Gimana bulan April, mu? Hihi seru kah? Atau justru menyebalkan? Aku sendiri bingung bagaimana cara mendefinisikan bulan ini. Nggak seperti bulan lalu, seperti dua tahun silam April membawa duka. Dan semoga tidak juga membawanya pergi meninggalkan lara.
Ngomong-ngomong gimana kabarmu? Aku ingin kembali mengingat bahwa tepat dibulan ini. Ah lebih tepatnya pertengahan bulan ini semesta mengirimmu. Tidak nyata namun mampu menghadirkan tawa. Aku saja sampai lupa bagaimana bisa malam minggu lalu tepatnya awal April tidak bercerita denganmu.
Tentunya tidak secara langsung. Mengagumimu masih menjadi rutinitasku. Oh iya, kapan kita diskusi lagi? Katamu yang hobinya pamer buku tunggu kita satu kota. Padahal, beberapa hari lalu kamu sempat datang. Lalu menghilang. Sudah seperti pendatang. Oh iya, bedanya dengan pendatang, kemungkinan akan kembali lagi itu kecil. Kalo kamu justru tidak kembali mustahil.
Maklum. Namanya saja masih mahasiswa. Iya, kan?
Sebentar.
Perihal kamu akan kuceritakan minggu depan ya. Supaya tepat gitu. Hari ini aku ingin bercerita banyak hal. Kamu tau? Seseorang yang sering aku ceritakan kepadamu A, jujur dia membuatku mampu menilai apa dari kalimatku yang kadang keluar dengan spontan. Ibaratnya orang patah hati kita mikir. Eh kamu mikirnya gini kan ya, waktu kita habis nonton salah satu film yang diperanin dodit. Aku tobat udah cerdas malah kamu saut cerdas nge-php?
Kamu memang seseorang yang sangat menyebalkan. Lalu aku bilang udah capek kalo main-main perasaan. Katamu malah secara nggak langsung aku ngakui kalo selama ini aku main-main. Ya emang iya, sih.
Apa ya... Akutuh lebih suka kaya kalimat yang pernah aku dengar. Bunyinya kurang lebih begini:
Lebih baik main-main tapi serius daripada serius tapi main-main.
Emang sih, kesendirian itu identik dengan kesepian. Kaya kita lagi pengen banget butuh seseorang tapi nggak pengen pacaran. Iya, kan? Kebanyakan gitu nggak sih? Eh ngapain aku nanya gitu ke kamu. Jelas kamu mungkin satu argumen dengan dia.
Namanya juga cowok. Ngandelinnya logika daripada perasaan. Makanya suka nggak peka sampe bikin kepikiran.
Ngomongin kepikiran nih, nggak tau rasanya overthinking udah menjadi bagian dari hidup aku selama berada di Kota yang belum pernah aku datangi sebelumnya. Aku pikir, memang selalu pilihan yang kita ambil harys ada yang dikorbankan. Termasuk perasaan.
Hidup memang selalu perihal datang dan pergi bukan? Cuma orang atau tempatnya aja yang berbeda. Aku bahkan pengen banget ngerasain pulang. Karena kemungkinan besar, yang membuat harapan tidak pernah meredup akan hilang.
Kerlip bintang di langit malam yang telah ku temui diantara banyaknya cerita itu. Iya, dia yang ternyata bisa membuat rindu.
Ngomongin soal rindu nih. Dia pernah bilang kalo ldr itu hal paling dia suka itu kangen. Gimana bahagianya dia bisa kangen sama seseorang dan ketika udah ketemu rasanya sangat membahagiakan. Tapi aku, aku ngerasa bahwa kangen tapi nggak tau siapa yang dikangenin itu nyakitin.
Nggak enak banget.
Apalagi keadaan sedang nggak baik-baik aja sekarang. Hari ini, beberapa daerah sedang terkena musibah gempa. Lucu banget. Aku yang keseringan tinggal di Kalimantan nggak pernah tau gimana gunung mikir ada kucing di bawah kolong kasur, tapi mana ada kucing punya kekuatan gede.
Akhirnya aku keluar deh dari kamar. Dan satu-satunya sebelum aku keluar adalah pemikiran bahwa bagaimana jika ini benar-benar nyata. Bagaimana jika kita hilang dalam seperkian detik? Meninggalkan luka atau bahkan ketidakpercayaan pada semesta? Belum memberikan pesan kepada orang-orang yang kita cinta.
Aku jadi teringat tayangan singkat tentang ayah yang mau berkorban untuk putrinya. Tayangan itu menunjukkan pria dengan usia yang sudah senja menahan lapar untuk putri paling berusaha beliau bahagiakan semampu yang ia bisa. Dari tayangan itu aku sadar bahwa pertemuan kadang begitu berarti dan mungkin tidak bisa terulang.
Bersyukurnya, gempa tadi tidak begitu parah. Menimbulkan keretakan dibeberapa tempat juga rumah. Dan semoga, yang dilanda musibah memiliki rasa tabah. Bahwa apapun yang terjadi, kita mausia tidak dapat berbuat apa-apa selain pasrah.
Selain memikirkan keluarga, kamu tau satu nama yang pikirkan untuk aku kabari siapa? Tentu saja dia. Ah rasanya sangat asing bagaimana bisa aku mampu menahan jemari untuk tidak menghubunginya?
Hubunganku dengannya sedang tidak membaik. Atau mungkin dikatakan sedang berjarak. Aku nggak tau pasti menyebabnya apa. Atau ada yang salah dari ucapanku terakhir kali kita jalan berdua? Atau memang dia sedang tidak ingin diganggu olehku.
Entahlah. Tapi yang jelas, satu hal baru kusadari adalah dia adalah orang yang aku butuh. Dia adalah seseorang yang nggak bisa kuceritakan dengan pasti bagaimana bisa aku merasa bahagia bisa mengenalnya. Bersyukur pada semesta telah dipertemukan dengan manusia baik seperti dia.
Untuk beberapa mimpi buruk yang hadir di sepertiga malam. Barangkali memang jawaban atas pertanyaan yang selalu dicari atau pemikiran juga ketakutan yang sering saya menghantui, hanya satu yang pasti untuk saat ini.
Doa.
Aku selalu berharap bahwa dia selalu dalam kondisi baik. Terjaga dalam setiap aktivitas yang selalu dia lakukan akhir-akhir ini. Karena aku tau bahwa dia sedang sesibuk itu. Sibuk dengan perkara tugas kampus. Sibuk perihal organisasi sampe mampus. Intinya, tetap jaga kesehatan ya. Dimanapun kamu berada, doaku tidak akan pernah pupus.
Mungkin malam ini sampai situ aja ya mas A. Terima kasih sudah menjadi tempat berdiskusi tentang dia. Semoga kamu, juga berbahagia. Barangkali hari ini adalah hari dimana kamu berganti usia?
Jika iya. Selamat ulang tahun yaaaa. Ah iya. Lelaki kedua yang tidak pernah membuat hatiku patah, selamat ulang tahun juga. Usiamu semakin menua. Kebersamaan kita lambat laun sirna. Semoga bahagiamu datang dengan cara yang tidak terduga. Terima kasih sudah menjadi satu-satunya saudara yang selalu menjaga.
To be continued
Published on April 10, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
KATA KITA
Teen FictionTulisan ini didedikasikan untuk seseorang yang mengajari makna setiap kata. Untuk beberapa tanya yang terkadang tak butuh jawaban juga penjelasan. Kepada semesta, terima kasih sudah menghadirkan dia ke dunia.