Love 💛

9.5K 959 143
                                    

Ceklek!

Lisa baru saja masuk kedalam kamarnya dengan mata yang masih tampak mengantuk.
Semalaman ia menjaga Jennie yang tertidur di private room dalam bar tempat mereka bercinta.
Namun ketika menjelang pagi, Lalisa terlelap juga akhirnya.
Dan saat ia membuka mata, tak ditemukan Jennie bersamanya.
Wanita itu jelas pergi begitu saja meninggalkan Lisa sendiri.

Maka dengan langkah gontai, Lisa kembali ke hotel sendirian.

Namun matanya yang semula masih tampak mengantuk, kini tiba-tiba terbuka kala melihat Rosie yang tengah membereskan kopernya.

"What are you doing, Grandma?"

"I wanna go home."

"Tapi sesuai rencana kita baru akan pulang besok."

"Not for me."

Lisa kemudian membisu setelah jawaban dari sahabat Jennie itu.

Menarik nafas panjang, Lisa mencoba bersabar dalam menghadapi Rosie yang begitu keras hati ini.

Lisa kemudian berjalan menuju gadis itu, lalu menghentikan gerakan tangan Rosie yang sibuk dengan kopernya.

"Hei... Apa begini caramu mengatasi hatimu yang patah?"

Rosie kemudian termangu.
Dia lantas duduk sejenak di ranjang, dengan lenguhan panjang pada nafasnya.

"This is so hurt, Idiot." ucapnya getir.

Lisa memahami itu. Si Manoban lantas ikut mengambil posisi duduk disamping Rosie, seraya mengusap bahunya, berharap bisa sedikit menenangkan temannya ini.

"Aku tahu. Tapi kau yakin akan menyerah dengan semua ini?"

"Apa yang harus kulakukan? Dia akan benar-benar menikahi kakakku."

"Tell him."

"What?"

"Katakan pada kakakmu, bahwa kau mencintai calon istrinya."

"That's crazy!"

Mendengar saran dari Lisa yang menurutnya tak masuk akal itu, membuat Rosie akhirnya beranjak kembali untuk membereskan kopernya.

"Lalu kau akan benar-benar melepaskannya? Kau yakin sanggup menerima dia sebagai kakak iparmu? Menurutku, itulah hal yang tergila!"

Rosie menghentikan gerakan tangannya.
Dia kemudian berbalik badan untuk menatap si Manoban.

"Jika kau jadi aku, memangnya apa yang akan kau lakukan?"

Lisa kemudian mengangkat alisnya tinggi-tinggi.
Dengan mimik muka percaya diri, dia menjawab. "Tentu saja tak kan kubiarkan orang lain memiliki wanitaku. Walaupun itu dengan saudaraku sendiri. Jadi akan kurebut dia apapun yang terjadi."

Lisa mengakhiri jawabannya itu bersama seringaian jahat dari sudut bibirnya.
Rosie tentu paham apa maksudnya.
Otaknya kini berputar untuk mencerna apa yang dikatakan oleh Lalisa.

Bisakah ia melakukannya?

Keheningan sesaat itu tiba-tiba pecah karena seseorang membuka pintu kamar mereka.

Ceklek!

Dan ternyata itu Jennie.

Lisa melempar tatapannya pada wanita itu, dan Jennie sempat membalasnya walau hanya sesaat. Karna kemudian, pandangannya tertuju pada Rosie.

"Roséanne..."

Rosie terkesiap akan kehadiran sahabatnya itu. Tanpa menjawab apapun, ia menunduk lagi untuk melanjutkan aktivitasnya.

Woman Like MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang