WARNING⚠️⚠️
TYPO BERTEBARAN!!HAPPY READING ✨
Keesokan harinya Chelsea menjalani sekolah seperti biasa karena sakit nya tidak terlalu parah. Namun, dari kemarin ada yang mengganggu pikirannya. Gerald. Ya lelaki itulah yang memenuhi kepalanya, ia mencoba untuk menghilangkan bayangan Gerald tetapi bukannya hilang, bayangan lelaki itu malah semakin jelas
"Chelsea?" Seseorang menepuk bahunya.
"Ya?" Sahutnya.
Saat menoleh ia mendapati Bu Ajeng, guru sejarah. Ah ia terus memikirkan lelaki itu sampai-sampai saat pelajaran berlangsung pun ia terus melamun.
"Kamu tidak memperhatikan?"
Chelsea berpikir sebentar, "Maaf bu kepala saya sedikit pusing." Alibinya.
"Ih bestie! Lo sakit? Kenapa gak bilang?" Tanya Vana kaget.
"Kamu sakit? Mau ke uks aja?" Kini Bu Ajeng yang memberikan pertanyaan.
"Emm... iya." Jawab Chelsea setelah sedikit menimang-nimang.
"Ya sudah. Dimas anter Chelsea ke uks takutnya pas lagi jalan malah pingsan." Perintahnya kepada Dimas.
Mata cowok itu langsung berbinar-binar, "Saya bu?" Tanya nya menunjuk diri sendiri.
"Iya kamu, emang di kelas ini ada lagi yang namanya Dimas?"
"Ga ada sih bu hehe."
"Yaudah cepetan malah diem aja."
"Kok Dimas bu? Kenapa gak saya aja?" Tanya Vana dengan muka heran.
"Jangan sama kamu lah."
"Ih kenapa bu?"
"Nanti kalo Chelsea pusingnya makin parah gimana? Masih mending kalo begitu doang bisa di papah. Nah kalo pingsan? Kamu bisa gendong dia?" Tanya guru tersebut bertubi.
"Enggak sih hehe... Eh tapi kenapa harus Dimas? Nih bu saya bilangin, Dimas tuh doyannya modus sama cewek cakep, berhubung bestie saya ini cakep, pasti si Dimas bakal modus." Ucapannya sengaja ia kencangkan.
"Boong bu, fitnah itu!" Balas Dimas dari tempat duduknya.
"Duh apasih ah, ini Chelsea makin pusing yang ada kalo dengerin orang debat. Dimas ayo cepet anterin!"
"Cepet sembuh ya Chelsea." Lanjutnya sambil mengusap salah satu bahu gadis itu.
Setelah mendengar perintah Bu Ajeng, Dimas langsung berjalan ke bangku yang ditempati Chelsea dan mengulurkan tangannya setelah sampai di hadapan gadis itu.
"Bisa sendiri." Tolak Chelsea mengabaikan uluran tangan Dimas, kemudian ia berdiri dan mulai berjalan keluar kelas.
"Kasian banget deh mau yang mau modus ditolak." Ledek bu Ajeng diiringi tawa kecil.
"Ibu mah gitu ah gak asik." Dimas memonyongkan bibirnya.
"Heh muka kamu, udah sana ikutin tuh Chelsea takut kenapa-napa."
"Iya bu." Lelaki yang mempunyai gingsul itu langsung keluar dan mengikuti Chelsea.
"Tuhkan modus bu!" Ucap Vana pada guru sejarah itu.
"Berisik kamu, ngajak gibah kok ke saya? Lagian Chelsea nya juga gak mau di modusin kan tadi?"
"Siap salah 86!" Jawab Vana lantang, ia membuat gerakan hormat.
***
Kini mereka sudah sampai di depan uks. Sebelum masuk, Chelsea menyempatkan untuk berbalik dan mengucapkan terima kasih kepada Dimas, sedangkan cowok itu hanya membalas dengan anggukan. Grogi deket cewek cantik mah, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Cool Girl
Teen FictionWARNING MENGANDUNG KATA-KATA KASAR⚠️ Chelsea Anindita, gadis bersifat dingin dan selalu acuh pada orang-orang di sekitarnya. Tak pernah mau berurusan dengan yang namanya cinta karena menurutnya cinta itu tidak berguna, hanya membuat sakit dan patah...