Ceklek!
Pintu apartemen Lisa terbuka. Dan muncullah dia disana, kembali dari rutinitas pekerjaannya setiap hari.
Gadis itu kini berjalan dengan sebelah tangan yang memegang tas kerjanya, juga sebuah bungkusan yang ia tenteng di tangan satunya lagi.
Melempar pandangan ke seluruh penjuru ruangan apartemennya ini, Lalisa mencari keberadaan penghuni lainnya. Yang tak lain Jennie, juga para kucingnya.
Lisa kini meletakkan bungkusan itu diatas counter, beserta tas kerjanya.
Dengan pandangan yang masih berkeliling, ia mulai membuka blazer nya."Jennie-ssi?" panggilnya sekali, sembari membuka kancing blouse pada pergelangan tangannya.
Namun yang dipanggil tak jua menjawab. Menghasilkan raut tanya dari ekspresi wajah si Manoban.
Menggulung blouse nya sampai ke siku, Lalisa kini berjalan menuju dapur untuk mencuci tangannya sejenak.
Setelah itu, ia buka bungkusan tersebut dan mengambil salah satu pouch yang sudah ia nobatkan sebagai minuman favoritnya saat ini.
Melon uyuuu.
Lalisa menusukkan pouch tersebut dengan sedotan, lalu segera menyedotnya agar rasa dahaganya hilang.
Pipinya nampak mengempis ketika ia menyedot susu rasa melon itu dengan bersemangat. Pandangannya kini mengarah kearah lorong, menunggu jawaban Jennie yang ia panggil beberapa saat yang lalu.
"Where is she?"
Dia bergumam sendiri karena Jennie belum juga menjawabnya.
Lisa sungkan untuk mengetuk pintu kamar Jennie, sehingga ia memilih untuk tetap berdiri disamping counter sambil menikmati susu favoritnya itu.
Lisa kemudian membuka ponselnya untuk mengecek beberapa email yang baru saja masuk.
Dan bersamaan dengan itu tiba-tiba pintu kamar mandi Jennie -yang berada didepan kamarnya-, terbuka.
Mata Lisa yang semula menatap ponsel, otomatis tertuju kearah kamar mandi tersebut. Ia melihat Jennie keluar dari sana yang hanya mengenakan handuk saja, dengan mempertontonkan separuh bagian tubuhnya.
"Oh shit!"
Lisa terperanjat kaget, ketika Jennie berjalan santai lalu masuk kedalam kamarnya dengan punggung juga paha yang terbuka.
Rambutnya berantakan digulung keatas. Memperlihatkan leher jenjangnya yang berkilauan karna sisa sabun yang sepertinya belum terbasuh seluruhnya.
Jennie nampak bersenandung kecil dalam derap langkahnya menuju kamar.
Kenapa dia keluar hanya dengan handuk seperti itu?
God! My eyes!Lisa menunduk, bahkan mengalihkan pandangannya kini.
Ia menjadi canggung sendiri, padahal Jennie sepertinya tidak menyadari keberadaan Lisa yang baru saja melihatnya didepan lorong kamar mereka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman Like Me
Romance"Jennie adalah calon dokter, dari keluarga yang semuanya dokter. Dan pewaris sebuah rumah sakit besar. Tapi sayang, Jennie merasa itu bukan passionnya. Akhirnya dia terjebak menjadi mahasiswa abadi yang tidak lulus-lulus. Dan kesialannya bertambah s...