Mysterious Girl

6.6K 971 200
                                    

Jisoo berdiri diujung jalan depan gedung apartemennya dalam suasana petang ini.
Hari mulai gelap, dan yang dilakukannya saat ini adalah menunggu kedatangan Rosie.

Ia tidak mengerti kenapa Rosie tidak mau menjemputnya di lobby apartemen. Tapi Jisoo mengalah, yang penting Rosie tidak menolak untuk bertemu.

Setelah sebelumnya dia mengomel pada gadis tersebut di telepon karena menghilang secara tiba-tiba tadi pagi, akhirnya Jisoo cukup merasa lega sebab gadis yang ia cari kini mulai terlihat batang hidungnya.

Rosie membuka jendela Mercedez hitamnya, menyapa Jisoo tanpa suara.

Jisoo melirik sebentar, namun setelah itu segera masuk kedalam mobil pacar wanitanya ini.

Brakk!

Setelah mengambil posisi duduk disamping kemudi, pemilik Chu Petshop itu kini melemparkan pandangan kesalnya kearah Rosie, yang saat ini mengenakan kacamata hitamnya.

Tanpa izin, Jisoo menarik kacamata tersebut secara paksa.
Dan Rosie otomatis menoleh dengan raut kesal.

"Wae? Tidak suka?"
Tantang Jisoo masih dengan mimik marah.

Namun Rosie masih belum bernafsu untuk meladeninya. Hatinya masih galau mengingat peristiwa tadi pagi kala mengetahui jika wanita yang sudah ditidurinya ini adalah pacar kakaknya sendiri.
Dan Jisoo belum tahu soal itu.
Rosie masih menimbang bagaimana cara menjelaskannya.

"Kau tahu, banyak sekali yang ingin kutanyakan. Dan kau harus menjawabnya secara jujur, Roséanne."
Ucap Jisoo berapi-api.

Namun Rosie tetap tak bergeming.

Ia memandang lurus kedepan, dengan mobilnya yang masih berhenti.

"Pertama, kenapa tadi pagi tiba-tiba saja kau menghilang? Kedua, aku menghubungimu puluhan kali, tapi kenapa kau sengaja mengabaikannya? Dan yang ketiga, untuk apa kau memintaku menunggumu diujung jalan seperti ini? Kenapa kau tidak menjemputku di apartemen? Apa sikapmu selalu begini setiap kali berhasil meniduri wanita, huh?"

Setelah pertanyaan terakhir itu, barulah Rosie merespon dengan sorotan tajam matanya.
Ia tidak setuju dengan penilaian Jisoo barusan.
Rosie merasa tidak sebrengsek itu.

"Jawab, Roséanne!"

Jisoo meluapkan kekesalannya seratus persen.

"Kenapa kau semarah ini, huh? Bukankah kita sudah sepakat hubungan ini hanya untuk bersenang-senang?"

"Iya, tapi bukan berarti kau bisa memperlakukanku sesuka hatimu, Rosie. Aku juga butuh penjelasan kenapa kau tiba-tiba menghilang seharian ini?"

"Ya Tuhan, aku bekerja. Kau tahu, aku seorang dokter."

"Jinjja? Bekerja menemani wanita itu maksudmu?"

"Huh? What do you mean?"

"Tidak usah berkelit. Aku tahu kau tidak bekerja hari ini. Aku terpaksa menelpon rumah sakit Jennie untuk menanyakanmu, dan mereka mengatakan bahwa kau tidak berada di tempat. Dan sudah bisa kusimpulkan pasti kau sedang pergi dengan wanita itu. Benar, bukan?"

Rosie menghela nafas panjang setelah mendengar ocehan Jisoo yang diutarakannya dengan intonasi cukup meninggi itu.

"Kalau iya memang kenapa? Kau tidak perlu semarah ini, Jisoo-yaa."

"Aku marah bukan karna kau pergi dengannya. Tapi aku marah karna tidak suka kau membuatku pusing mempertanyakan apa salahku sampai tiba-tiba saja kau pergi tadi pagi. Aku tidak suka, Roséanne. Apa kau mengerti?"

Woman Like MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang