Sudah satu bulan ternyata aku nggak pernah cerita apa-apa. Nggak juga ingin membahas sesuatu yang sudah terlewat lebih dalam. Bulan ini menjadi duka yang akan abadi dalam ingatan setiap insan manusia.
Di awal tahun, kita diberikan berita yang menyayat dada. Memberikan makna penting tentang sebuah kabar yang terkesan sederhana namun memberikan efek untuk orang di sekitar kita. Kita nggak pernah tau kapan berpulang.
Setelah peristiwa jatuhnya pesawat yang tentu bikin beberapa orang mengundurkan niat untuk berpergian juga penerapan batas kewilayahan bikin aku terjebak di tempat kelahiran. Kamu tau, aku sama sekali nggak tau ke tempat dimana kita akan satu kota adalah Keputusan yang tepat atau nggak. Melarikan diri dari salah satu luka terbesar yang setiap aku mengingatnya membuat senyum sekilas muncul dengan air mata.
Banjir yang melanda provinsi sebelah dimana aku hidup selama 13 tahun lebih dan dipertemukan dengan seseorang yang memberikan beragam warna dan perasaan membuatku sedikit lega bahwa rumah dalam kondisi baik-baik saja. Setelahnya, hidup kembali berjalan. Aku kembali dipertemukan dengan seseorang yang sangat klise sejak pertemuan pertama. Aku nggak ingat pasti kapan, yang jelas pertemuan itu berlangsung di pertengahan tahun 2013.
Dia memakai jemper berwarna hitam. Kontras dengan warna kulit yang kuning langsat. Sekilas senyum tipis bisa membuat hati terkikis. Bersamanya aku tau itu sebuah alasan klise.
Hanya saja waktu terus berjalan menemukan jawaban yang dicari selama ini. Dia, kamu tau, orang yang aku rasa hadirnya menjadi sinar yang mungkin tidak pernah meredup. Membuat harapan selalu hidup.
Dia bukan berasal dari keluarga motivatot yang membuat aku selalu kagum dengan pemikirannya. Bukan juga seseorang yang ahli dalam hal akademik. Namun sekali berbicara, dia tau bahwa apa yang terjadi semua akan membaik.
Untuk hati yang patah. Untuk menemukan rumah. Untuk segala keluh kesah. Dia, tidak hanya sekedar singgah.
Malam ini, lelahku nggak terasa menyebalkan ketika mendengar bagaimana suaranya mengecil. Kantuk mungkin menghampirinya. Aku juga sedang sedikit menggigil. Wajar. Hawa masih menyisakan dinginnya menyelimuti tubuh.
Tapi dia, mampu menghangatkan dengan cara yang sederhana.
Untuk bulan ini, pada setiap kejadian yang terjadi. Kebanyakan membuat memorial kelam di hati, kuucapkan terima kasih. Berkatmu, hidup mengajarkan untuk ikhlas.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATA KITA
Teen FictionTulisan ini didedikasikan untuk seseorang yang mengajari makna setiap kata. Untuk beberapa tanya yang terkadang tak butuh jawaban juga penjelasan. Kepada semesta, terima kasih sudah menghadirkan dia ke dunia.