Guilty

6.3K 967 148
                                    

Braakk!

Rosie membuka pintu rumahnya dengan gerakan kasar.
Derap langkahnya menghentak lantai menghasilkan bunyi yang kuat.

"Rosie, kenapa sudah pulang? Kau tidak jadi bekerja lagi, Nak?"
Tanya sang ibu yang terkejut melihat kemunculan putrinya yang tiba-tiba.

Namun gadis itu mengacuhkan pertanyaan ibunya.
Ia berjalan menuju kamar untuk mencari Jisoo.

Nyonya Park kebingungan melihat sikap putrinya yang pulang dalam keadaan marah.
Beliau kemudian beranjak dari sofa untuk menyusul Roséanne.

"Sayang, ada apa?"

"Where is she?"

"Nugu?"

"Si penggoda yang bernama Kim Jisoo!"

"Mwo? Kau bicara apa? Kenapa berkata kasar seperti itu pada calon kakak iparmu?"

"No way, Mom. Aku tidak akan menyetujui pernikahan Oppa dengan dia."

Rosie kemudian berjalan lagi mengelilingi rumahnya untuk mencari keberadaan Jisoo.

Sang ibu terpaksa mengikuti dengan mimik bingungnya.

"Apa maksudmu, Roséanne?"

Si bungsu kemudian berhenti. Ia kini berhadapan dengan ibunya.

"Dia tidak sebaik visual yang dia miliki. Wanita itu adalah penggoda. Dan, kenapa Mommy tidak mengatakan padaku jika undangan pernikahan sudah disebar?"

"Huh? Itu..."

"Bagaimana mungkin kalian semua menyembunyikannya dibelakangku?? Jika ternyata semuanya memang sudah siap, lalu untuk apa Mommy juga menyuruhku untuk mengurus pernikahan Oppa dengan wanita itu??? Untuk apa, Mom???"

Rosie benar-benar meledakkan amarahnya.

Sang ibu tak bisa menjawab rentetan pertanyaan yang diajukan oleh putrinya ini.
Raut wajahnya nampak kebingungan seolah ada yang disembunyikan.

"Kenapa Mommy terdiam? Sebenarnya apa yang terjadi??"

Belum sempat sang ibu menjawab, tiba-tiba sesosok laki-laki muncul diantara mereka.

Park Jinyoung, datang dengan menenteng kopernya.

"Roséanne, kenapa kau memarahi Eomma seperti itu?"

"Oppa, kenapa Oppa sudah pulang?"

Diletakkannya koper tersebut disudut ruangan, lalu pria itu berjalan menuju sang adik.

"Duduklah. Aku ingin bicara."

Kelopak mata Rosie sempat mengerjap beberapa kali karna bingung. Namun akhirnya ia menurut.

Kedua kakak beradik itu kini duduk disofa.

Raut wajah Jinyoung menampilkan rasa lelah.
Ditatapnya wajah sang adik dengan helaan nafas berat.

"Jisoo meneleponku tadi pagi, dan menyuruhku pulang."

"Kenapa cepat sekali? Bukankah Oppa di Busan?"

"Tidak. Aku tetap di Seoul selama beberapa hari ini."

"Mwo?"

"Aku berbohong padamu."

"What?"

Jinyoung kemudian menyodorkan sebuah undangan pernikahan yang menampilkan nama dirinya juga Jisoo.

Woman Like MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang