"Beri ruang dihatimu untukku, Jennie Kim. Aku ingin menetap disana selamanya."
Deg-deg!
Deg-deg!
Deg-deg!
Suasana mendadak hening setelah kata-kata yang baru saja diungkapkan oleh seorang gadis bernama Lalisa Manoban, yang ia tujukan untuk wanita yang dicintainya, Jennie Kim.
Degup jantung berpacu keras diantara keduanya.
Hingga bunyinya sama persis dengan detak jam dinding yang menyempurnakan keheningan ini.Sorot mata saling mengunci, seolah sibuk mentransfer perasaan cinta yang cukup dilukiskan hanya dengan kata sederhana namun sarat akan makna.
Lisa ingin Jennie merasakannya.
Sebuah perasaan yang terlalu kuat, yang beberapa waktu ini sulit sekali ia sekat.
Ia tak sanggup menahannya lagi.Tangan Jennie yang kini berada pada dada Lalisa, meremat t-shirt tipis yang membalut tubuh si gadis jangkung itu.
Deru nafas bersahutan, membuktikan kegugupan masih menguasai diantara keduanya.
Jennie belum memiliki jawaban.
Keraguan tentu masih ada.
Semua ini berproses terlalu cepat, membuat ia takut keliru dalam mendeskripsikan hubungan mereka ini.Digigitnya bibirnya sendiri, seraya berpikir sekaligus menyadarkan dirinya jika ini bukan mimpi, dan tak ada yang mabuk antara dia ataupun Lisa seperti yang terjadi kemarin malam.
Jennie sepenuhnya sadar, jika mereka tentu sama-sama sadar akan situasi ini.
Tapi cinta, kadang tak mementingkan kesadaran.
Cinta ingin mendapatkan apa yang dituju oleh hati yang menunjuknya.
Dan Lisa, telah menunjuk Jennie sebagai pemilik hatinya.Jennie POV.
Mataku tak berkedip ketika dia mengatakan kalimat yang tak pernah kusangka.
Aku terpaku sejenak karena tak bisa kupungkiri jika aku tersanjung.Lalisa bicara cinta.
Dan aku masih tak percaya mendengarnya.
Tapi ia menatapku seolah menuntut agar aku juga merasakan hal yang sama.Dan apakah aku merasakan hal yang sama?
Siapa yang akan menjawab jika pertanyaan ini kutujukan untuk hatiku sendiri?
Kuremas t-shirt tipis gadis cantik di depanku ini, yang membuatku bisa merasakan degup jantungnya berdetak sangat cepat.
Lalisa serius dengan ucapannya.
Nafasnya kini menderu diwajahku.Jangan sempurnakan situasi ini dengan berani untuk melumat bibirku, Lalisa.
Jangan!
Karna saat ini aku sedang benar-benar bingung dengan isi hatiku sendiri.
Dan baru saja aku berpikir hal itu, Lisa lantas tanpa ragu menarik daguku untuk mendekatkan bibir kami.
Tidak!
Kuletakkan dua jariku pada bibir ranumnya. Dan itu berhasil membuat dia berhenti.
Kami bertatapan kembali.
"Kau meragukanku?" tanyanya.
"Kau tidak benar-benar serius, bukan?"
Dan ya, aku meragu.
Lisa mengeraskan rahangnya dengan mata terpejam.
"Aku tahu apa yang membuatmu meragu." ucapnya kemudian. Lalu tiba-tiba meraih ponselnya dari dalam saku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman Like Me
Romance"Jennie adalah calon dokter, dari keluarga yang semuanya dokter. Dan pewaris sebuah rumah sakit besar. Tapi sayang, Jennie merasa itu bukan passionnya. Akhirnya dia terjebak menjadi mahasiswa abadi yang tidak lulus-lulus. Dan kesialannya bertambah s...