapa bisa ada pria ini disini? Dan siapa yang memberitahukannya? Pikirnya.

Daniel pun ikut berdiri dan tersenyum kecil. "Oh"

Lalu pandangannya beralih ke arah Nara. "Kamu akan menikah dengannya?"

Nara menelan salivanya susah payah. Keadaan apa ini? Dan ia harus menjawab apa?

"Ti-tidak aku---"

"Ya, kami akan menikah dua minggu lagi" Alva angkat bicara, dan masih menatap Daniel dengan dinginnya.

Falling Love With Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang