Bagaimana cara yang tepat untuk merayakan kehilangan dan menyimpannya agar abadi?
Pertanyaan itu tertulis sekitar satu bulan yang lalu. Tapi, hari ini aku tidak ingin bercerita perihal itu. Kamu apa kabar? terakhir ku lihat, kamu mengunggah salah satu tayangan yang sedang kamu kagumi, tentunya salah satu tokoh yang lagi-lagi asing di pendengaranku. Hari ini aku telah mengikuti serangkaian acara yang diadakan oleh departemen.
Ada salah satu narasumber. Aku lupa, mungkin bisa jadi dari Malaysia. Mengangkat salah satu penulis terkenal Pramoedya dalam bukunya yang berjudul Bumi Manusia. Aku jadi teringat salah satu unggahan post foto yang kamu beri kalimat: Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat adalah tafsirannya.-Pramoedya Ananta Toer.
Bagaimana aku tidak terkagum? beberapa hari ini, hidup memporakporandakanku dengan kejadian yang paling menyebalkan. Lalu setelahnya, aku diberikan gambaran, tamparan dan juga kekuatan. Hari ini juga, aku dipertemukan dengan orang yang nyaris sepertimu, Mas. Tapi aku bukan bermaksud membandingankan.
Cara ia berbicara dengan retorika, tenang menghadapi hal di depan mata hingga pada saat kita bersitatap, aku paham mengapa kagum timbul hanya dalam satu dentuman. Pemuda itu mengenakan kemeja hitam. Lengannya ditarik hingga nyaris ke siku. Tingginya tidak begitu. Penyampaiannya tidak membuat seseorang terintimidasi atau terhakimi.
Bukankah mengingatkan kebaikan tidak melulu menyalahkan apa yang ada? itu yang ia lakukan. Lalu, yang kupahami lagi adalah menyetujui kalimat;
Bagaimana kita dipertemukan dengan yang tepat jika tidak berpisah dengan yang salah?
Kalimat itu semacam magis untuk berani mengambil keputusan tanpa memperdulikan perasaan orang lain. Pemuda itu hadir mungkin dapat menggantikanmu sebagai eksistensi yang perlu ada dalam ketidakwarasanku. Membuat pandangan baru yang mungkin bisa bertahan lebih lama. Dan dedikasikan juga untuk kamu, Mas A, terima kasih atas pembelajaran yang luar biasa selama ini.
Aku bukan lagi perempuan yang idealis seperti katamu pada saat menjadi mahasiswa baru. Semester lima ini, banyak hal yang merubahku. Mulai dari cara bertindak, berfikir dan mengutamakan apa yang aku harus lakukan. Bentuk sederhana dalam tetap berprasangka baik, berbuat baik, dan bijak dalam setiap keputusan apabila terdapat kesalahan. Terakhir, bagaimana menumbuhkan bentuk peduli pada orang yang sudah hadir dengan baik di sekitar, yang menjadikan alasan bertahan sebab karena mereka, aku tidak merasa sendirian.
To be continued.
Published on Sept 29, 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
KATA KITA
Teen FictionTulisan ini didedikasikan untuk seseorang yang mengajari makna setiap kata. Untuk beberapa tanya yang terkadang tak butuh jawaban juga penjelasan. Kepada semesta, terima kasih sudah menghadirkan dia ke dunia.