"Aku yakin wanita itu sengaja menghindariku."
Rosie mengepalkan jemarinya diatas stir, sembari mengemudikan mobilnya dengan wajah kesal.
Jennie hanya melirik sepintas, tak bernafsu meladeni sahabatnya ini. Pasalnya, Rosie memang tipe orang yang selalu tergesa-gesa dalam bertindak. Selain agresif dan juga posesif, Rosie juga tak suka berbasa-basi.
Itu bisa berimbas baik, tapi lebih seringnya malah mengacaukan keadaannya sendiri.Seperti yang baru saja terjadi beberapa waktu yang lalu, saat mereka menyambangi kantor wanita yang telah menabrak mobil Rosie kemarin.
Gadis Australia itu akhirnya tak bisa mengendalikan kekesalannya, dan malah membuat keributan di kantor tersebut.
Flashback on
"Kantornya lumayan besar. Dia pasti bukan orang sembarangan, Rosie." ucap Jennie, saat pertama kali ia menginjakkan kakinya didepan kantor tersebut.
Jennie yang semula tak mau menemani sahabatnya itu, akhirnya terpaksa ikut karna Rosie terus memaksanya.
Dan setelah dipikir-pikir, sepertinya ia memang harus ikut karna takut Rosie membuat masalah."Who's care? Dia mau anak Kim Jong Un sekalipun, aku tidak takut."
Jawab Rosie dengan wajah kesalnya."Berjanjilah untuk tidak membuat masalah, oke?"
"Memangnya siapa yang mau membuat masalah? Aku kesini justru untuk menyelesaikan masalahnya, Queen."
"Iya, tapi kau itu suka emosian. Begini saja, biar aku yang bicara padanya lebih dulu. Siapa nama wanita itu?"
"Lulisa. No, no, no, no. Lalusi. Eum, anniya...anniya... Siapa ya... Aku lupa..."
Dengan melipat tangan didada, Jennie melakukan rolling eyes untuk kesekian kalinya karna melihat kekonyolan sahabatnya itu.
"Kau bisa ingat alamat kantornya, tapi malah tidak ingat nama wanita itu? Seriously?"
"Haisstt! Persetan dengan namanya. Itu tidak penting."
"God! Lalu kita kesini untuk mencari siapa? Jika namanya saja kita tidak tahu."
"Yang jelas dia itu seorang CEO. Katakan saja pada pegawainya. Kita datang untuk menemui CEO mereka."
"Mwo? Dia seorang CEO? Di perusahaan sebesar ini?"
"Wae? Memangnya kenapa kalau dia seorang CEO? Kau tergiur untuk memacarinya?"
"Huh??! You're so annoying. Forget it! Sekarang berikan kartu namanya padaku."
"Untuk apa, Queen?"
"Cepat berikan saja!"
Rosie lantas membuka tas YSL nya untuk mencari kartu nama tersebut.
Namun raut wajahnya yang kebingungan seolah sudah bisa ditebak oleh Jennie apa makna ekspresi itu.Dia ini sebenarnya sangat cerdas.
Tapi terkadang aku bingung dengannya.
Rosie sering sekali melakukan hal-hal stupid, diluar nalar.
Cara berpikirnya ajaib, dan membuatku ikut pusing.
Lihat saja, kartu nama itu pasti hilang.
Beri aku tas Chanel, jika tebakanku benar."Wae? Apa kau menghilangkan kartu namanya?"
Dan tebakan Jennie tepat sekali.
Dengan wajah yang cengengesan, Rosie tak bisa mengelak dari tuduhan sahabatnya ini."Aku baru ingat, sepertinya aku meninggalkannya dilaci ruanganku kemarin pagi... Hehehe...."
"Huft!"
Dan wanita bermarga Kim itu hanya bisa menarik nafas panjang, tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman Like Me
Romance"Jennie adalah calon dokter, dari keluarga yang semuanya dokter. Dan pewaris sebuah rumah sakit besar. Tapi sayang, Jennie merasa itu bukan passionnya. Akhirnya dia terjebak menjadi mahasiswa abadi yang tidak lulus-lulus. Dan kesialannya bertambah s...