Dirgahayu?

0 0 0
                                    

Haloo.. Apa kabar?

Aku kembali menyapa untuk sekedar menanyakan kabar kamu, juga bagaimana jalannya acara yang mungkin kamu hadiri hari ini? rasanya pengen banget menceritakan banyak hal.

Oke. Kita mulai dari betapa tidak berhentinya aku untuk bersyukur telah dipertemukan dengan orang sebaik kamu. Mas A, yang dari zaman baru mengenal kehidupan kampus setelah patah hati serius, kamu memberi banyak pandangan tentang kehilangan juga kedatangan dalam kehidupan. Kemarin, aku baru saja menyelesaikan perjalanan jauh ke alam yang rupanya ini yang aku cari. Capek? pasti.

Lalu, diberandaku tersemat tulisan seseorang. Katanya, ia baru menyadari mengapa orang yang paham agama suka ngopi. Aku tentu langsung tertuju padamu. Lalu mencari jawabannya dikomentar, ngopi alias ngolah pikiran dan ngaji ngatur jiwo. Artinya tentu sangat mendefinisikan kamu.

Kita memang sudah tidak pernah berdiskusi. Yang kulihat dari unggahanmu, kamu seperti baru saja melakukan liburan keluarga. Oh iya, aku juga baru saja melakukan perjalanan ke Surabaya hari ini. Merayakan kemerdekaan dengan alam terbuka juga bandara kembali membuat aku sedikit berpikir lagi malam ini. Apakah sudah merdeka? berkompetisi lomba peringatan kemerdekaan dengan diri sendiri?

Ah, dari sana pun membuatku jadi ingin menulis lebih lama lagi. Namun jiwa masih saja terjajah dengan kehidupan yang tidak tau batasan. Aku ingin membaca lebih banyak lagi. Mengurangi sesuatu yang tidak perlu lagi seperti katamu. Melakukan segala hal yang terjadi hari ini tanpa perlu khawatir hari esok juga tentunya.

Sekali lagi Mas A, kamu apa kabar? aku hampir juga lupa untuk menceritakan. Udah atau belum ya? Semesta mempertemukan aku dengan banyak orang yang memberikan pembelajaran. Tapi ada satu orang yang seperti kamu.

Dia tidak begitu sepertimu. Hanya sedikit memberikan suntikan juga sentilan ketika duniaku begitu berantakan. Caranya mendapatkan ketenangan di tengah kebisingan sama sepertimu. Lalu, tidak lantas menghilangkan eksistensimu bukan? tentu saja. Kamu masih menjadi orang yang pertemuan kita terjadi tidak pernah ku sesali.

Tadi, aku juga melihat banyaknya bendera berkibar. Mengenalkan jati diri mereka pada kelompok mahasiswa baru dengan penuh semangat membara. Tentu lagi-lagi mengingatkan tentang bagaimana kamu memiliki retorika yang cukup baik. Tapi di satu titik, aku juga ingat mengapa kamu menyapaku di awal bulan april tahun lalu.

Semoga merdeka kali ini, tidak lagi membuat kita banyak berasumsi ya. Terima kasih untuk segala dedikasi. Sekali lagi, senang bisa bertemu denganmu.

To Be Continued
Published on Auguts 17. 2022
Tertanda,
Elokvitaloka

KATA KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang