Manoban Advertising Company.
Lisa baru saja tiba di kantornya.
Ia berjalan sendiri menuju ruangannya tanpa Miyeon, yang biasanya rutin ia jemput.Namun kali ini situasinya berbeda.
Lisa praktis menghindari Miyeon dimanapun ia berada.Ia bahkan menolak panggilan dari kekasihnya itu yang dilakukannya hampir puluhan kali selama kurun waktu tiga hari ini.
Di kantorpun, Lisa meminta sekretarisnya untuk tidak mengganggunya. Tidak peduli siapapun yang datang, Lisa menolak untuk bertemu.
Miyeon tentu saja hampir mati kesal menghadapi Lalisa yang selalu menghilang dari kantornya tiap jam makan siang. Dan tidak akan kembali ke kantor setelah itu.
Menurut Miyeon, Lalisa mulai berulah.
Dan ia merasa perlu menyelidiki apa yang terjadi.Beruntung pagi ini, Miyeon berhasil mendapati Lisa yang baru saja masuk kedalam ruangannya.
Dengan langkah cepat, ia langsung mengejar gadis jangkung itu sebelum pintunya benar-benar dikunci, dan menghalangi siapapun yang masuk.
"Lalisa!!"
Lisa menoleh dengan desisan kesal kala menyadari suara siapa itu.
Brakk!
Miyeon pun dengan cepat menahan pintu itu agar tidak tertutup sampai menghasilkan bunyi yang begitu keras, yang menarik perhatian seluruh pegawainya.
"Jesus! Jangan mulai lagi, Cho Miyeon! Kau membuat malu!"
Lisa memperingatkan dengan menekan suaranya."Kau yang memulai semua ini!"
"God!"
Lisa akhirnya mengalah.
Ia kemudian melangkah masuk, dan membiarkan Miyeon mengikutinya.
Kemudian ditutupnya pintu serta jendela ruangan boss sekaligus kekasihnya itu, agar tidak ada yang bisa menguping pembicaraan mereka.Lisa memperhatikannya dengan wajah lelah.
Diletakkannya tas kerjanya itu diatas meja. Sedangkan dia mulai membanting tubuhnya di kursi besarnya.
"Kurasa banyak yang harus kau jelaskan padaku, Lalisa." Miyeon memulai celotehannya.
Namun Lisa belum bereaksi. Ia malah menutup separuh mukanya, menunjukkan bahwa ia begitu jengah dengan wanita ini.
Melihat Lisa yang semakin sengaja mengabaikannya, Miyeon mulai habis kesabaran.
Dia kemudian berjalan menuju kekasihnya itu, lalu menarik jemari Lisa dari wajahnya."Berhenti bersikap konyol!" ujarnya kemudian.
Lisa memandang Miyeon yang kini berdiri didepannya dengan amarah.
Ia mengerti mengapa Miyeon begitu marah. Tapi Lisa juga sudah lelah menghadapi wanita ini.
Menurut Lisa, hubungan mereka tidak akan berhasil. Dan hanya membuang-buang waktu saja.Tapi Lisa merasa ia harus bertanggung jawab atas semua ini.
Bagaimanapun juga, Miyeon memiliki banyak jasa bagi hidupnya.
Ia tak ingin menjadi kacang, yang seolah lupa akan kulitnya.Diraihnya jemari Miyeon dengan lembut, kemudian membawanya dalam genggaman.
"Aku memang sangat bersalah padamu. Lebih baik kau pukuli aku sekarang untuk meluapkan semua amarahmu. Tetapi setelah ini, kita berteman kembali. Aku tidak ingin mengecewakanmu lebih banyak lagi, Miyeon." ucap Lisa dengan tutur kata yang begitu lembut, agar Miyeon bisa memahaminya kali ini.
Tapi yang terjadi jauh dari harapan.
Miyeon malah menghempas jemari Lisa dengan kasar.
Ia tidak terima atas semua ini."Apa kau bilang?? Setelah semua yang telah kau lakukan padaku, kau bilang lebih baik kita berteman??? Dimana hatimu, Lalisa???"
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman Like Me
Romance"Jennie adalah calon dokter, dari keluarga yang semuanya dokter. Dan pewaris sebuah rumah sakit besar. Tapi sayang, Jennie merasa itu bukan passionnya. Akhirnya dia terjebak menjadi mahasiswa abadi yang tidak lulus-lulus. Dan kesialannya bertambah s...