Pain

5.7K 993 225
                                    

Jennie berdiri di jendela kamar Jisoo, dengan kedua tangannya yang terlipat didepan dada.

Dia bangun lebih awal, atau lebih tepatnya hanya tidur sejenak dan tak sadar hari hampir pagi.

Semalaman dia menangis, sampai wajah innocent nya itu terlihat sembab dan pucat.

Sorot matanya menatap nanar lingkungan gedung apartemen Jisoo dari lantai delapan ini, berharap bisa menyapa matahari yang dalam beberapa menit lagi akan muncul.

Jennie patah hati.

Lalisalah penyebab dari kesakitannya ini.

Ia kecewa teramat dalam. Merasa dibohongi oleh satu-satunya orang yang sebelumnya membuat dia percaya akan cinta.
Seseorang yang bukan hanya berhasil menyentuh hatinya, tapi juga tubuhnya.
Dia, Yang Tak Tersentuh, meyakinkan dirinya penuh bahwa Lisa adalah orang yang tepat untuk menjamah tubuhnya pertama kali. Setelah selama ini, Jennie menutup diri dari siapapun yang mendekatinya.
Tapi, Lisa yang menjadi pemenang, seolah mengkhianati hadiah yang telah dia berikan.

Jennie tidak ingin percaya pada Miyeon. Namun pada kenyataannya Lisa memang mengakui semua cerita itu.

Persetan jika saat ini Lisa bicara cinta. Tetap saja, dia brengsek dengan niat awalnya.
Dia harusnya memberitahu jika ada cctv. Agar tindakan bodoh kami tidak terekam disana.
Atau benar kata Miyeon, bahwa dia memang menikmati semua ini?

Batin Jennie tak terima dan mengutuk keras atas tindakan Lisa tersebut.

Sifat keras kepala Jennie memang tak ada bedanya dengan Lisa.

Dan semua tindakan Lisa yang menurutnya telah melecehkannya itu, sungguh tak mampu untuk Jennie memakluminya.
Dia tak terima. Itu sangat memalukan.

Jennie juga tak bisa membayangkan jika rekaman itu dilihat oleh orang lain.
Dan sialnya, Miyeon lah yang pertama.

Ya Tuhan! Itu benar-benar gila!

Matanya terpejam membayangkan hal sinting itu.

Memaki dirinya sendiri kenapa dia tak menyadari sedikitpun dengan semua kamera disana.

Stupid!

Batinnya mengumpat

Dan ketika dia sedang sibuk dengan lamunan sendunya itu, sebuah lengan panjang meraih tubuh mungilnya.

Rosie, berdiri disamping Jennie, dan membawa wanita Kim itu untuk masuk kedalam pelukannya.

Jennie tak menolak.
Dia bersandar pada bahu sang sahabat.
Berharap perihnya cinta bisa sedikit dinetralisir oleh pelukan Roséanne.

Namun tiba-tiba Jennie sedikit terganggu dengan aroma Soju yang menguar dari tubuh si dokter bedah itu.

Jennie otomatis mengangkat kepalanya.
Dan dia semakin terkejut, kala melihat ada memar di pipi Rosie.

"Yyakk! Apa yang ter-,,,??"

"It's okay. I'm fine." jawab Rosie memotong.

Jennie langsung menyadari apa yang terjadi meski Rosie tak jujur bercerita.

"Kau bertengkar dengannya?"

Si rambut grey mengusap darah di bibirnya yang telah mengering.
Dia tergelak sendiri sambil menggeleng.

"Lebih dari itu, Queen. Kami hanya tidak sampai saling membunuh."

Jennie menganga. Ia sudah bisa membayangkan tampang Lisa saat ini yang juga pasti sama babak belurnya seperti Rosie.

"Apa dia baik-baik saja?"

Woman Like MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang