WARNING⚠️⚠️
TYPO BERTEBARAN!!HAPPY READING ✨
Chelsea menaikkan sebelah alisnya saat masuk ke dalam rumah dan mendapati Rani yang sedang duduk di sofa dengan tatapan mengarah ke televisi yang menayangkan acara berita. Biasanya, Rani pulang larut malam atau bahkan tidak pulang sama sekali
"Oh jadi gini kelakuan kamu selama ini?" Tanya Rani yang menyadari putrinya baru saja datang.
"Maksud mama?"
"Sudah dari dulu saya katakan jangan pernah memanggil saya dengan sebutan itu." Ia menekankan ucapannya, sangat ketara jika saat ini Rani tengah emosi.
Chelsea menghela nafas pelan, "memang kenapa?"
"Saya yang nanya kamu duluan, gini kelakuan kamu selama ini? Untung saja kali ini saya pulang lebih cepat, jadi saya bisa tau kelakuan kamu." Selalu saja, jika ia bertanya tentang mengapa tidak boleh menyebut Rani 'mama' wanita itu langsung mengalihkan topik pembicaraan.
"Maksudnya apa?" Ia mencoba sabar menghadapi ibunya ini.
"Kamu pasti keluyuran gak jelas, kan? Jam pulang di sekolah kamu adalah pukul setengah empat dan sekarang hampir pukul lima kamu baru sampai di rumah."
"Apa peduli anda?"
"Saya ini orang tua kamu!" Ia menaikkan nada bicaranya.
“Yakin? Padahal tadi anda sendiri yang melarang saya memanggil anda dengan sebutan umum seorang anak pada ibunya. Sekarang saya tanya, apakah orang tua yang tidak menjalankan perannya masih bisa dianggap orang tua?"
"Saya selalu berusaha agar anda melihat saya, memperhatikan saya. Sedari kecil, saya selalu berusaha mati-matian meraih prestasi. Saya raih prestasi-prestasi itu dengan harapan bisa mendapat pujian dari anda, bisa mendapat hadiah kecil, bisa mendapat tatapan bangga, atau setidaknya bisa mendapat ucapan selamat."
"Dari dulu, yang mengurus saya, yang merawat saya dan yang mendidik saya adalah orang lain yang anda sewa. Oke, mungkin saya tidak pernah merasakan kekurangan dalam hal materi dan saya berterima kasih untuk itu.”
“Tapi... Apakah tidak pernah sedikitpun terlintas di pikiran anda bahwa saya adalah seorang anak yang sangat ingin merasakan kasih sayang dari ibu kandungnya?” Ucapnya panjang lebar dengan suara yang bergetar, air mata jatuh, mengiringi setiap kata yang keluar dari mulutnya.
"Oh atau mungkin saya ini bukan anak kandung anda sehingga anda selalu mengabaikan saya?"
"Cukup Chelsea!!" Mata Rani pun sudah memerah, ia menahan air matanya agar tidak jatuh.
"Ya, mungkin saya memang bukan anak kan-"
"Saya bilang cukup!!" Tangan kanan Rani berhasil mengenai pipi mulus Chelsea.
Warna merah tercetak jelas di pipi putih itu. Chelsea bahkan tidak sanggup untuk sekedar menoleh lagi agar bisa menatap sang ibu.
Air mata Chelsea semakin tak terbendung, ia tertawa hambar, hatinya terasa sangat sakit mendapat perlakuan ini lagi setelah sekian lama.
"Sudah mulai kasar lagi seperti dulu?"
Rani memalingkan wajah tidak mau menatap Chelsea.
"Baiklah, mungkin telinga anda muak mendengar keluhan saya, permisi." Ia sedikit berlari untuk menuju kamarnya.
Rani memejam erat saat mendengar gebrakan pintu yang terdengar begitu keras, yang tentunya adalah ulah Chelsea.
"Maaf." Gumam Rani menatap tangan yang tadi ia gunakan menampar putrinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Cool Girl
Teen FictionWARNING MENGANDUNG KATA-KATA KASAR⚠️ Chelsea Anindita, gadis bersifat dingin dan selalu acuh pada orang-orang di sekitarnya. Tak pernah mau berurusan dengan yang namanya cinta karena menurutnya cinta itu tidak berguna, hanya membuat sakit dan patah...